Ini 5 Upaya DKI Jakata Antisipasi Terjadinya Banjir

Sebanyak 34 dari 267 kelurahan di DAS Ciliwung, diketahui rawan banjir. 

ANTARA/M Risyal Hidayat
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menuntun sepeda motor ketika banjir menggenangi kawasan Jakarta Selatan, Senin (25/1/2021). Banjir di sejumlah wilayah Ibu Kota disebabkan intensitas hujan yang tinggi serta buruknya drainase. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Rep: Flori Sidebang Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan sejumlah mitigasi bencana dalam menghadapi intensitas musim hujan yang semakin tinggi. Sejumlah langkah antisipatif terjadinya bencana saat musim penghujan juga sudah dilakukan. 

Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Dudi Gardesi mengataka, ada lima upaya yang telah dilakukan oleh jajarannya untuk mengantisipasi banjir di Ibu Kota. Di antaranya adalah gerebek lumpur, pengelolaan air hujan (drainase vertikal), pemeliharaan pompa, penanganan banjir rob melalui tanggul raksasa atau NCICD, dan pengelolaan sistem polder.

“Gerebek Lumpur itu berbentuk pengerukan/pengurasan, bertujuan meningkatkan kapasitas saluran, kali, sungai, dan waduk, sehingga pada musim hujan daya tampungnya bisa maksimal," kata Dudi dalam diskusi virtual, Kamis (28/1).

Dudi menyebut, pada tahun 2020, sebanyak 23 waduk telah dikeruk, dengan volume pengerukan 44.6402,95 meter kubik. Kemudian, untuk pengerukan kali, total sebanyak 93 lokasi, dengan volume pengerukan 27.9967,493 meter kubik, dan 390 saluran penghubung (PHB) dengan volume pengerukan 12.1002,6 meter kubik. 

"Itu untuk tahun 2020 ya, pada tahun-tahun sebelumnya juga sudah dilakukan pengerukan di lokasi lainnya,” ujarnya.

Petugas Dinas Sumber Daya Air memeriksa pompa air di rumah Pompa Waduk Setia Budi Timur, Jakarta. - (antara/Reno Esnir)

 

Dia menjelaskan, untuk pembangunan drainase vertikal atau sumur resapan, Dinas SDA DKI Jakarta bekerja sama dengan unsur-unsur terkait di wilayah dan melibatkan masyarakat. Menurutnya, hingga 31 Desember 2020, telah tersedia 2.974 titik drainase vertikal di 777 lokasi, seperti di RPTRA, gedung pemda, sekolah, taman kota, dan masjid.

Selain itu, untuk penanganan banjir rob melalui tanggul raksasa atau NCICD, Dinas SDA DKI Jakarta telah menentukan lokasi prioritas pembangunan tanggul pantai, yaitu Kamal Muara, Kali Blencong, Kali Adem-Muara Angke, Pantai Muara, Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok. Saat ini, jelas Dudi, pihaknya telah membangun sepanjang 12,6 kilometer tanggul pantai dan akan terus dilanjutkan pembangunannya. 

Sementara itu, untuk pembangunan maupun rehabilitasi sistem polder pada 2021-2022, lokasinya antara lain:

- Kelapa Gading, Jakarta Utara : Pompa Kali Betik dan Pompa Artha Gading

- Pulo Gadung, Jakarta Timur: Pompa Pulomas

- Cakung-Cilincing, Jakarta Timur : Pompa Marunda

- Makassar, Jakarta Timur : Pompa Tipala

- Cipayung, Jakarta Timur : Pompa Adhyaksa

- Penjaringan, Jakarta Utara : Pompa Muara Angke dan Pompa Teluk Gong

- Pademangan, Jakarta Utara : Pompa Mangga Dua

- Kembangan-Kedoya, Jakarta Barat : Pompa Green Garden

 

“Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta juga telah menyiapkan 487 pompa stationer di 178 lokasi, 175 pompa mobile di 5 wilayah, 257 alat berat, 465 dump truck, 36 pintu air, dan 8.101 personel (Pasukan Biru),” imbuh Dudi.

Dalam kesempatan yang sama, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan, total ada 267 kelurahan yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Sebanyak 34 kelurahan di antaranya diketahui rawan banjir. 

"Dengan pengalaman 2020, ada 82 kelurahan, namun yang menjadi konsentrasi kita adalah 34 kelurahan. Kenapa demikian? Karena dari 34 kelurahan itu letaknya adanya di daerah aliran Sungai Ciliwung," kata Plt Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Sabdo Kurnianto.

 

Meski demikian, Sabdo tidak menjelaskan secara rinci mengenai 34 kelurahan tersebut. Dia hanya menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan masing-masing pemerintah kota hingga level kelurahan.

 
Berita Terpopuler