FBI Selidiki Campur Tangan Asing dalam Penyerangan Capitol

FBI sedang memeriksa pembayaran dalam Bitcoin kepada kelompok kanan di AS.

Will Oliver/EPA
Massa Trump menyerbu gedung Capitol Amerika Serikat dan memaksa Kongres untuk menunda sesi yang akan mengesahkan kemenangan Biden, Rabu (6/1).
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Biro Investigasi Federal (FBI) sedang menyelidiki kemungkinan campur tangan asing dalam aksi penyerbuan Gedung Capitol 6 Januari 2021. Lembaga ini akan menginvestigasi adanya upaya pemerintah asing, organisasi, atau individu memberikan dukungan keuangan kepada orang-orang yang membantu merencanakan dan melaksanakan serangan.

Baca Juga

Laporan NBC News pada Ahad (17/1) menyatakan, mantan pejabat dan pejabat yang bertugas di FBI mengatakan, sebagai bagian dari penyelidikan, lembaga itu sedang memeriksa pembayaran 500 ribu dolar AS dalam Bitcoin yang diduga dari warga negara Prancis. Uang tersebut diberikan kepada tokoh dan kelompok kanan sebelum kerusuhan.

Pembayaran didokumentasikan dan diposting daring pada minggu lalu oleh sebuah perusahaan yang menganalisis transfer cryptocurrency. Pembayaran Bitcoin dapat dilacak karena didokumentasikan di buku besar publik.

Pejabat FBI mengatakan, transfer Bitcoin tampaknya telah dilakukan oleh seorang programmer komputer Prancis yang bunuh diri pada 8 Desember tahun lalu setelah memicu transfer. Pembayaran cryptocurrency mendorong FBI untuk memeriksa kemungkinan ada uang yang digunakan untuk mendanai tindakan ilegal, jika benar, ini akan meningkatkan kemungkinan pencucian uang dan tuduhan konspirasi.

Dikutip dari Aljazirah, pada 8 Desember, Chainalysis melaporkan, pendonor mengirim 28,15 BTC  atau sekitar 522 ribu dolar AS pada saat transfer ke 22 alamat terpisah. Banyak di antaranya milik aktivis sayap kanan.

Posting blog Chainalysis, pertama kali disorot oleh Yahoo News, mengatakan podcaster sayap kanan Nick Fuentes menerima uang paling banyak, 13,5 BTC atau senilai sekitar 250 ribu dolar AS.

 

 

Secara terpisah, penilaian ancaman bersama yang dikeluarkan pekan lalu oleh FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan berbagai badan kepolisian federal dan DC lainnya mencatat sejak kerusuhan, aktor pengaruh Rusia, Iran, dan China telah memanfaatkan kesempatan tersebut. Negara-negara itu mencoba memperkuat narasi dalam memajukan kepentingan kebijakan mereka di tengah transisi presiden.

"Media negara bagian dan proxy Rusia telah memperkuat tema yang terkait dengan kekerasan dan kekacauan dalam insiden Capitol Hill, pemakzulan Presiden Donald Trump, dan sensor media sosial", kata laporan intelijen yang tidak diklasifikasikan itu.

Dalam laporan itu mencontohkan, proxy Rusia mengklaim bahwa anggota ANTIFA menyamar sebagai pendukung Presiden Trump dan bertanggung jawab untuk menyerbu gedung Capitol. ANTIFA merupakan kelompok sayap kiri yang berkembang di AS.

Sedangkan Media China dinilai telah menangkap berita itu untuk merendahkan pemerintahan demokratis AS. Menyiarkan informasi AS telah mengalami penurunan dan membenarkan tindakan keras Cina terhadap pengunjuk rasa di Hong Kong.

Pemeriksaan kemungkinan pengaruh asing terkait dengan kerusuhan Capitol dilakukan setelah bertahun-tahun. Upaya ini dianggap menjadi bukti yang meningkat bahwa Rusia dan musuh asing lainnya telah berusaha secara diam-diam mendukung ekstremis politik di paling kanan dan paling kiri.

 
Berita Terpopuler