Fungsi-Fungsi Vital Agama Selain Beribadah kepada Tuhan

Terdapat sejumlah fungsi agama selain beribadah kepada Tuhan

Aprillio Akbar/Antara
Terdapat sejumlah fungsi agama selain beribadah kepada Tuhan. Ilustrasi umat beragama
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Agama setidaknya memiliki dua kekuatan utama, yaitu sebagai faktor kekuatan daya penyatu (sentripetal) dan faktor kekuatan daya pemecah belah (sentrifugal).

Baca Juga

Di satu sisi, agama bisa memberikan kegunaan yang luar biasa untuk kehidupan manusia. Tetapi, di sisi lain bisa menjadi bumerang bagi dunia kemanusiaan.

Masalah agama adalah salah satu faktor yang sangat sensitif di Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena bangsa Indonesia termasuk penganut agama yang taat. Solidaritas agama biasanya melampaui ikatan-ikatan primordial lainnya, seperti ikatan kesukuan dan ikatan kekerabatan. Oleh karena itu, penataan antarumat beragama dalam kerangka NKRI perlu mendapatkan perhatian khusus.

Di samping itu, fungsi kritis agama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga sangat diperlukan, terlebih lagi dalam konteks masyarakat bangsa kita yang sedang menjalani masa transisi dari sebuah reformasi.

Fungsi kritis agama diperlukan bukan hanya untuk menyadarkan pola pikir dan perilaku individu di dalam masyarakat, tetapi juga untuk memberikan direction terhadap konsep dan perencanaan pembangunan.

Buku berjudul “Islam Fungsional: Revitalisasi & Reaktualisasi Nilai-Nilai Keislaman” ini ditulis Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar. Ia juga merupakan Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur'an (PTIQ) Jakarta dan anggota Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). 

Pembahasan yang paling sesuai dengan judul buku ini terdapat dalam bab 3 dengan tema “Beragama yang Fungsional”. Pada bab ini, Prof Nasaruddin menjelaskan fungsi agama dalam kehidupan masyarakat, yang antara lain berfungsi untuk memberi makna hidup, sebagai sumber nilai, moral, etika, memberikan rasa aman dan percaya, serta motivasi kuat untuk melaksanakan kemaslahatan.

Selain itu, agama juga berfungsi sebagai kontrol sosial dan motivator pembangunan berdimensi kemanusiaan. Bahkan, menurut Prof Nasaruddin, agama juga berperan sebagai instrumen perekat keutuhan bangsa.

Dalam sebuah masyarakat yang pluralis seperti Indonesia, maka disadari betul betapa pentingnya menampilkan agama sebagai faktor sentripetal (kekuatan daya penyatu). Menurut dia, agama perlu berperan sebagai instrumen perekat keutuhan bangsa.

Diakui atau tidak, disadari atau tidak, kekuatan agama sebagai faktor sentripetal telah berjasa besar di dalamnya. Pemimpinnya boleh berganta-ganti, tetapi kekuatan nilai-nilai dan norma-norma agama sebagai living low di dalam masyarakat tetap bekerja. Masing-masing umat beragama di Indonesia tetap menjalankan ajaran-ajaran dan hukum agamanya dengan taat tanpa peduli siapa pun penguasanya.

Dengan menyadari arti penting agama tersebut, maka fungsi dan peran agama perlu dipertahankan keberlangsungannya di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kendati demikian, citra agama yang tercermin di masyarakat sering kali menampilkan yang pradoksial.

 

Di satu sisi agama diharapkan menjadi penyejuk kehidupan, tapi dalam suatu kenyataan agama dijadikan topeng untuk berbuat tindak kekerasan. Menurut Prof Nasaruddin, agama seharusnya menawarkan kedamaian, tapi dalam suatu kenyataan agama menjadi pemicu konflik, bahkan konflik agama bisa lebih dahsyat daripada konflik primordial lainnya.

 
Berita Terpopuler