Dokter Paru Ungkap 5 Tingkat Derajat Keparahan Covid-19

Covid-19 berdasarkan tingkat derajat keparahannya terbagi lima.

Antara/Hafidz Mubarak A
Tes usap atau swab test Covid-19. Masyarakat yang berisiko tinggi tertular Covid-19 diserukan menjalani pengetesan agar lebih dini diketahui dan mendapatkan perawatan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter mendefinisikan Covid-19 dengan lima tingkat keparahan gejala. Penanganannya pun harus disesuaikan bagi pasien.

"Covid-19 berdasarkan tingkat derajat keparahannya terbagi lima, yakni pertama tanpa gejala," kata Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) dalam bincang-bincang di Graha BNPB Jakarta yang dipantau secara daring, Kamis.

Baca Juga

 Tingkat derajat keparahan kedua, menurut Agus, ditandai dengan gejala ringan, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, dan pegal-pegal Tingkat keparahan sedang, yaitu saat seseorang sudah mengalami pneumonia yang menyebabkan sulit bernapas hingga terasa berat, bahkan sesak.

Agus menjelaskan, pneumonia adalah terminologi umum terhadap suatu peradangan yang terjadi di paru-paru akibat infeksi dari mikroorganisme, seperti virus, bakteri, ataupun jamur. Selanjutnya, kata Agus, kasus berat, yaitu pneumonia yang sudah disertai dengan kondisi berkurangnya saturasi oksigen dalam darah yang nilainya kurang dari 93.

Pada orang yang sehat, tingkat saturasi oksigen yang normal adalah 95 hingga 100. Sementara itu, kasus Covid-19 kategori kritis ditandai dengan kasus pneumonia pada pasien sudah sangat berat, sehingga menimbulkan gagal pernapasan dimana seseorang harus menggunakan bantuan ventilator untuk bernapas.

Baca juga : Jangan Pakai Toilet yang Sama Jika Keluarga Terinfeksi Covid

"Kalau kita lihat derajat itu, untuk kasus sedang, berat, dan kritis itu terdapat pneumonia," kata Agus.

Agus menjelaskan, pneumonia akibat Covid-19 membuat paru-paru terjadi peradangan dan pembengkakan akibat infeksi virus SARS CoV 2. "Yang terjadi paru-paru akan mengalami peradangan yang luas, kalau ada pembengkakan, ada infeksi, juga akan ada gangguan pada proses pertukaran oksigen," kata dia.

Oksigen yang masuk ke dalam paru-paru akan terganggu dan bisa terjadi gangguan pengembangan organ paru. Paru menjadi tidak bisa mengembang maksimal ketika terjadi peradangan.

Agus menyebutkan, orang yang pulih dari Covid-19 berisiko mengalami gangguan pada paru-parunya, salah satunya menyebabkan paru tidak bisa mengembang dengan sempurna. Hal ini menyebabkan penyintas Covid-19 bisa mengalami gangguan kondisi kebugaran, seperti cepat lelah.

Namun, kondisi tersebut hanya terjadi apabila virus SARS CoV 2 sudah menginfeksi ke saluran pernapasan bawah, seperti paru-paru. Apabila infeksi virus hanya terjadi di saluran pernapasan atas, gejala yang ditimbulkan hanya berupa gejala ISPA, seperti pilek, sakit tenggorokan, atau batuk.

 
Berita Terpopuler