Pendapatan Alibaba Naik 37 persen Selama Pandemi

Alibaba grup di tengah ketidakpastian karena rencana IPO Ant Grup yang ditangguhkan.

EPA-EFE/CRAB HU
Orang-orang berjalan melewati tanda di kampus kantor pusat Alibaba Group di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Cina, 17 Maret 2014 (diterbitkan ulang 01 Januari 2021). Alibaba akan mempublikasikan hasil kuartal keempat 2020 mereka pada 02 Januari 2021.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Raksasa e-commerce China Alibaba telah membukukan hasil yang kuat untuk kuartal terakhir tahun 2020. Pendapatan perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma ini naik 37 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun 2019 menjadi 221 miliar yuan (Rp 479,57 triliun).

Hasil ini datang di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut atas afiliasi keuangan perusahaan, Ant Group. Alibaba mengatakan pihaknya tidak dapat menyelesaikan penilaian yang adil dari dampak peluncuran pasar saham Ant Group yang terhenti.

CEO Alibaba, Daniel Zhang mengaitkan hasil perusahaan yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi China. Meskipun ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami kemajuan yang lamban dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, China adalah satu-satunya ekonomi besar yang tumbuh selama pandemi Covid-19.

Penjualan terbesar Alibaba tahun 2020 saat Single Day juga membantu pendapatan perusahaan. "Namun, banyak yang melihat bisnis ini dan bertanya-tanya dari mana gelombang pertumbuhan berikutnya akan datang," kata Andy Halliwell, analis ritel dari konsultan teknologi Publicis Sapient.

Pendapatan komputasi cloud Alibaba naik 50 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, mencapai 2,5 miliar dolar AS. Divisi ini membukukan laba untuk pertama kalinya.

Tidak semua kabar baik bagi Alibaba, karena afiliasi teknologi keuangan (fintech) Ant Group tetap di bawah pengawasan ketat dari regulator China.

Baca Juga


Peluncuran Ant Group yang direncanakan pada bulan November 2020 digadang-gadang akan menjadi debut pasar saham terbesar yang pernah ada. IPO ini seharusnya bisa mengumpulkan 37 miliar dolar AS untuk fintech. Zhang mengatakan peluncuran pasar saham Ant tetap ditahan tanpa batas waktu.

"Prospek bisnis Ant Group dan rencana IPO tunduk pada ketidakpastian yang substansial," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.

Analis percaya ini bisa berdampak signifikan pada perusahaan, bersama dengan penyelidikan dugaan praktik monopoli Alibaba yang diumumkan oleh regulator pada bulan Desember.

"Jika pemerintah China ingin menindak pengusaha yang blak-blakan dan mengambil garis yang lebih konservatif dengan bisnis teknologi mereka yang lebih besar, maka ini akan merusak kepercayaan investor pada merek tersebut, dan dapat menciptakan celah bagi orang lain untuk mengeksploitasi," kata Halliwell.

Ant Group adalah penyedia pembayaran terbesar di China, dengan lebih dari 730 juta pengguna bulanan di layanan pembayaran digital Alipay. Perusahaan juga memiliki divisi pinjaman konsumen, yang mengambil biaya dari bank untuk mencocokkan peminjam dengan layanan pinjaman.

 
Berita Terpopuler