Pandemi yang Mengancam Sepertiga Bayi Gagal Tumbuh

Presiden minta langkah luar biasa atasi gagal tumbuh pada balita generasi pandemi.

ANTARA/Sigid Kurniawan
Refleksi pengendara motor melintas di dekat mural stunting di Jakarta, Rabu (16/12/2020). Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyatakan berdasarkan data saat ini angka stunting di Indonesia masih sebesar 27,9 persen, sementara target angka stunting yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sebesar 14 persen pada 2024.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri

Pandemi Covid-19 telah membawa banyak dampak buruk dalam kehidupan manusia. Faktor kehilangan atau berkurangnya ekonomi orang tua mengakibatkan banyak anak balita Indonesia diprediksi gagal tumbuh.

Kasus stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang sebelumnya angkanya sudah tinggi di Indonesia, diperkirakan meningkat sebagai dampak pandemi. "Angka stunting kita masih relatif tinggi, yaitu 27,6 persen pada 2019 dan diperkirakan pada 2020 terjadi kenaikan akibat dari wabah Covid-19," kata Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, Senin (25/1).

Pemerintah berupaya menurunkan angka kasus stunting sehingga mendekati 14 persen pada 2024. Menurut perhitungan pemerintah, guna mencapai target angka stunting 14 persen pada 2024, setiap tahun persentase kasus stunting harus diturunkan 2,7 persen.

"Ini adalah sesuatu target yang luar biasa besar. Presiden memberikan arahan agar ada langkah-langkah yang luar biasa," kata Muhadjir.

"Caranya adalah alokasi anggaran yang selama ini tersebar di 20 kementerian dan lembaga diminta supaya difokuskan kepada beberapa kementerian yang memang memiliki perpanjangan tangan langsung ke bawah, dengan demikian hanya beberapa kementerian dan lembaga," ia menambahkan.

Saat ini, sebanyak 54 persen dari angkatan kerja di Indonesia saat ini adalah penyintas stunting.

Untuk memperbaikinya di generasi terkini, pemerintah mencoba memperbaiki manajemen pengurangan angka stunting. Manajemen dianggap menjadi celah kekurangan dalam program pengurangan angka stunting selama ini, di samping anggaran yang sebenarnya sudah tersedia dengan cukup.

"Kenapa angka stunting ini menjadi perhatian Bapak Presiden? Karena kita tahu bahwa kalau anak sudah terlanjur kena stunting pada usia 1.000 hari awal kehidupan maka perkembangan kecerdasannya tidak akan bisa optimal sampai nanti dewasa mencapai usia produktif," ujarnya.

Presiden Joko Widodo memerintahkan BKKBN menjadi lembaga yang memimpin upaya untuk mencapai target penurunan angka stunting. Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengemukakan upaya mencapai target penurunan kasus stunting menjadi 14 persen pada 2024 merupakan tugas menantang. Alasannya, dalam lima tahun terakhir penurunan kasus stunting per tahun hanya sekitar 1,6 persen.

"Saya sampaikan dalam rapat tadi bahwa dalam empat tahun ke depan ada sekitar 20 juta bayi baru yang akan lahir dan kalau angka existing (yang ada) sekarang 27 persen, maka akan ada hampir sepertiga atau sekitar tujuh juta yang stunting. Tapi pada 2024 kami harus menekan angka 7,2 juta itu menjadi hanya 3,4 juta, itu tugas yang cukup menantang," kata Hasto.

Guna mencapai target penurunan kasus stunting, jumlah anak yang gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis tidak boleh lebih dari 680 ribu per tahun. "Harus di bawah itu, bila tidak di bawah itu, maka capaian 14 persen akan sulit," kata Hasto.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Kondisi itu mempengaruhi tumbuh kembang otak anak serta menyebabkan anak lebih berisiko menderita penyakit kronis setelah dewasa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017 dengan angka kasus mencapai 36,4 persen. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, angka kasus stunting di Indonesia sudah turun menjadi 27,6 persen.

Baca Juga


 




Pemenuhan gizi menjadi isu utama penyebab stunting. Di antara masalah nutrisi pada sebagian masyarakat Indonesia saat ini adalah rendahnya pemenuhan zat gizi mikro yang berujunghidden hungeratau kelaparan tersembunyi salah satunya.

Data Global Hunger Index pada 2020 menunjukkan, Indonesia berada pada posisi 70 dari 107 negara dan sekitar 20-40 persen masyarakat di Indonesia mengalami kekurangan zat gizi mikro. Konsumsi buah dan sayur yang kurang menyebabkan rendahnya pemenuhan zat gizi mikro yakni vitamin dan mineral, menurut Kepala Seksi Mutu Gizi Kementerian Kesehatan, dr. Hera Nurlita, dalam sebuah konferensi daring terkait gizi pada Senin (25/1).

Buah dan sayuran diketahui mengandung vitamin, mineral dan serat pangan yang berperan membantu proses metabolisme tubuh seperti membantu memproduksi energi, memelihara dan perawatan jaringan tubuh, membantu tumbuh kembang anak, menurut Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Prof. Dodik Briawan. Kekurangan asupan dua bahan pangan ini bisa menempatkan seseorang baik itu balita maupun orang dewasa berada dalam kondisi hidden hunger atau kelaparan tersembunyi.

