Pemimpin Myanmar Dikudeta, Bangladesh Pikirkan Rohingya
Bangladesh berharap Myanmar tetap berupaya memulangkan pengungsi Rohingya
REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh menyerukan perdamaian dan stabilitas di Myanmar setelah terjadi kudeta militer pada Senin (1/2). Bangladesh berharap Myanmar tetap melakukan upaya untuk mengedepankan proses pemulangan pengungsi Rohingya yang sebelumnya telah terhenti.
Militer Myanmar telah merebut kekuasaan dalam kudeta melawan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis. Suu Kyi ditahan bersama dengan para pemimpin lain dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi dalam sebuah penggerebekan pada Senin (1/2) dini hari.
"Kami berharap proses demokrasi dan pengaturan konstitusional akan ditegakkan di Myanmar. Sebagai negara tetangga kami ingin melihat perdamaian dan stabilitas di Myanmar," ujar Kementerian Luar Negeri Bangladesh dalam sebuah pernyataan.
Baca juga : Hilang 15 Tahun, Keluarga Muslim Temukan Anaknya Jadi Hindu
Reputasi internasional Suu Kyi sebagai peraih Nobel Perdamaian telah rusak setelah dia gagal menghentikan pengusiran paksa ratusan ribu Rohingya dari Negara Bagian Rakhine barat pada tahun 2017.
Bangladesh menjadi tempat pelarian bagi sekitar satu juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar. Mereka ditampung di kamp-kamp penampungan yang telah melampaui kapasitas. Proses repatriasi atau pemulangan pengungsi Rohingya telah gagal dijalankan meski Bangladesh telah melakukan segala upaya.
"Kami sangat gigih dalam mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan dengan Myanmar dan telah bekerja untuk pemulangan Rohingya secara sukarela, aman dan berkelanjutan. Kami berharap proses ini terus berlanjut," ujar Kementerian Luar Negeri Bangladesh.