Kapal Militer AS Gelar Operasi di Laut China Selatan

Kapal perang AS mempromosikan kebebasan laut di wilayah yang dipersengketakan

EPA-EFE/MC3 Jason Tarleton
Kapal induk USS Ronald Reagan (CVN 76) (R), kapal perusak rudal berpemandu kelas Arleigh Burke USS Mustin (DDG 89) (L) dan kapal penjelajah rudal berpemandu USS Antietam (CG 54) (2-L) berlayar di formasi selama latihan di Laut Cina Selatan, 06 Juli 2020. Pada 13 Juli 2020, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara resmi menolak sebagian besar klaim China atas Laut Cina Selatan.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekelompok kapal perang Amerika Serikat (AS) yang dipimpin kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki kawasan Laut China Selatan pada Ahad (23/1). Mereka hendak mempromosikan "kebebasan laut" di wilayah perairan yang dipersengketakan China dengan beberapa negara ASEAN tersebut.

"Setelah berlayar melalui perairan ini selama 30 tahun karier saya, sangat menyenangkan berada di Laut China Selatan lagi, melakukan operasi rutin, mempromosikan kebebasan laut, dan meyakinkan sekutu dan mitra," kata Laksamana Muda Doug Verissimo, yang memimpin kelompok kapal perang tersebut.

Saat memasuki Laut China Selatan, USS Theodore Roosevelt didampingi kapal penjelajah rudal kelas Ticonderoga USS Bunker Hill dan kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Russell serta USS John Finn. “Dengan dua pertiga perdagangan dunia yang melewati wilayah yang sangat penting ini, sangat penting bagi kami untuk mempertahankan kehadiran kami dan terus mempromosikan tatanan berbasis aturan yang memungkinkan kita semua untuk makmur,” ujar Verissimo.

 

Tahun lalu, China berulang kali mengecam kehadiran kapal perang AS di wilayah Laut China Selatan. Beijing menganggap hal tersebut sebagai bentuk provokasi. Seperti beberapa negara ASEAN lainnya, AS turut menentang klaim China atas wilayah perairan strategis tersebut.

China diketahui mengklaim sekitar 80 persen Laut China Selatan, termasuk sebagian besar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Vietnam serta Kepulauan Paracel dan Spartly. Klaim Beijing atas wilayah perairan itu juga tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) anggota ASEAN lainnya, yakni Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

 
Berita Terpopuler