Ilmuwan Inggris: Vaksin Belum Akhiri Covid-19

Ilmuwan tegaskan, tidak ada vaksin Covid-19 yang sempurna.

EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin COVID-19.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Anggota dari Scientific Pandemic Influenza Group on Modeling (Spi-M), Prof Steven Riley, menasihati pemerintah Inggris pencabutan awal tindakan penguncian dapat menyebabkan lonjakan kasus penyakit virus corona. Kondisi ini bisa mengarah pada kembalinya pembatasan, meskipun masifnya program vaksinasi di sana.

Riley mengatakan vaksin tidak berarti membuat kontrol sosial harus dihentikan. Ia menambahkan bahwa tidak ada vaksin yang sempurna.

"Kami pasti akan berada dalam situasi di mana dapat membiarkan lebih banyak infeksi di komunitas, tetapi ada batasannya," kata Riley dilansir dari BBC pada Senin (15/2).

Riley memperingati bahaya gelombang baru Covid-19 dalam jangka pendek. Ia khawatir gelombang itu dapat menginfeksi mereka yang belum sempat mendapat vaksin dan mereka yang sudah divaksin tapi belum terbangun antibodinya.

"Saya pikir para ilmuwan benar-benar khawatir," ujar Riley.

Baca Juga

Baca juga : Korsel Batasi Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Riley tidak ingin menunjukkan bahwa vaksinasi yang sudah dilakukan terbilang sangat baik meredam Covid-19. Ia meminta tetap memperhatikan bahaya gelombang besar Covid-19 berikutnya di Inggris.

"Jika karena alasan tertentu kita memilih untuk berpura-pura (virus corona) tidak ada lagi, maka ada potensi untuk kembali ke gelombang yang skalanya sama dengan yang kita alami sekarang," ungkap Riley.


 
Berita Terpopuler