Ratusan Tenda Pengungsi Suriah Terendam Banjir di Idlib

Ribuan pengungsi Suriah terancam wabah penyakit di kamp pengungsian

Anadolu Agency
Ribuan pengungsi Suriah terancam wabah penyakit di kamp pengungsian. Kamp pengungsi Suriah di Provinsi Idlib
Rep: Meiliza Laveda Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB – Hujan deras di Provinsi Idlib, Suriah menyebabkan sebanyak 110 tenda milik warga sipil yang mengungsi terendam air dan ada 50 ribu pengungsi terjadi pada Senin (18/1). 

Baca Juga

Warga sipil yang melarikan diri dari serangan rezim Bashar Assad dan pendukungnya, sekarang tinggal di daerah aman di dekat perbatasan Turki.

Terkait kondisi kamp pengungsi yang mengerikan, Wakil Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, Mark Cutts, pada Ahad malam menulis bahwa pihaknya membutuhkan lebih banyak dana. Dana tersebut guna menyelamatkan para pengungsi dan meningkatkan kondisi kamp.

Sejak Desember 2019, hampir satu juta orang telah melarikan diri dari serangan rezim Assad di Idlib, yang dianggap sebagai benteng oposisi terakhir. Akibatnya, banyak orang yang mengungsi di kamp tenda penuh sesak dekat perbatasan Turki. 

Salah seorang pengungsi, Ali Hamada mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa orang-orang telah menderita selama sembilan tahun pada musim dingin.

“Kami telah meninggalkan rumah dan lading kami. Hujan terus turun. Kami tidak punya tempat untuk pergi, tenda kami kebanjiran,” kata Ali, dilansir Daily Sabah, Selasa (19/1).

Pengungsi kamp lain, Nisrin Kaddour yang merupakan ibu dari lima anak itu menyebut dia dan keluarganya harus meninggalkan tenda mereka karena banjir. “Semua harta benda kami kebanjiran, kami tidak punya pakaian lagi. Kami tidak punya selimut untuk menghangatkan diri dan anak-anak saya sakit,” ujar dia.

Selain banjir, warga sipil terlantar yang tinggal di tenda pengungsi berjuang mencari cara untuk menghangatkan diri selama bulan-bulan melewati musim dingin yang keras. 

 

Warga sipil membakar pakaian lama, kain nilon, dan plastik untuk mencoba menghangatkan diri. Ini sangat membahayakan kesehatan mereka karena asapnya dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis.

Kebakaran merupakan ancaman umum dan nyata di kamp karena potensi penyebarannya. Pada Mei tahun lalu, ada tujuh wabah dalam satu bulan di kamp tenda tepatnya di zona perbatasan Turki-Suriah. Ada dua warga sipil yang tewas akibat wabah tersebut. 

Di Desa Deir Hassan, utara Idlib, sekitar 20 tenda hancur total dalam kobaran api yang menyebabkan kerusakan material yang signifikan pada kamp tersebut.

Direktur Kelompok Koordinasi Tanggapan Suriah, Mohammad Hallaj, mengatakan lebih dari 108 tenda telah rusak akibat hujan lebat dalam 48 jam terakhir. Hallaj juga mengumpulkan data migrasi di wilayah itu.

Menurut Cutts, meskipun kamp baru sedang dalam proses pembangunan yang bisa menampung 1 juta pengungsi, namun kamp baru bukanlah sebuah solusi. Yang diinginkan orang-orang adalah mengakhiri perang dan dapat kembali dengan selamat ke tempat asalnya.

Meskipun pejabat dan badan amal Turki melanjutkan upaya mereka untuk memberikan bantuan kemanusiaan, masih ada ribuan lainnya yang membutuhkan bantuan secepatnya dari komunitas internasional. Pada Juni 2020, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan berjanji untuk mendanai pembangunan 50 rumah bata warga sipil di Idlib.

Turki berencana untuk memenuhi target selama musim panas sehingga tempat penampungan akan siap untuk para pengungsi sebelum musim dingin tiba. Ibu negara Emine Erdogan juga menyumbangkan dana untuk mensubsidi 57 rumah bata. Sejak itu, beberapa lembaga kemanusiaan dari Turki telah berpartisipasi dalam pembangunan rumah bata. 

 

Sumber:  https://www.dailysabah.com/politics/50000-displaced-civilians-tents-flooded-by-heavy-rains-in-syrias-idlib/news 

 
Berita Terpopuler