Bayi Baru Lahir Berisiko Mengidap Kanker dari Ibu Penderita

Penularan kanker dari ibu ke bayi adalah peristiwa yang sangat langka.

pixabay
Ilustrasi melahirkan. Dalam kasus yang sangat jarang, bayi baru lahir dapat mengidap kanker dari ibu hamil yang mengidap kanker selama persalinan.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kasus yang sangat jarang, bayi baru lahir dapat mengidap kanker dari ibu hamil yang mengidap kanker selama persalinan. Dua anak laki-laki, berusia 23 bulan dan 6 tahun, mengembangkan kanker paru-paru yang membuktikan kecocokan genetik yang tepat dengan kanker serviks pada ibu mereka pada saat lahir.

Menurut para ahli kanker, tampaknya anak laki-laki itu menghirup sel kanker dari tumor ibu mereka saat mereka lahir. "Dalam kasus ini, kami berpikir bahwa tumor muncul dari penularan vagina ibu-ke-bayi melalui cairan vagina yang terkontaminasi tumor selama kelahiran," kata Ketua Peneliti Dr. Ayumu Arakawa, ahli onkologi anak di National Cancer Center Hospital di Tokyo, dilansir di US News, Kamis (7/1).

Penularan kanker dari ibu ke bayi adalah peristiwa yang sangat langka. Ini terjadi hanya pada 1 bayi untuk setiap 500 ribu ibu penderita kanker. Sebagai perbandingan, sekitar 1 dari setiap 1.000 kelahiran hidup melibatkan ibu yang mengidap kanker.

Sejumlah kecil kasus yang diamati sebelumnya biasanya melibatkan sel kanker yang bergerak melintasi plasenta dan menuju janin yang masih berkembang. Leukemia, limfoma, dan melanoma adalah kanker paling umum yang ditularkan melalui dugaan transmisi transplasental.

Menurut para ahli kanker, ini adalah kasus pertama di mana bayi baru lahir tampaknya mengidap kanker paru-paru dengan menghirup sel kanker dari tumor serviks. "Secara pribadi saya menganggapnya menarik. Saya tidak tahu ini mungkin," kata Debbie Saslow, direktur senior terkait HPV dan kanker wanita di American Cancer Society.

Sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Kasus seperti ini akan menjadi lebih langka karena lebih banyak anak laki-laki dan perempuan yang divaksinasi HPV. "Saya pikir menarik bahwa penelitian ini berasal dari Jepang, di mana mereka mendapat banyak reaksi keras terhadap vaksin HPV dan mereka melihat tingkat vaksinasi anjlok karena kekhawatiran yang tidak berdasar," kata Saslow.  

"Saya juga tahu bahwa Jepang memiliki tingkat skrining serviks yang sangat rendah," tambahnya.

Dokter menemukan kanker di kedua paru-paru bocah berusia 23 bulan itu setelah keluarganya membawanya ke rumah sakit karena batuk yang sudah berlangsung selama dua minggu. Ibunya telah menerima diagnosis kanker serviks tiga bulan setelah kelahiran bayinya.

Penderita kanker satunya, anak laki-laki berusia 6 tahun ke rumah sakit setempat dengan nyeri dada di sisi kirinya, dan CT scan menunjukkan massa 6 sentimeter di paru-paru kirinya. Ibunya menderita tumor serviks yang dianggap jinak pada saat melahirkan, dan telah meninggal karena kanker serviks dua tahun setelah melahirkan.

Dalam kedua kasus tersebut, dokter menggunakan pengujian genetik untuk secara positif menghubungkan kanker serviks ibu dengan kanker paru-paru pada putra mereka.

Kedua anak laki-laki tersebut masih hidup setelah pengobatan kanker yang berhasil, kata para peneliti Jepang. Penemuan ini dilaporkan pada 7 Januari di New England Journal of Medicine.

Arakawa dan rekannya menyarankan agar wanita hamil dengan kanker serviks mempertimbangkan untuk menjalani operasi caesar, untuk menghindari risiko menularkan kanker ke bayi mereka. "Penularan tumor dari ibu ke bayi mungkin merupakan risiko persalinan pervagina di antara wanita dengan kanker serviks. Operasi caesar harus direkomendasikan untuk ibu dengan kanker serviks rahim," kata Arakawa.

 
Berita Terpopuler