Tiga Misi Luar Angkasa Segera Mencapai Mars

Tiga misi yang diluncurkan Juli 2020 akan sampai pada 9,10 dan 18 Februari.

Hiroki Yamauchi / Kyodo News via AP
Sebuah roket H-IIA dengan pengorbit Mars Uni Emirat Arab, lepas landas dari Pusat Antariksa Tanegashima di Kagoshima, Jepang selatan, Senin (20/7/2020).
Rep: Eva Rianti Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Tiga misi luar angkasa bakal mencapai Planet Mars selama dua pekan ke depan. Diluncurkan pada Juli 2020, tiga misi yang membentuk gelombang pesawat luar angkasa tak berawak dari Amerika Serikat, China, dan Uni Emirat Arab itu akan melihat apakah Mars dapat dihuni serta untuk mencari tahu apakah Mars bisa dihuni lagi.

Berikut beberapa informasi tentang ketiga misi luar angkasa tersebut, dikutip dari news.sky, Jumat.

Baca Juga

Misi ‘Hope’ Uni Emirat Arab pada 9 Februari

Uni Emirat Arab meluncurkan misi pertamanya dengan probe tak berawak yang diberi nama ‘Al-Amal’ (dalam bahasa Arab) atau ‘Hope’ ke Mars dari Pusat Antariksa Tanegashima Jepang pada 19 Juli 2020. Misi tersebut dinilai paling berisiko dari misi-misi lainnya, tetapi merupakan yang pertama dimulai.

Misi itu bertujuan untuk memberikan gambaran atmosfer Mars dan mempelajari perubahan harian dan musiman di planet tersebut. Misi itu sebagai sebuah tonggak baru yang memungkinkan negara itu untuk menjauh dari ketergantungan ekonominya pada minyak.

Emirates Mars Mission (EMM) akan melihat wahana Amal/Hope dimasukkan ke orbit di sekitar planet pada 9 Februari, ketika akan mulai mengirim data kembali ke Bumi, dengan jeda atau delay antara 13 dan 26 menit. Ilmuwan percaya Mars pernah berlimpah dengan air, dan sangat mungkin adanya kehidupan.

Badan Antariksa UEA mengatakan, salah satu penyebab transformasi planet Mars menjadi kering dan berdebu adalah perubahan iklim dan hilangnya atmosfer. Penyelidikan badan tersebut akan memantau sistem cuaca Mars, serta distribusi hidrogen dan oksigen di bagian atas atmosfer Mars, memungkinkan manusia untuk memahami hubungan antara perubahan cuaca dan hilangnya atmosfer.

Misi Tianwen China pada 10 Februari

China bergabung dalam pencarian tanda-tanda kehidupan di planet merah dengan meluncurkan penjelajah Mars sendiri ke luar angkasa pada 23 Juli 2020 dari Pulau Hainan di lepas pantai selatan China. Misi ini akan segera sampai pada 10 Februari.

Sesampai di sana rencananya akan mencari air bawah tanah sebagai bukti kemungkinan adanya kehidupan purba. Pesawat ruang angkasa tersebut akan mendarat di lokasi pendaratan di Utopia Planitia.

Perangkat bertenaga surya seberat 240 kg itu akan beroperasi selama sekitar tiga bulan ketika mendarat di Mars dan akan mengendus biomolekul dan biosignatures di dalam tanah, sementara pengorbit akan bertahan selama dua tahun.

Hanya AS yang berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasa di Mars, melakukannya delapan kali sejak 1976. Lebih dari setengah pesawat luar angkasa yang dikirim ke sana telah meledak, terbakar, atau jatuh ke permukaan, termasuk upaya terakhir China -bekerja sama dengan Rusia- pada tahun 2011.

Misi Perseverance NASA pada 18 Februari

Misi NASA Mars 2020 diluncurkan dari Cape Canaveral di Florida pada 30 Juli 2020. Misi akan mendarat di Mars pada sore hari tanggal 18 Februari 2021.

Yang menarik, misi tersebut membawa lebih banyak kamera daripada misi antarplanet lainnya dalam sejarah, menurut NASA. Penjelajah itu sendiri 19 kamera yang akan mengirimkan kembali gambar lanskap Mars yang menakjubkan, sementara empat kamera lainnya dipasang ke bagian-bagian pesawat ruang angkasa yang terlibat dalam entri, penurunan, dan pendaratan.

Penjelajah Perseverance dimaksudkan untuk mendarat di delta sungai kuno dan bekas danau di permukaan Mars yang dikenal sebagai Kawah Jezero. Kawah Jezero penuh dengan rintangan dan bahaya bagi penjelajah, termasuk batu besar, tebing, bukit pasir, dan cekungan, yang salah satunya dapat mengakhiri misi.

Perseverance dilengkapi dengan miniatur helikopter bernama Ingenuity yang beratnya hanya 4lb (1,8kg) dan akan menjadi helikopter pertama yang terbang di planet lain. Helikopter kecil itu menjalani serangkaian latihan simulasi misi di fasilitas pengujian di California, termasuk lingkungan getaran tinggi untuk meniru bagaimana ia akan bertahan di bawah kondisi peluncuran dan pendaratan, dan perubahan suhu ekstrim seperti yang dialami di Mars.

Helikopter uji otonom akan memiliki kamera on-board dan akan didukung oleh panel surya, tetapi tidak akan berisi instrumen ilmiah apa pun. NASA bertujuan untuk mengembangkan drone sebagai prototipe untuk melihat apakah itu layak untuk memasang sensor ilmiah ke perangkat serupa di masa depan.

 
Berita Terpopuler