6 Mitos Medis Seputar Gula

Meski lekat dengan 'image' kurang baik, ada banyak informasi miring seputar gula.

Needpix
Meski lekat dengan 'image' kurang baik, ada banyak informasi miring seputar gula (Foto: ilustrasi)
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gula merupakan salah satu bahan baku yang sangat umum digunakan dalam keseharian. Akan tetapi, banyak yang sudah menyadari bahwa konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu masalah kesehatan.

Meski lekat dengan "image" yang kurang baik, ada banyak informasi miring seputar gula yang sebenarnya hanya mitos belaka. Berikut ini adalah enam di antaranya, seperti dilansir Medical News Today, Selasa (19/1).

Baca Juga

Gula Sebabkan Kecanduan
Sebagian ahli meyakini bahwa gula menyebabkan kecanduan. Salah satunya adalah sebuah ulasan naratif dari 2017 mengenai dampak konsumsi gula pada hewan. Dikatakan bahwa data pada hewan menunjukkann bahwa konsumsi gula tambahan memiliki efek seperti obat-obatan terlarang.

Akan tetapi, ulasan tersebut hanya berfokus pada studi-studi terhadap hewan. Temuan ini tidak bisa serta-merta dijadikan bukti bahwa hal yang sama kan terjadi pada manusia.

Dr Dominic M Dwyer dari School of Psychology di Cardiff University mengatakan perilaku seperti kecanduan terhadap gula dan makanan lain dapat ditemukan pada sebagian kecil individu obesitas. Akan tetapi, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa gula itu adiktif.

"Walaupun kita tahu gula memiliki dampak psikologis, termasuk emmberikan kepuasan, dan ini kemungkinan besar dimediasi melalui sistem reward otak," ujar Prof David Nutt yang mengepalai Independent Scientific Committee on Drugs dan juga Departemen Neuropsikofarmokologi dan Pencitraan Molekuler di Imperial College London.

Gula Sebabkan Anak Hiperaktif
Banyak pula yang meyakini bahwa konsumsi gula seperti permen dapat membuat anak menjadi terlalu aktif. Akan tetapi, tak ada bukti bawha gula menyebabkan peningkatan hiperaktivitas pada sebagian besar anak-anak.

Hal ini pula yang diungkapkan dalam sebuah analisis meta di JAMA pada 1995. Analisis meta ini mengulas 23 percobaan dari 16 karya ilmiah.

"Analisis meta dari studi-studi yang dilaporkan saat ini menemukan bahwa gula (umumnya sukrosa) tidak mempengaruhi performa perilaku atau kognitif anak-anak," jelas analisis meta tersebut.

Gula Sebabkan Diabetes
Meski gula dan diabetes seringkali dikaitkan, ternyata tidak ada hubungan langsung di antara keduanya. Yang sebenarnya meningkatkan risiko diabetes tipe 2 adalah kegemukan dan obesitas. Dalam hal ini, kosumsi gula berlebih merupakan salah satu faktor yang membuat seseorang bisa menjadi gemuk atau obestias sehingga kemudian memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap diabetes tipe 2. Akan tetapi, gula bukanlah penyebab langsung dari diabetes tipe 2.

Gula pada Buah Peru Dihindari Saat Diet
Buah secara alami mengandung gula. Karena kandungan gula ini, sebagian orang meyakini bahwa buah-buahan sebaiknya dihindari ketika berdiet untuk menurunkan berat badan.

Hal ini jelas hanya sekedar mitos. Buah mengandung beragam senyawa yang menyehatkan tubuh. Beberapa di antaranya adalah berbagai variasi vitamin, mineral, dan serat.

Gula Harus Benar-Benar Disingkirkan
Konsumsi gula yang berlebih memang buruk bagi kesehatan. Akan tetapi, bukan berarti gula harus benar-benar dilarang untuk dikonsumsi. Konsumsi gula sebaiknya tidak dihindari, namun dibatasi agar tidak berlebihan.

Asupan gula bisa didapatkan dari sumber-sumber makanan yang menyehatkan seperti buah. Yang perlu diwaspadai adalah produk makanan atau minuman yang mengandung tinggi gula, seperti minuman bersoda.

Gula Pemicu Kanker
Sel-sel kanker membelah diri dengan cepat sehingga membutuhkan energi yang cukup besar. Di sisi lain, gula dapat menyediakan energi itu. Akan tetapi, bukan berarti dapat disimpulkan bahwa gula dapat menyebabkan kanker.

Pada dasarnya, bukan hanya sel kanker tetapi semua sel di dalam tubuh membutuhkan gula. Selain itu, se kanker juga membutuhkan nutrisi lain untuk bisa bertahan, tidak hanya gula saja. Beberapa nutrisi lain yang juga dibutuhkan sel kanker adalah asam amino dan lemak.

"Tak ada bukti bahwa menerapkan diet bebas gula menurunkan risiko terkena kanker, atau meningkatkan kemungkinan selamat bila terdiagnosis (kanker)," jelas Cancer Research UK.

Meski bukan penyebab langsung, ada sedikit "twist" antara hubungan gula dengan risiko kanker. Asupan gula yang tinggi  dengan penambahan berat badan yang kemudian dapat berujung pada kegemukan dan obesitas. Kegemukan dan obesitas berkaitan dengan peningkatan risiko kanker.

Jadi, gula memang tidak secara langsung menyebabkan kanker. Akan tetapi, konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan obesitas dan kemudian peningkatan risiko kanker.

 
Berita Terpopuler