Larangan Bagi Warga di Sekitar Gunung Semeru Diberlakukan

PVMBG mengimbau masyarakat tidak mendekat kawah Semeru dalam jarak 4 Km

Dok. BNPB
Gunung Semeru mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak luncur kurang lebih 4,5 kilometer, Sabtu (16/1) pukul 17.24 WIB.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta warga tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer (Km) dari kawah/puncak Gunung Semeru. Imbauan itu disampaikan lantaran gunung meluncurkan Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak luncur 4 km ke arah Besuk Kobokan, Sabtu (16/1) sekitar pukul 17.24 WIB.

Baca Juga

Aktivitas guguran lava juga terjadi dengan jarak luncur antara 500 sampai 1.000 meter dari kawah Jongring Seloko ke arah Besuk Kobokan. Pada hari yang sama, terekam pula gempa APG di Semeru dengan amplitudo maksimum 22 milimeter (mm). "Dan durasi gempa 4.287 detik," kata Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Nia Haerani saat dikonfirmasi Republika.co.id, Sabtu (16/1). 

PVMBG mengimbau masyarakat tidak mendekat kawah Semeru dalam jarak 4 Km ke arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara. Kemudian mewaspadai APG, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya. 

Berdasarkan pemantauan PVMBG, visual Semeru sejak 1 sampai 15 Januari 2021 terlihat jelas hingga tertutup kabut. Erupsi masih berlangsung tidak menerus tetapi kolomnya tidak teramati karena tertutup kabut. Hanya teramati asap putih di kawah utama dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi sekitar 200 meter dari puncak.

Pada 1 Januari 2021 pukul 14.58 WIB, kata Nia, sempat terjadi APG dengan jarak luncuran dan arah luncuran tidak dapat teramati. Hal itu karena visual gunung tertutup kabut. 

 

Selama periode 1 hingga 15 Januari 2021 teramati aktivitas guguran lava pijar. Jarak luncurnya sekitar 500 sampai 1.000 meter ke arah Besuk Kobokan. Kolom asap letusan putih tebal teramati dengan ketinggian 200 hingga 300 meter ke arah utara. 

Pada rentang waktu yang sama, jumlah dan jenis gempa di Semeru lebih didominasi guguran. Kemudian gempa letusan, hembusan dan tremor harmonik. "Gempa-gempa vulkanik (dalam dan angkal) terekam dengan jumlah rendah," ungkapnya.

Menurut Nia, selama periode pengamatan telah terjadi satu kali gempa APG di Gunung Semeru. Adapun getaran banjir terekam 14 kali kejadian.

Dari data-data ini dapat disimpulkan  kegempaan di Semeru masih berfluktuatif. Jumlah gempa dalam periode pengamatan masih tinggi. Hal ini mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi. 

Selain itu, jumlah kejadian getaran banjir mulai meningkat. PVMBG mengindikasikan adanya peningkatan kejadian lahar di aliran Besuk Kobokan. Hal ini dapat terjadi seiring meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. 

Menurut Nia, terdapat sejumlah potensi ancaman bahaya dari erupsi Semeru. Beberapa di antaranya lontaran batuan pijar di sekitar puncak dan material lontaran berukuran abu. Material ini dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

Ada pula potensi APG dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jika terjadi hujan, maka ini dapat menimbulkan lahar di sepanjang aliran sungai. "Terutama yang berhulu di daerah puncak," kata dia. 

 
Berita Terpopuler