Rouhani Desak Biden Kembali ke Perjanjian Nuklir

AS menerapkan kembali sanksi yang berdampak buruk bagi ekonomi Iran.

EPA-EFE/IRAN'S PRESIDENTIAL OFFICE
Rouhani Desak Biden Kembali ke Perjanjian Nuklir. Foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Kepresidenan Iran menunjukkan Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara selama pertemuan di Teheran, Iran, 07 Januari 2021. Menurut laporan media, Presiden Rouhani mengomentari penyerbuan Capitol AS di Washington DC, AS yang mengatakan bahwa kekacauan itu dibebaskan oleh pendukung Presiden AS Donald J. Trump membuktikan kegagalan demokrasi Barat.
Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Presiden Iran Hassan Rouhani mendesak pemerintah Amerika Serikat (AS) selanjutnya kembali ke perjanjian nuklir 2015 dan mencabut sanksi terhadap Iran. Rouhani menyambut berakhirnya era 'tiran' Presiden Donald Trump.

Baca Juga

Presiden terpilih AS Joe Biden, yang mulai menjabat pada Rabu, mengatakan AS akan bergabung kembali dengan pakta tersebut. Perjanjian tersebut mencakup pembatasan aktivitas nuklir Iran, jika Teheran melanjutkan kepatuhan yang ketat.

"Bola ada di pihak AS sekarang. Jika Washington kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015, kami juga akan sepenuhnya menghormati komitmen kami berdasarkan pakta tersebut," kata Rouhani dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi, Rabu (20/1).

"Hari ini, kami mengharapkan pemerintahan AS yang akan datang kembali ke aturan hukum dan berkomitmen, dan jika mereka bisa, dalam empat tahun ke depan, untuk menghilangkan semua titik hitam dari empat tahun sebelumnya," kata dia.

Ketegangan meningkat antara Teheran dan Washington sejak 2018. Saat itu, Trump keluar dari kesepakatan antara Iran dan enam kekuatan dunia yang berusaha membatasi program nuklir Teheran dan mencegahnya mengembangkan senjata atom.

 

Washington menerapkan kembali sanksi yang berdampak buruk bagi ekonomi Iran. Iran, yang menyangkal pernah mengincar senjata nuklir, membalas kebijakan tekanan maksimum Trump dengan secara bertahap melanggar kesepakatan itu. Teheran telah berulang kali mengatakan dapat dengan cepat membalikkan pelanggaran itu jika sanksi AS dihapus.

Antony Blinken, kandidat menteri luar negeri pilihan Biden, mengatakan pada Selasa (19/1) AS tidak akan mengambil keputusan cepat tentang apakah akan bergabung kembali dengan pakta tersebut.

"Karier politik tiran Trump dan pemerintahannya yang tidak menyenangkan telah berakhir hari ini dan kebijakan 'tekanan maksimum' terhadap Iran telah gagal total. Trump sudah mati tetapi kesepakatan nuklir masih hidup," ujar Rouhani.

Biden tampaknya melihat kembalinya kesepakatan itu sebagai awal dari pembicaraan yang lebih luas tentang pekerjaan nuklir Iran, rudal balistiknya, dan kegiatan regional. Tetapi Teheran telah mengesampingkan penghentian program rudalnya atau mengubah kebijakan regionalnya.

 

Pilihan Biden untuk memimpin Pentagon, pensiunan Jenderal Angkatan Darat Lloyd Austin, mengatakan Iran menimbulkan ancaman bagi sekutu Amerika di kawasan dan pasukan yang ditempatkan di Timur Tengah. "Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya telah mengubah wilayah kami menjadi 'tong mesiu', bukan Iran," kata Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif kepada televisi pemerintah.

 
Berita Terpopuler