Budi Gunadi Yakin Keterisian RS Turun karena Kasus Berkurang

Budi tepis pendapat penurunan kasus Covid-19 karena menurunnya tes yang dilakukan.

Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau vaksinasi COVID-19 massal bagi pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/2). Vaksinasi menjadi upaya pemerintah memerangi pandemi. Budi juga mengatakan saat ini sudah terjadi tren penurunan kasus Covid-19.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan kasus konfirmasi positif harian dan perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit dalam tren penurunan sejak dua minggu terakhir. Ia memastikan kasus Covid-19 di Indonesia mulai melandai dilihat dari tren penurunan kasus positif Covid-19 harian, lalu dikonfirmasi dengan tren penurunan perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit.

"Kami double check dengan data di rumah sakit untuk memastikan penurunan kasus konfirmasi benar terjadi, atau karena jumlah tes yang turun. Kita lihat jumlah pasien di rumah sakit sudah turun secara konsisten dalam dua minggu," kata Budi.

Bahkan Menkes menyebutkan jumlah pasien baru yang datang untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit juga menurun dalam dua minggu terakhir. Budi menyebut turunnya kasus konfirmasi positif Covid-19 harian di Indonesia bukan dikarenakan jumlah tes yang berkurang dari hari biasanya, melainkan memang tren kasusnya yang sudah melewati puncak dan mulai menurun.

Budi menampik pendapat dari berbagai kalangan yang mengatakan bahwa penurunan kasus Covid-19 dikarenakan menurunnya tes yang dilakukan.

Menkes menyebut penurunan jumlah tes memang selalu turun secara konsisten di saat hari libur nasional maupun di akhir pekan. Menkes mengatakan penurunan jumlah tes belakangan ini dikarenakan adanya libur panjang Hari Raya Imlek.

Sedangkan mengenai penyebab turunnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia, Menkes mengungkapkan bukan dampak dari vaksinasi yang telah dilakukan. Menkes Budi menganalisa bahwa turunnya kasus dalam dua minggu terakhir dikarenakan puncak penularan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh mobilitas tinggi saat libur Natal dan tahun baru sudah terlewati.

"Setiap ada liburan panjang, mobilitas manusia tinggi maka akan terjadi kenaikan konfirmasi kasus 30 hingga 40 persen. Sehabis naik, karena virus ini dalam 14 hari akan mati dengan sendirinya, jadi kasus setelah libur natal dan tahun baru telah terlampaui, itu sudah turun," kata Budi.

Penyebab kedua, menurut Budi, adalah dampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang diterapkan oleh pemerintah sejak awal Januari 2021. "Turunnya kasus konfirmasi dan turunnya perawatan di rumah sakit berdasarkan fundamental. Puncak liburan nataru sudah tercapai, PPKM yang berdampak di masyarakat sehingga mengurangi laju penularan. Dengan data ini terlihat jelas bahwa sudah ada tren penurunan kasus konfirmasi dan penurunan perawatan rumah sakit," kata Budi.

Penurunan kasus positif Covid-19 juga disebut Budi terjadi di kalangan tenaga kesehatan. Terlebih sudah 1,1 juta tenaha kesehatan yang divaksin.

"Berdasarkan data yang kami lihat, tren kasus konfirmasi di tenaga kesehatan memang menurun. Sekarang sudah lebih dari 1,1 juta orang yang divaksinasi dosis pertama, dan 500 ribu untuk vaksinasi kedua. Kita sudah melihat tren yang promising (menjanjikan)," katanya.

Namun ia tidak menyebutkan data terperinci yang menunjukkan penurunan kasus penularan COVID-19 pada tenaga kesehatan. Menurut dia, kecenderungan penurunan kasus Covid-19 pada tenaga kesehatan juga belum bisa dikatakan terjadi karena vaksinasi.

Dia mengemukakan bahwa pengaruh vaksinasi pada penularan Covid-19 baru bisa dilihat setidaknya dua minggu setelah penyuntikan dosis kedua vaksin selesai dilakukan pada seluruh sasaran. Sementara itu, hingga Rabu penyuntikan dosis kedua vaksin Covid-19 baru dilakukan pada sekitar 500 ribu tenaga kesehatan. Vaksinasi pekerja sektor pelayanan publik dan warga lanjut usia juga baru dimulai Rabu dan vaksinasi pada kelompok masyarakat yang lain belum dilakukan.

