Korut Diyakini akan 'Menguji' Joe Biden

Korut sempat melakukan tes rudal ketika awal-awal Obama memimpin.

AP/KCNA via KNS
Kim Jong Un.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, belum mengambil sikap jelas terhadap pemimpin Korea Utara Kim jong-un. Hanya saja, Pyongyang dinilai akan mulai melakukan provokasi pertama di era Biden.

Langkah pertama menarik perhatian AS mungkin akan terkait dengan sistem balistik yang diluncurkan oleh kapal selam. Armada ini baru saja dipamerkan Kim dalam parade baru-baru ini.

Ambisi Kim untuk peluru kendali balistik antarbenua dan satelit pengintai yang diungkapkan selama kongres partai bulan ini dapat mengarah pada peluncuran luar angkasa. Hal itu juga akan berfungsi ganda sebagai uji coba teknologi rudal jarak jauh.

Peristiwa itu akan mengingatkan pada peluncuran 2009 yang berlangsung beberapa minggu setelah masa jabatan pertama Barack Obama dan Biden sebagai wakilnya. "(Utara) mampu melakukan tes yang tidak dapat diabaikan AS dan sekutunya. Kim kemungkinan besar akan memanfaatkan ini," kata profesor di Ewha University di Seoul, Korea Selatan, Leif-Eric Easley.

Analis Institut Penelitian Strategis Nasional Korea yang berbasis di Seoul, Shin Beomchul, menyatakan Kim sedang mencoba untuk memindahkan diplomasi ke arah negosiasi pengurangan senjata antara negara-negara nuklir. Pilihan ini dinilai lebih baik daripada pembicaraan yang akan berujung pada penyerahan penuh senjatanya.

Hanya saja, Korea Utara mungkin tidak akan menguji senjata sampai setelah pidato Kenegaraan Biden pada Februari. Shin menyatakan, pidato itu akan menunjukan nada kebijakan Washington terhadap Pyongyang. Kim mungkin juga ingin melihat keputusan AS dan Korea Selatan melanjutkan latihan militer besar-besaran bersama pada Maret.

Baca Juga

Kedua negara telah menggambarkan latihan tahunan sebagai latihan defensif dan mengurangi sebagian besar aktivitas latihan gabungan untuk memberi ruang bagi diplomasi. Namun, Korea Utara telah menyerukan penghentian penuh latihan tersebut. Pyongyang menggambarkannya sebagai latihan invasi dan bukti permusuhan AS.

"Korea Utara selama kongres partai telah menjelaskan bahwa mereka tidak berniat mengalah dulu, tetapi juga tertarik untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Amerika Serikat," kata diplomat Korea Selatan selama era Obama ini.

Menurut Shin, Biden tidak akan mewarisi diplomasi top-down Trump. Presiden baru AS ini diharapkan untuk lebih fleksibel dalam negosiasi tingkat kerja, menawarkan untuk berbicara dengan Korea Utara kapan saja dan di mana saja dan tentang apa pun.

Shin mengharapkan Biden pada akhirnya mengejar kesepakatan dengan Korea Utara yang menyerupai perjanjian dengan Iran pada 2015.  Hal itu dapat memberi Korea Utara beberapa tingkat kompensasi untuk membekukan kemampuan nuklir dan misilnya pada level saat ini.

 
Berita Terpopuler