DPRD Solo Soroti Halte tak Layak untuk BST

Layanan BST dengan skema by the service telah berjalan untuk empat koridor.

Republika/Binti Sholikah
Armada Batik Solo Trans (BST) melintasi Jl Jenderal Sudirman depan Balai Kota Solo saat peresmian operasional BST koridor 1 dan 2 dengan skema buy the service, Selasa (29/12).
Rep: Binti Sholikah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Sejumlah pimpinan DPRD Kota Solo menjajal armada bus Batik Solo Trans (BST) yang menggunakan skema pembelian layanan (buy the service), Selasa (12/1). Keberadaan halte yang dinilai tidak layak menjadi sorotan.

Layanan BST dengan skema by the service telah berjalan untuk empat koridor. Rute yang dilalui tidak hanya di dalam Kota Solo, melainkan sampai melintasi kabupaten sekitar, yakni Bandara Adi Soemarmo di Kabupaten Boyolali, Terminal Kartasura di Kabupaten Sukoharjo, dan Terminal Palur di Kabupaten Karanganyar.

Ketua Komisi II DPRD Solo, YF Sukasno, mengaku nyaman dengan fasilitas yang dimiliki BST. "Busnya nyaman, AC, tidak ada bunyi grek-grek, ini transportasi yang sangat nyaman. Mari masyarakat kita gunakan transportasi yang sangat nyaman dan murah nantinya," ujarnya kepada wartawan.

Meski demikian, Sukasno menyoroti kelengkapan halte yang berada di luar Solo, misalnya halte-halte di jalur menuju Terminal Kartasura. Dia menilai, halte-halte tersebut kurang representatif lantaran masih berupa undakan tanpa atap.

"Ini harusnya menjadi kewajiban bersama, kerja sama antara Kota Solo dan Sukoharjo, sehingga penganggarannya nanti bisa dipikirkan bersama. Supaya haltenya betul-betil representatif, teduh dan terhindar dari hujan," imbuhnya.

Di samping itu, dia juga menyoroti masih adanya kendaraan roda empat yang parkir di samping halte BST sehingga menghalangi bus ketika akan menepi. Alhasil penumpang kesulitan untuk naik atau turun. "Ini menjadi evaluasi bersama termasuk Pemkab di sekitar Solo untuk memikirkan bersama karena yang naik ini masyarakat umu, bukan hanya Solo," imbuhnya.

Di sisi lain, jalur contra flow untuk rute BST koridor 1 di Jalan Slamet Riyadi juga disoroti. Sukasno menyebut masih banyak pengendara motor yang melintasi jalur BST di belakang bus. Dia meminta masyarakat memahami jika jalir contra flow tersebut khusus untuk BST.

Baca Juga


Ketua DPRD Kota Solo, Budi Prasetyo, mengatakan, wakil rakyat punya tugas pokok dan fungsi untuk menganggarkan dan mengawasi program pemerintah daerah. Termasuk operasional BST. Dia mengaku, setelah menaiki BST dari depan gedung DPRD Solo sampai Terminal Palur, ternyata lumayan nyaman. Karenanya, dia berharap masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas BST yang nantinya harga tiket akan terjangkau.

"Kami berharap dengan sarana transportasi massal berupa BST ini tentunya bisa mendukung kelancaran lalu lintas di Kota Solo, salah satunya adalah mengatasi kemacetan lalu lintas di tingkat kota dengan mengurangi penggunaan motor atau transportasi pribadi," jelas Budi.

Direktur PT Bengawan Solo Trans selaku pengelola BST, Sri Sadadmojo, mengatakan, selama masa pandemi pelayanan bus BST tetap dilayani. Operasional BST disesuaikan dengan Surat Edaran Wali Kota tetap beroperasional dari pukul 05.00-21.00 WIB. Untuk jumlah penumpang yang bisa dimuat hanya 50 persen dari total kapasitas. Di dalam bus sudah dilengkapi hand sanitizer dan tanda silang agar penumpang menjaga jarak.

"Fasilitasnya sangat nyaman, aman, sejuk dan tidak seperti bus zaman dulu, tidak ada mangkal, tidak ada balapan, sopir tiak galak, kami didik attitute-nya lebih ramah lagi. Jadi tidal perlu khawatir," terang Sri Sadadmojo.

Dia mengimbau kepada masyarakat yang merasa kekurangan atau ingin memberikan kritik dan saran dipersilakan melakukan komplain ke PT Bengawan Solo Trans. Selanjutnya, pengelola akan memberikan tindakan sesuai aturan supaya pelayanan kepada masyarakat lebih baik lagi. Dia menambahkan, jumlah armada BST untuk koridor 1 sebanyak 30 bus, koridor 2 ada 16 bus, koridor 3 ada 20 bus, dan koridor 4 ada 24 bus.

 
Berita Terpopuler