Bappenas: Kelas Menengah Atas Masih Menahan Belanja

Padahal kelas menengah atas berkontribusi hingga 80 persen konsumsi rumah tangga

Dhemas Reviyanto/ANTARA
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (18/2/2021). Masih tingginya penyebaran covid-19 membuat kalangan menengah atas masih menahan untuk berbelanja. Hal ini berpengaruh pada target pertumbuhan ekonomi.
Rep: Adinda Pryanka Red: Joko Sadewo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas menyebutkan masih banyak risiko yang akan menghambat akselerasi pemulihan ekonomi tahun ini. Ketidakpastian pandemi Covid-19 yang masih tinggi membuat masyarakat kelas menengah atas menahan konsumsi. Padahal, mereka berkontribusi hingga 80 persen konsumsi rumah tangga di struktur ekonomi Indonesia.

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, Bappenas melihat perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dengan tetap mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, yakni lima persen. Hanya saja, banyak faktor yang berpotensi menghambat untuk mencapai target itu.

"Kami melihat ada tanda-tanda risiko ke bawah pada tahun ini," tuturnya dalam Kick Off Meeting Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2022 secara virtual pada Jumat (19/2).

Dalam bahan paparan Amalia, terlihat bahwa masih tingginya kasus Covid-19 menjadi salah satu risiko itu. Sebab, tingkat penyebaran virus yang masih masif menyebabkan masyarakat kelas menengah atas menahan konsumsi. Padahal, mereka berkontribusi hingga 80 persen konsumsi rumah tangga di struktur ekonomi Indonesia.

Bappenas memperkirakan, proses vaksinasi akan menjadi game changer dalam kondisi ini. "Tingkat keyakinan masyarakat diperkirakan pulih lebih cepat ketika proses vaksinasi dilakukan lebih luas sejak semester kedua 2021," seperti dikutip dalam materi paparan Amalia.

Di sisi lain, jumlah pengangguran masih tinggi dan sebagian besar pekerja mengalami penurunan pendapatan. Hal ini berdampak pada lambatnya pemulihan konsumsi rumah tangga, meskipun aloaksi bantuan sosial yang masih besar akan membantu. Konsumsi rumah tangga ditargetkan tumbuh 4,4 persen dari kontraksi 2,6 persen pada 2020.

Investasi tahun depan pun diperkirakan masih lemah seiring dengan ketidakpastian karena Covid-19 yang masih tinggi. Pertumbuhannya ditargetkan mencapai 4,3 persen dari minus 4,9 persen pada tahun lalu. Neraca perusahaan, baik domestik dan global, juga masih mengalami tekanan. Di sisi lain, realokasi belanja modal berpotensi besar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vaksin.

Proses pemulihan ekonomi yang masih ....

Proses pemulihan ekonomi yang masih berjalan di skala global juga akan menahan kinerja impor, meski sudah menunjukkan perbaikan. Pertumbuhannya diperkirakan berada pada level 6,1 persen, naik signifikan dari kontraksi 14,7 persen sepanjang tahun lalu.

Di sisi lain, ekspor diperkirakan mengalami akselerasi mencapai 7,3 persen dari minus 7,7 persen pada 2020. Pertumbuhan ini didorong dengan pemulihan di Cina dan negara maju yang telah memulai proses vaksinasinya.

Kunci pemulihan ekonomi tahun ini, konsumsi pemerintah, diperkirakan masih akan tumbuh di level 5,3 persen. Proyeksi tersebut seiring dengan program vaksinasi gratis dan stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang direncanakan masih besar. Pada tahun lalu, belanja pemerintah menjadi satu-satunya komponen PDB yang tumbuh positif, yakni 1,9 persen.

 
Berita Terpopuler