Kemenkeu Sebut Investasi Mirip dengan Vaksinasi Covid-19

Mulai hari ini Kemenkeu menawarkan instrumen investasi ORI019.

Investasi (Ilustrasi))
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Surat Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) Deni Ridwan menyebutkan, investasi memiliki kemiripan dengan vaksinasi Covid-19. Mereka sama-sama berfungsi meningkatkan daya imunitas, tapi tidak lantas menyembuhkan penyakit utama.

Baca Juga

Deni menjelaskan, vaksin bukanlah suatu obat yang menjamin seseorang dapat terbebas dari virus. Tidak terkecuali untuk kasus Covid-19. Proses vaksinasi dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dari virus, namun tidak serta merta mematikan virus.

Begitupun dengan investasi. Deni menjelaskan, investasi bukan jaminan untuk terbebas dari masalah keuangan, terlebih menjamin seseorang dapat kaya raya. "Tapi, setidaknya, memulai investasi bisa menambah imunitas kita dari potensi permasalahan di masa depan, terutama saat kondisi tidak terduga," ucapnya dalam Launching Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI019 secara virtual pada Senin (25/1).

Deni terutama menekankan hal tersebut kepada generasi milenial yang kini sudah aktif berinvestasi di banyak instrumen, termasuk Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Menurutnya, investor muda jangan berharap banyak dapat segera menambah kekayaan secara signifikan setelah berinvestasi di SBN.

Di sisi lain, Deni menambahkan, generasi milenial juga harus menyadari, SBN ritel bukan satu-satunya instrumen keuangan yang harus disiapkan. “Dana darurat juga disiapkan. Setelahnya, baru bisa investasi di instrumen yang lebih agresif seperti saham,” tuturnya.

Tapi, Deni mengapresiasi keterlibatan investor muda dalam berinvestasi di instrumen SBN ritel, termasuk ORI. Berdasarkan catatannya, milenial atau mereka yang kelahiran tahun 1980-2000 ini berkontribusi 30 sampai 40 persen dari total investor dua instrumen ORI sebelumnya, yakni ORI017 dan ORI018.

Deni menjelaskan, dari sisi nilai investasi, generasi milenial memang tidak menyumbang secara signifikan. Nilainya masih lebih rendah dibandingkan generasi baby boomers yang sudah terlebih dahulu mapan.

Meski demikan, Deni menekankan, kontribusi milenial merupakan tren positif untuk meningkatkan keterlibatan investor dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi suatu negara yang mandiri dalam mencari modal pembangunan dan tidak bergantung pada pembiayaan dari luar negeri.

"Harapannya, begitu generasi milenial punya budaya dan kesadaran manfaat investasi, ketika mereka beranjak dewasa dan penghasilan meningkat, dia juga meningkatkan porsi investasinya," ucapnya.

 
Berita Terpopuler