Israel Telah Bersiap Akan Serang Iran

Israel telah bersiap kemungkinan lakukan latindakan ofensif terhadap Iran

AP/Tsafrir Abayov
Bayangan seorang tentara Israel yang mengenakan masker untuk membantu melindungi dari virus corona, dilemparkan ke sisi kendaraan di sebuah pos terdepan dekat perbatasan Israel Gaza, Kamis 21 Januari 2021.
Red: Muhammad Subarkah

IHRAM.CO.ID, YERUSALEM -- Jenderal militer Israel Letnan Jenderal Aviv Kochavi memperingatkan pemerintahan Biden untuk tidak bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran 2015. Termasuk, jika Iran rela memperketat persyaratannya.


Dia menambahkan Israel sejauh ini juga telah memerintahkan pasukannya untuk mulai bersiap. Khususnya, untuk kemungkinan tindakan ofensif terhadap Iran di tahun mendatang.

Mengutip AP pada Rabu (27/1) komentar Letnan Jenderal Aviv Kochavi itu datang ketika Israel dan Iran berusaha untuk saling menekan Presiden AS Joe Biden menjelang pengumuman tentang pendekatannya. Mereka mulai menekan Biden untuk menangani program nuklir Iran.

Sebagai informasi, kesepakatan nuklir Iran 2015 bertujuan membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi. Namun Israel sangat menentang kesepakatan itu.

Mereka menyebut perjanjian itu tidak termasuk pengamanan yang cukup untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Karenanya, di masa pemerintahan Trump, Israel menyambut baik penarikan pemerintah AS dari perjanjian tersebut pada 2018.

Sebelumnya, pada 22 Januari 2021, kantor berita Turki Anadolu Agency melansir berita adanya laporan intelijen baru yang menunjukkan bahwa Israel merencanakan serangan terhadap pasukan AS di Irak untuk memprovokasi perang antara Washington dan Teheran. Sumber berita ini dikatakan seorang diplomat tinggi Iran.

Menteri Luar Negeri Javad Zarif mengatakan di Twitter bahwa "agen-provokator" Israel bertujuan untuk membuat Presiden AS Donald Trump yang akan keluar "terikat dengan casus belli palsu." Dia mendesak Trump untuk "berhati-hati dengan jebakan," memperingatkan bahwa "kembang api apa pun akan menjadi bumerang."

Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyusul serangan roket ke Kedutaan Besar AS di ibu kota Irak, Baghdad, yang oleh pejabat Amerika disalahkan atas Iran. Kala berita ini ditulis, Presiden Trump mengatakan ada "obrolan" tentang lebih banyak serangan terhadap pasukan AS di Irak, memperingatkan bahwa Iran akan bertanggung jawab.

Sebagai tanggapan, Zarif mengatakan dalam sebuah tweet pada hari Kamis bahwa laporan intelijen menunjukkan "plot untuk membuat dalih perang," mengacu pada kemungkinan serangan bendera palsu di Irak.

Dia mengatakan Iran "tidak mencari perang" tetapi siap untuk "secara terbuka dan langsung membela rakyatnya, keamanan dan kepentingan vitalnya." Pesan Zarif kala itu merupakan kelanjutan dari pernyataannya pada hari sebelumnya yang secara langsung menunjuk ke Israel.

 

 

Serangan roket di Zona Hijau Baghdad, yang menampung Kedutaan Besar AS, telah meningkat sejak komandan militer Iran Qasem Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS Januari lalu.

Sementara Washington secara langsung menuduh kelompok milisi yang didukung Iran di Irak, terutama kelompok Kataib Hezbollah, Teheran tetap menyatakan bahwa kelompok tersebut beroperasi secara independen.

Menjelang peringatan pertama pembunuhan Soleimani beberapa waktu lalu ini, spekulasi telah marak tentang kelompok-kelompok sekutu Iran di Irak yang merencanakan lebih banyak serangan terhadap instalasi Amerika di negara itu.

Peringatan Zarif tentang Israel yang merencanakan serangan bendera palsu di Irak muncul beberapa hari setelah laporan bahwa kapal selam Israel dan AS bergerak di wilayah Teluk Persia. Manuver tersebut mendorong pejabat Iran untuk memperingatkan akan adanya reaksi keras.

Abolfazl Amouei, juru bicara komisi kebijakan luar negeri parlemen Iran, dikutip mengatakan bahwa langkah tersebut akan dipandang sebagai "tindakan agresi" dan kapal akan menjadi "sasaran empuk" bagi Iran. Para ahli percaya bahwa Tel Aviv telah mempersiapkan kemungkinan pembalasan dari Teheran atas pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh pada November.

Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan itu dan ada seruan yang meningkat untuk pembalasan di dalam negeri. Namun, pemerintahan Presiden Hassan Rouhani telah memilih "kesabaran strategis", dengan mengatakan bahwa mereka akan membalas dendam pada "waktu yang tepat".

 

 
Berita Terpopuler