Oleh karena itu, Budi mengatakan, pemerintah belum bisa menilai efektivitas vaksinasi dalam menurunkan kasus penularan Covid-19.

"Upaya vaksinasi akan kelihatan dua minggu setelah vaksinasi dosis kedua selesai. Kalau vaksinasi belum dilakukan ke masyarakat umum kita belum bisa ambil kesimpulan konklusif secara umum," kata Budi.



Baca Juga

Kemarin, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) membantah pendapat pemerintah yang menyebutkan sudah terjadi penurunan keterisian tempat tidur dan ICU di rumah sakit yang merawat pasien Covid-19. Kementerian Kesehatan pun angkat bicara. Kementerian mengklaim penurunan BOR atau bed occupancy ratio terjadi di semua RS, baik rujukan maupun yang bukan rujukan Covid-19.

"Misalnya BOR RS di Jakarta pernah mencapai 84 persen dan sekarang tinggal 60-70 persen. Artinya turun kan? Penurunan BOR ini di rumah sakit rujukan dan non-rujukan," ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir saat dihubungi Republika, Rabu (17/2).

Penurunan hunian tempat tidur ini, dia menambahkan, membuat Jakarta yang awalnya berstatus zona merah kini turun menjadi zona kuning. Terkait pernyataan Persi, Kadir mengaku tidak tahu dan tak mau berkomentar banyak. Yang jelas, dia menambahkan, keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 berkurang.

"Kami kan punya datanya, intinya semua keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit turun," ujarnya.

Bahkan, pihaknya juga menyediakan aplikasi Sistem Informasi Rawat Inap (Siranap) yang menyajikan informasi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit secara real time. Sehingga, dia melanjutkan, kalau masyarakat ingin tahu keterisian tempat tidur bisa membuka aplikasi Siranap.

"Bisa dicek di situ untuk transparansi," katanya.

Sebenarnya, dia melanjutkan, penurunan BOR RS juga bisa dilihat dari tren kasus harian. Kini, Kadir menjelaskan, kasus harian Covid-19 antara 6 ribu hingga 8 ribu. Pihaknya mengasumsikan 20 persen dari kasus harian memerlukan perawatan rumah sakit dan dirawat.

"Sementara sekarang kan kasus harian turun, kasus positif juga turun. Jadi rumah sakit tenang, bisa sedikit bernapas," ujarnya.

Ia menambahkan, penurunan BOR di rumah sakit membuat banyak faskes yang kosong. Ia berharap penurunan hunian rumah sakit ini bisa seterusnya.

Sebelumnya Sekretaris Jenderal Persi Lia G Partakusuma mengatakan, awalnya jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 sekitar 940 dan tempat tidur yang tersedia jumlahnya sekitar 44.861. Kemudian, rumah sakit lain juga membuka perawatan untuk Covid-19. Ini menyusul instruksi dari Kementerian Kesehatan untuk menambah tempat tidur. Dengan tambahan RS ini, kini jumlah RS yang menangani Covid-19 mencapai 2 ribuan dan tempat tidur yang tersedia berkisar sampai 66.712.

"Dengan ditambahnya RS dan tempat tidur ini memang mengakibatkan ada sedikit penurunan pasien dan yang menyebabkan  penurunan pasien di RS. Tetapi itu hanya terjadi di rumah sakit bukan rujukan Covid-19," katanya di konferensi virtual BNPB bertema Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM terhadap Tingkat Hunian Rumah Sakit, Selasa (16/2).

Artinya, pasien memang longgar di rumah sakit selain rujukan Covid-19 yang memiliiki ruang isolasi. Sementara itu, dia melanjutkan, rumah sakit rujukan Covid-19 yang memiliki ICU saat ini masih penuh, terutama di Jawa. Bahkan, ia menyebutkan keterisian tempat tidur di ruang ICU di beberapa tempat seperti di Bekasi dan Jakarta masih diatas 60 persen.

Hari ini namun kembali terdapat penambahan jumlah kasus harian yang tinggi. Bila kemarin, Satgas Penanganan Covid-19 merilis ada penambahan 10.029 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Hari ini terdapat penambahan 9.687 kasus positif Covid-19.

Angka ini jelas menunjukkan kenaikan, setelah selama lebih dari sepekan kasus harian Covid-19 tak pernah tembus 10.000 orang. Bahkan dalam tiga hari sebelumnya, kasus harian bertahan di angka 6.000-an orang.

Mengungkap asal muasal virus Covid-19. - (AP/Reuters)

 
Berita Terpopuler