Ilmuwan Temukan Pewarna Ungu di Zaman Nabi Daud dan Sulaiman

Pewarna ungu sering kali lebih berharga dibandingkan emas.

Israeli Antiquities Authority via the indepen
Para arkeolog menemukan kain berwarna ungu yang diyakini berasal dari masa pemerintahan Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS di Israel.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para arkeolog menemukan kain berwarna ungu yang diyakini berasal dari masa pemerintahan Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS di Israel. Kain tersebut seolah mengembalikan ke era 1570 SM di Fenisia.

Kain ini ditemukan saat ilmuwan memeriksa tekstil berwarna dari Timna Valley, distrik produksi tembaga kuno di wilayah selatan Israel. Para peneliti terkejut menemukan sisa-sisa kain tenun, rumbai, dan serat wol yang diwarnai dengan warna ungu royal.

Penanggalan radiokarbon mengkonfirmasi sampel tersebut berasal dari sekitar 1000 SM, sesuai dengan dugaan kerajaan Daud dan Sulaiman di Yerusalem. Naama Sukeni, kurator penemuan organik di israel Antiquites Authority mengatakan ini adalah penemuan yang sangat menarik dan penting.

“Ini adalah potongan tekstil pertama yang pernah ditemukan dari zaman Daud dan Sulaiman, yang diwarnai dengan pewarna ungu yang bergengsi. Di zaman kuno, pakaian ungu dikaitkan dengan bangsawan, dengan pendeta, dan, tentu saja, dengan bangsawan,” ujar Sukenik, dilansir The Independent, Ahad (31/1).

Warna ungu yang indah, fakta bahwa warna itu tidak pudar. Warna ini ditemukan dalam jumlah kecil di tubuh moluska, semuanya menjadikan pewarna yang paling bernilai tinggi, yang seringkali harganya lebih mahal dari emas.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, warna ungu sejati argaman dihasilkan dari kelenjar yang terletak di dekat rektum tiga spesies moluska yang berasal dari Laut Mediterania. Warna ungu dihasilkan melalui proses distilasi kompleks yang berlangsung selama beberapa hari.

Baca Juga


Sukenik mengatakan untuk pertama kalinya memiliki bukti langsung dari kain yang diwarnai itu yang diawetkan selama sekitar 3.000 tahun lalu. Ekpedisi arkeologi di Timna, sebuah tambang tembaga kuno yang luas telah dilakukan sejak 2013.

“Sebagai hasil dari iklim yang sangat kering di kawasan ini, kami juga dapat memulihkan bahan organik seperti tekstil, kabel, dan kulit dari Zaman Besi hingga Zaman Daud dan Sulaiman, memberi pandangen unik tentang kehidupan di zaman tersebut,” kata Erez ben-Yosef, seorang profesor dari Departemen Arkeologi di Universitas Tel Aviv.

Di Zaman Besi, peleburan tembaga membutuhkan pemahaman ahli tingkat lanjut, seperti halnya pencarian dan pengolahan minyak di zaman moderen. Orang-orang di masa itu yang memiliki pengetahuan ini dianggap seperti pakar teknologi tinggi.

Situs peleburan terbesar di Lembah Timna dikenal sebagai Slaves Hill (Bukit Budak) dan dipenuhi dengan tumpukan limbah industri, seperti terak dari tungku peleburan. Salah satu tumpukan ini menghasilkan tiga potongan kain berwarna, di mana ini segera menarik perhatian para peneliti, yang kemudian merasa sulit untuk percaya bahwa mereka telah menemukan warna ungu asli dari periode kuno tersebut.

 
Berita Terpopuler