Jakarta Keluar 10 Besar Kota Termacet, DPRD: Ada Kaitan PSBB

Pemprov DKI arus mulai memperbaiki infrastruktur dan suprastruktur transportasi umum.

Republika/Thoudy Badai
Sejumlah kendaraan terjebak macet saat jam berangkat kerja di kawasan Mampang Prapatan.
Rep: Flori Sidebang Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Provinsi DKI Jakarta berhasil keluar dari 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index dengan menempati posisi ke-31 pada tahun 2020. Menurut Ketua Komis B DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz, penyebab turunnya tingkat kemacetan di Ibu Kota karena menerapkan PSBB selama pandemi Covid-19.

Aziz mengakui, adanya penurunan kemacetan yang signifikan. Namun, dia menilai, hal ini terjadi karena penerapan PSBB yang membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah sehingga berdampak pada menurunnya kepadatan lalu lintas di Ibu Kota.

"Saya pikir ini sedikit banyak ada kaitannya dengan PSBB yang diterapkan oleh pemda, sehingga kantor-kantor hanya dihadiri oleh 50 persen karyawan yang notabene pengguna kendaraan," kata Abdul saat dihubungi Republika, Senin (18/1).

Abdul pun mengatakan, prestasi yang sudah dicapai saat ini menjadi suatu tantangan bagi Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan persoalan kemacetan. Khususnya saat pandemi Covid-19 sudah selesai atau terkendali.

 

 

Menurut dia, mulai saat ini Pemprov DKI sudah harus mulai memperbaiki infrastruktur dan suprastruktur terhadap transportasi umum. Termasuk juga bagi para pengguna sepeda.

"Sehingga, masyarakat nyaman menggunakan angkutan publik maupun sepeda yang akan berdampak signifikan pada pengurangan kemacetan," ujar dia.

Provinsi DKI Jakarta keluar dari peringkat 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index. Berdasarkan data itu, saat ini Jakarta menempati posisi ke-31 dari total 416 kota yang diukur.

Informasi itu disampaikan melalui unggahan akun resmi Pemprov DKI Jakarta @dkijakarta, Ahad (17/1). "Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke-31 dari total 416 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang," tulis akun @dkijakarta seperti dikutip Republika, Senin (18/1).

Berdasarkan hasil temuan TomTom Traffc Index, tingkat kemacetan Ibu Kota kian membaik sejak tahun 2017-2020. Diketahui, pada tahun 2017, Jakarta menempati posisi ke-4 kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan mencapai 61 persen.

 

Tahun berikutnya, yakni 2018, lembaga tersebut mengungkapkan, posisi Jakarta membaik. Saat itu, Jakarta berada di peringkat 7 dengan tingkat kemacetan 53 persen.

Setahun kemudian, tepatnya 2019, Jakarta semakin memperbaiki kondisi kemacetan dengan turun ke peringkat 10. Saat itu, tingkat kemacetan di Ibu Kota sebesar 53 persen.

Selanjutnya, pada 2020, peringkat Jakarta semakin membaik dengan menempati posisi ke-31 dengan persentase kemacetan mencapai 36 persen. Jumlah ini turun sebanyak 17 persen dibandingkan satu tahun sebelumnya.

Sepanjang 2020, diketahui kemacetan terparah di Jakarta terjadi pada bulan Februari, yakni 61 persen. Lalu, pada bulan April, tingkat kemacetan menurun drastis pada angka 11 persen. 

 

Hal tersebut terjadi lantaran Pemprov DKI Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) imbas dari pandemi Covid-19. Dalam kebijakan itu, dilakukan pembatasan jam operasional tempat umum dan kapasitas bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

 
Berita Terpopuler