Rivalitas yang Mengakar

Dalam tempo sepekan, Liverpool dan MU harus baku-hantam di ajang yang berbeda.

premierleague.com
Liverpool vs Manchester United
Red: Endro Yuwanto

Oleh : Endro Yuwanto *)

REPUBLIKA.CO.ID, Januari 2021. Rivalitas dua klub raksasa Liga Inggris, Liverpool dan Manchester United (MU), kembali mengemuka. Hanya dalam tempo sepekan, keduanya harus baku-hantam di ajang yang berbeda.

Pada Ahad, 17 Januari 2021, Liverpool dan MU akan bertarung di kancah Liga Primer Inggris. Bukan pertarungan biasa. Siapapun yang menang dalam laga di Anfield, dialah yang akan memuncaki klasemen sementara.

Tujuh hari kemudian atau pada Ahad, 24 Januari 2021, Liverpool dan MU akan kembali duel di putaran keempat Piala FA. Dua seteru ini butuh kemenangan untuk terus melaju. Di Piala FA, MU terakhir kali juara pada 2015/2016. Sementara Liverpool lebih lama lagi, terakhir kali the Reds juara Piala FA pada 2005/2006.

Jauh sebelum Chelsea, Manchester City, Arsenal, Tottenham Hotspur, Aston Villa, Leicester City, dan Everton, mulai diperhitungkan di kancah sepak bola Inggris hingga saat ini, Liverpool dan MU sudah menjaga rivalitas yang seakan abadi. Rivalitas ini juga berimbas pada para penggemar fanatiknya yang tersebar di seantero bumi. Liverpool dan MU termasuk klub yang memiliki basis fan terbesar di dunia.

Keduanya pun silih berganti meraih trofi bergengsi. Di kompetisi level domestik, Liga Primer Inggris, MU menjadi yang terbanyak mengoleksi gelar dengan 20 trofi. Seolah tak mau kalah, Liverpool hanya tertinggal satu trofi Liga Primer dari MU.

Namun, di kancah Eropa, Liverpool bisa sedikit menepuk dada dengan raihan enam kali juara Liga Champions. MU masih butuh waktu untuk mengejarnya karena baru mengoleksi tiga trofi Liga Champions.

Tensi pertandingan Liverpool kontra MU tak lepas dari sejarah rivalitas antara kedua klub bertetangga ini. Dalam sejumlah penelitian, rivalitas the Reds dan the Red Devils disebut yang paling sengit di kancah sepak bola Inggris. Bahkan suporter Liverpool dan MU sepakat bahwa kedua tim kesayangannya adalah rival utama sepanjang masa.

Rivalitas antara Liverpool dan MU awalnya dipicu persaingan antarkota. Sudah sejak lama Liverpool dan Manchester yang sama-sama berada di Inggris Barat Laut terlibat persaingan dalam bidang ekonomi dan industri. Persaingan kedua kota pelabuhan ini terus berlanjut hingga masa kini. Liverpool dan Manchester sama-sama berusaha berebut pengaruh sebagai area penting di Inggris hingga menjalar ke sepak bola.

Liverpool dan MU sama-sama lahir pada pengujung abad ke-19 silam. Dengan nama Newton Heath, MU lahir dulu pada 1878. Empat belas tahun berselang, Liverpool menyusul hadir di kancah sepak bola Inggris. Pertemuan pertama kedua langsung menjadi laga dengan tensi tinggi. Liverpool dan Newton Heath bertemu pada laga playoff, memperebutkan satu tempat di kasta tertinggi kompetisi Inggris musim 1893/1894. Ketika MU kembali ke kasta tertinggi kompetisi Inggris, kedua tim pun saling bersaing menjadi yang terbaik.

Perseteruan antara MU dan Liverpool kian sengit usai Perang Dunia II. Pada era tersebut, skuad Iblis Merah dan Si Merah terus bersaing, terutama dalam perebutan trofi. Pada era Liga Primer, MU di bawah polesan Sir Alex Ferguson merajai kancah sepak bola Inggris. MU sukses meraih 13 gelar juara Liga Primer. Sementara, Liverpool yang kini dibesut Juergen Klopp baru bisa meraih gelar juara Liga Primer pada 2019/2020 kemarin.

Banyak pengamat yang menilai Liverpool era Klopp kini lebih dominan. Sementara, MU sedang berusaha bangkit lewat tangan anak didik Sir Alex, Ole Gunnar Solskjaer.

Kemenangan 1-0 atas Burnley di laga tunda Liga Primer, Selasa, 12 Januari 2021, membawa MU menggeser Liverpool di puncak klasemen sementara. Sama-sama telah tampil di 17 laga, MU unggul tiga poin atas Liverpool, yang bertengger di peringkat kedua dengan raihan 33 poin.

Untuk pertama kalinya atau sejak terakhir kali ditukangi Sir Alex pada 2013, MU berhasil memuncaki klasemen sementara saat Liga Primer memasuki tahun baru. Namun, tidak perlu waktu lama buat MU untuk menghadapi ujian terbesarnya sebagai pemuncak klasemen.

MU sudah dijadwalkan melawat ke juara bertahan Liga Primer, Liverpool, di Stadion Anfield pada pekan ke-19, Ahad, 17 Januari 2021. Rekor penampilan MU di Anfield tidak terlalu memuaskan. Iblis Merah menelan tiga kekalahan dari lima lawatan terakhir ke markas the Reds di semua ajang.

Solskjaer sadar, Liverpool kini telah menjadi salah satu tim terbaik di pentas Liga Primer, setidaknya dalam tiga setengah musim terakhir. Puncaknya, saat the Reds mengakhiri puasa gelar di kompetisi tertinggi sepak bola Inggris selama 30 tahun dengan raihan titel Liga Primer musim lalu.

Namun, Solskjaer menegaskan, MU sudah siap untuk menjajal kemampuan Liverpool dan menjauh dari kejaran tim asal Merseyside itu di papan klasemen sementara, lewat torehan tiga poin. Apalagi sejauh ini Liverpool masih dipusingkan dengan krisis sejumlah pemain inti yang cedera. Satu-satunya yang diwaspadai Solskjaer adalah kecenderungan penurunan performa anak-anak asuhnya saat berada dalam posisi yang menguntungkan.

Kondisi ini begitu terlihat dalam kiprah MU di pentas Liga Champions musim ini. Hanya membutuhkan satu poin di dua laga pamungkas penyisihan Grup H untuk bisa lolos ke babak 16 besar, MU malah menelan dua kekalahan di laga tersebut.

Apapun kondisi kedua klub saat ini, rivalitas Liverpool dan MU telah memasuki episode baru. Dalam sepekan ini, reputasi dan gengsi kedua klub pelabuhan itu kembali dipertaruhkan.

*) Jurnalis Republika

 
Berita Terpopuler