Tindakan GAR ITB Dinilai Bertendensi Fobia Tokoh Islam

PCMI Turki menilai GAR-ITB menggunakan kalimat yang tendensius dan bias terkait Din.

Republika/Putra M. Akbar
Din Syamsuddin. Ilustrasi
Rep: Haura Hafizhah Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki, Syamsul Hidayat Daut menilai tindakan GAR-ITB terkait Din Syamsuddin sebagai perilaku nyata dari gerombolan pendukung rezim yang tidak suka kritik berseberangan. Tindakan ini dinilainya mencerminkan ketidakpahaman terhadap konstitusi dalam hal ini UU ASN Akademisi sekaligus tendensi fobia terhadap tokoh islam.

"Apa yang dilakukan oleh GAR-ITB kami maknai sebagai tindakan yang dilakukan atas nama ketidaksukaan, disorientasi pemahaman tentang kritik terhadap pemerintah, serta salah memahami fungsi ASN akademisi. Bahkan, lebih jauh phobia terhadap tokoh Islam dan penyaluran aspirasi umat İslam," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (15/2).

Kemudian, ia melanjutkan kalimat yang sering terungkap dalam lampiran GAR-ITB yang menuduh kritikan prof. Din Syamsudin sebagai "perlawanan terhadap pemerintahan yang syah" dan sejenisnya bisa menggiring pemahaman kalau Din adalah orang antinegara dalam makna konotasi subversif, pemberontakan, dan sebagainya. Seakan mereka sengaja menggiring pemahaman ke arah seperti itu.

"Tentu dalam konteks kritik terhadap pemerintah pasti dilakukan kepada pemerintahan yang sah dan buat apa melakukan kritik pada pemerintah yang tidak sah? Terkait kalimat-kalimat yang sangat tendensius, bias, serta penggunaan frasa "perlawanan terhadap pemerintah yang syah". Menurut saya setidaknya mengandung dua konsekuensi makna," kata dia.

Pertama GAR menganggap kalau kritik terhadap rezim, tindakan, dan perkataan yang berseberangan dengan pilihan rezim seolah tindakan yang patut dilaporkan. Kedua, memojokkan Prof. Din Syamsudin sebagai pihak yang melakukan "perlawanan terhadap pemerintah yang syah".

Seakan mereka mau menggiring ketokohan Din sebagai orang yang memiliki tindakan yang sama dengan kegiatan melawan pemerintah yang sah lainnya.

Seperti, pemberontakan bersenjata serta tindakan ketidaksetiaan pada negara dan konstitusi yang sah lainnya. Dan suka tidak suka masyarakat sulit untuk tidak memahami dengan cara seperti itu.

"Kritikan GAR-ITB adalah wujud ketidakpahaman terhadap situasi dan kondisi keummatan dan kebangsaan, serta bagian darı kurang informasi yang dialami oleh kelompok sekelas alumni ITB yang harusnya lebih update informasi," kata dia.

Di samping itu tindakan tersebut menurutnya juga merendahkan anak bangsa sendiri dan memberikan kesan aneh di mata internasional.

Sebab, Din sudah dianggap tokoh Islam moderat di dunia internasional, aktif di forum-forum perdamaian dunia, dan pembicara di forum al Azhar. Sedangkan dalam negeri tertuduh sebagai tokoh Islam yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah.

"Meskipun tidak tertuang secara tersurat dalam tuntutan GAR-ITB tetapi nampaknya GAR-ITB cenderung menggiring Din sebagai tokoh yang radikal dan sejenisnya yang semakna dengan kata "perlawanan terhadap pemerintah yang syah"," kata dia.

 
Berita Terpopuler