Covid-19 Dapat Sebabkan Kerusakan Otak Mirip Strok

Otak pasien Covid-19 mungkin rentan terhadap kerusakan pembuluh darah mikrovaskular.

AP/Jorge Saenz
Seorang perawat menyiapkan suntikan untuk pasien Covid-19 di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit. Para peneliti telah menemukan kerusakan yang disebabkan oleh penipisan dan kebocoran pembuluh darah otak pada sampel dari penyintas Covid-19.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan otak yang terkait dengan strok selagi tubuh sedang berjuang melawan virus. Penelitian telah menemukan bahwa infeksi virus corona dapat menyebabkan respons peradangan di otak, yang menyebabkan kerusakan 'seperti strok' pada area tertentu.

Peneliti dari National Institutes of Health menggunakan pemindai MRI dan menemukan kerusakan pada olfactory bulb di otak dan juga kerusakan di batang otak. Lantaran tidak ada virus corona yang ditemukan di jaringan, kesimpulan dibuat bahwa kerusakan disebabkan oleh respons peradangan tubuh terhadap virus.

Dilansir The Sun, Senin (11/1), para peneliti telah menemukan kerusakan yang disebabkan oleh penipisan dan kebocoran pembuluh darah otak pada sampel dari penyintas Covid-19. Tetapi penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kerusakan tersebut tidak terlihat seperti terkait dengan gejala kekurangan oksigen.

"Kami menemukan bahwa otak pasien Covid-19 mungkin rentan terhadap kerusakan pembuluh darah mikrovaskular," kata Avindra Nath, Direktur klinis di National Institute of Neurological Disorders and Stroke sekaligus penulis senior studi tersebut.

Menulis di New England Journal of Medicine, Nath menyebut bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ini mungkin disebabkan oleh respons peradangan tubuh terhadap virus. Ia berharap hasil ini akan membantu dokter memahami spektrum lengkap masalah yang mungkin diderita pasien.

Baca Juga

"Ini agar kami bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik," jelasnya.

Menurut Nath, sejauh ini hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kerusakan yang dilihat oleh para peneliti mungkin bukan disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang secara langsung menginfeksi otak. Di masa depan, para peneliti berencana untuk mempelajari bagaimana Covid-19 membahayakan pembuluh darah otak dan apakah itu menghasilkan beberapa gejala jangka pendek dan jangka panjang yang terlihat pada pasien dalam penelitian ini.

Studi tersebut dilakukan pada jaringan otak dari 19 pasien yang meninggal akibat virus corona. Mereka berusia lima hingga 73 tahun dan menderita virus tersebut untuk waktu yang berbeda-beda.

Nath mengatakan, dirinya sangat terkejut saat menemukan kerusakan otak di antara sampel. Ia menyebut bahwa kerusakan itu multifokal dan biasanya terkait dengan strok dan penyakit peradangan saraf.

Komplikasi seperti strok terungkap pada 10 pasien. Scan menunjukkan kerusakan yang berhubungan dengan pembuluh darah yang tersumbat. Temuan dalam studi baru-baru ini mengungkap lebih banyak tentang gejala neurologis yang dialami banyak penderita virus corona.

"Sementara itu, setiap orang dewasa akan mendapatkan vaksin Covid pada musim gugur dengan 200 ribu orang Inggris disuntik setiap hari," kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, Senin.

Menteri Kesehatan mengungkapkan, strategi keluar Inggris dari pandemi dan mengungkapkan 350 juta dosis vaksin sedang dipesan. Dia berharap setiap orang dewasa akan menerima suntikan pada musim gugur tahun ini sebagai bagian dari program vaksinasi terbesar yang pernah ada.

Namun dia menolak untuk berspekulasi tentang apakah aturan lockdown dapat diperkuat di tengah klaim dari para ilmuwan bahwa mereka terlalu lalai dalam menghentikan penyebaran. Para ilmuwan yakin tindakan tersebut tidak cukup untuk menghentikan kasus meledak dan malah menyerukan tindakan keras total.

Wali Kota London Sadiq Khan juga memimpin seruan agar masker dikenakan di luar rumah saat ia menyatakan insiden besar di Ibu Kota. Kasus Covid-19 pada Senin melonjak lebih dari 50 ribu untuk hari ke-13 berturut-turut karena kematian meningkat 563.

Temuan ini membuat jumlah total korban menjadi lebih dari 81 ribu. Kini, ada 3.072.349 orang yang terinfeksi penyakit tersebut di Inggris setelah 54.950 dinyatakan positif.

 
Berita Terpopuler