"Hidden hunger ini berbeda dengan kelaparan biasa yang biasanya dikenali dengan tubuhnya kurus, perutnya buncit (ini kelaparan yang kentara). Ibu-ibu tidak tahu anaknya cepat sakit, tumbuhnya tidak bisa optimal, prestasi akademik tidak bagus, ini ciri hidden hunger," kata Dodik.

Di sisi lain, anemia juga bisa menjadi penyebab munculnya hidden hunger. Data menunjukkan anemia defisiensi besi di Indonesia mencapai angka 30 persen dan pada ibu hamil jumlahnya mencapai 50 persen.

"Apabila seseorang kekurangan zat besi, vitamin A dan yodium bisa menurunkan PDB sekitar 5 persen dari PDB nasional. Dampak lainnya selain ekonomi, IQ lost dan dampak jangka panjang lainnya," tutur Dodik.

Cegah hidden hunger
Pakar gizi klinik, dr. Diana F. Suganda mengatakan seseorang hanya memerlukan jumlah sedikit asupan mikro nutrisi, berbeda dengan makro nutrisi seperti kabohidrat, protein dan lemak yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah relatif lebih besar. Walau sedikit, zat gizi mikro ini seringkali dilupakan bahkan disepelekan yang mengakibatkan fungsi tubuh tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Diana merekomendasikan memvariasikan bahan pangan yang tersedia untuk mencegah kekurangan zat gizi ini. "Karena tidak ada satu bahan makanan yang mengandung semua zat gizi. campur-campur semua bahan makanan, kita variasikan sesuai komposisi dari Kemenkes, Isi Piringku," tutur dia.

Orang tua sebelumnya perlu membekali diri dengan pengetahuan kebutuhan zat gizi dari berbagai sumber terpercaya misalnya jurnal ilmiah atau sumber lainnya, kemudian menerapkan pada keseharian.

Penyusunan menu makanan mingguan sesuai panduan Kemenkes "Isi Piringku" bisa menjadi solusi, yakni 1/3 piring berisi karbohidrat misalnya nasi, kentang atau jagung, 1/3 piring berikutnya berisi sayuran dengan beragam warna (agar mikronutrien semakin banyak) dan 1/3 sisanya untuk lauk pauk misalnya protein hewani dan nabati; lemak dan buah. "Lauk bisa dicampur misalnya pagi telur, siang ikan, besok diganti lagi dengan ayam, tahu dan tempe. Jadi komposisi gizi seimbangnya dapat. Tidak harus mahal ya," kata Diana.

Dia menyarankan menyajikan makanan segar setiap harinya. Namun ada beberapa bahan pangan yang bisa disiapkan setengah jadi lalu disimpan di lemari es untuk dikonsumsi 2-3 hari kemudian, semisal ayam yang sudah dibumbui dan sebagainya.

Panduan asupan yodium
Yodium menjadi salah satu mikro nutrisi (mineral) yang tubuh butuhkan untuk membantu hormon tiroid membentuk tiroid demi pertumbuhan sel saraf, pertumbuhan otak. Kekurangan zat ini sedari ibu mengandung bisa menyebabkan anak lahir dengan IQ lebih rendah. Selain itu, tumbuh dan kembang anak bisa terganggu yang bisa terlihat dari tinggi anak lebih rendah dari rekan-rekan seusianya.

"Kalau sudah ada gejala klinis misalnya gondok atau pembesaran kelenjar tiroid atau ada semacam benjolan. Pada orang dewasa kesulitan untuk hamil, gangguan siklus menstruasi, gangguan fungsi mental dan masalah lainnya akibat kekurangan hormon tiroid karena asupan yodium kurang," kata Diana.

Diana menekankan, setiap golongan usia memerlukan asupan yodium berbeda-beda. Usia 0-1 tahun membutuhkan sekitar 90 mikrogram sehari, jumlah kebutuhan meningkat menjadi 120 mikrogram untuk anak usia hingga 12 tahun dan kelompok usia 12 tahun-dewasa memerlukan 150 mikrogram yodium.

Jumlah asupan yodium semakin tinggi yakni 220 mikrogram khusus untuk ibu hamil dan 250 mikrogram khusus ibu menyusui. "Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yodium berbeda dan sebaiknya dipenuhi dari berbagai makanan sumber yang dikombinasikan, karena sumber makanan mengandung yodium itu banyak salah satunya makanan laut," tutur Diana.

Selain garam, sumber yodium berasal dari laut misalnya ikan, udang, kerang, cumi-cumi, kepiting, rumput laut, kemudian telur, susu dan produk susu lain seperti yogurt, keju.

"Gula maksimal 4 sendok makan, garam 1 sendok teh (bisa tambahkan garam beryodium) dan lemak misalnya untuk menumis atau oseng-oseng 5 sendok makan," kata Diana.

Diana mengingatkan para orang tua membiasakan diri menerapkan pola makan bergizi seimbang. Pada anak, bisa memulainya sejak dia memasuki masa menyusui, MPASI. Pada setiap tahapan anak belajar makan, komposisi gizi seimbang wajib diterapkan setiap hari.

Infografis Makanan Rendah Kalori Padat Nutrisi - (republika.co.id)

 
Berita Terpopuler