AS Tuding Iran Miliki Cukup Bahan Membuat Bom Nuklir

Iran mengabaikan komitmen kesepakatan nuklir sejak AS mundur dari JCPOA

EPA
Pria berjalan dengan latar mural bendera Iran. Pemerintah Iran berencana untuk memperkaya uranium hingga 20 persen di fasilitas nuklir bawah tanah Fordo secepat mungkin.
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengingatkan, Iran dapat memperoleh cukup bahan untuk membuat bom nuklir dalam hitungan pekan. Dia mengatakan, waktu Iran tinggal sedikit untuk melewati ambang batas jika terus tidak patuh pada kesepakatan nuklir 2015.

Baca Juga

Dalam wawancara dengan NBC News, Blinken mengatakan, Teheran memiliki waktu sedikit lagi dari melewati ambang batas jika terus mundur dari komitmen di bawah kesepakatan nuklir 2015 yang disepakati bersama negara kekuatan dunia lain. Iran telah mengambil tindakan dengan mengabaikan komitmen pada perjanjian nuklir 2015.

Hal itu dilakukan sebagai pembalasan atas keputusan sepihak mantan presiden Donald Trump untuk menarik AS dari perjanjian nuklir pada 2018. Sejak itu, AS menerapkan kembali sanksi yang dicabut sebagai bagian dari perjanjian tersebut.

AS dan Iran berselisih tentang siapa yang pertama harus kembali mematuhi kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Pemerintahan Biden hanya akan memenuhi kewajibannya setelah Teheran memenuhi kesepakatan.

 

Posisi itu tidak menjadi permulaan bagi para pejabat Iran yang mempertahankan bahwa sejak Trump meninggalkan kesepakatan terlebih dahulu, AS harus mencabut sanksi sebelum Teheran kembali. Presiden Joe Biden berusaha menggunakan potensi kembalinya AS sebagai titik bagi negosiator untuk mengejar aktivitas Iran tambahan yang dianggap jahat oleh AS.

Hal itu termasuk pengembangan rudal balistik Teheran dan dukungan untuk kelompok proksi di seluruh kawasan. Ketika ditanya soal pembebasan warga AS yang ditahan di Iran bakal menjadi syarat kesepakatan, Blinken menolak berkomentar.

"Terlepas dari kesepakatan apapun, orang-orang amerika itu harus dibebaskan. Titik," ujar Blinken seperti dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (2/2). "Kami akan fokus untuk memastikan bahwa mereka pulang dengan satu atau lain cara," ujarnya menambahkan.

 
Berita Terpopuler