Kedudukan Ibu Lebih Mulia dari Ayah

Seorang anak wajib berbakti pada orang tua, terutama ibu.

Antara/Harviyan Perdana Putra
Kedudukan Ibu Lebih Mulia dari Ayah. Seorang ibu menggendong anaknya melewati genangan banjir di Pekalongan, Jawa Tengah.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah mewajibkan umat Muslim untuk berbakti kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu. Allah berfirman dalam surat Lukman ayat 14,

Baca Juga

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan 'alā wahniw wa fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk, ilayyal-maṣīr.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

Dikutip dalam buku Dahsyatnya Doa Ibu oleh ustadz Syamsuddin Noor, penyebutan kata “Al-Wahn” adalah kelemahan, kelemahan yang bertambah-tambah. Sehingga dimaksudkan dalam konteks membesarkan anak, mulai dari masih dalam kandungan.

Tentunya, sangat berat bagi seorang ibu mengandung selama sembilan bulan ditambah rasa sakit saat melahirkan. Bahkan, nyawa pun menjadi taruhannya. Setelah melahirkan, ia menyusui selama dua tahun, lalu membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang.

Oleh karena itulah, Allah menyejajarkan perintah sikap bersyukur kepada orang tua khususnya ibu dengan perintah bersyukur kepada-Nya. Ini menunjukkan jasa kedua orang tua, terutama ibu bagi manusia berada setelah keutamaan Allah di atasnya.

 

Sementara pada ayat berikut, surat Al-Ahqaf ayat 15, ditegaskan seorang anak wajib berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, khususnya ibu.

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Wa waṣṣainal-insāna biwālidaihi iḥsānā, ḥamalat-hu ummuhụ kurhaw wa waḍa'at-hu kurhā, wa ḥamluhụ wa fiṣāluhụ ṡalāṡụna syahrā, ḥattā iżā balaga asyuddahụ wa balaga arba'īna sanatang qāla rabbi auzi'nī an asykura ni'matakallatī an'amta 'alayya wa 'alā wālidayya wa an a'mala ṣāliḥan tarḍāhu wa aṣliḥ lī fī żurriyyatī, innī tubtu ilaika wa innī minal-muslimīn.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang Muslim.”

Penyebutan ibu sebagai orang yang mengandung dan melahirkan dengan susah payah, kemudian menyusuinya selama dua tahun menunjukkan agar perhatian seorang anak dalam mengabdi kepada ibu harus lebih besar daripada ayah.

 

Abu Hurairah berkata, seseorang datang kepada Rasulullah SAW. Dia bertanya, “Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku patuhi?,” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Ia lalu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?”. Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu.” Kemudian ia bertanya lagi yang keempat kali, “Kemudian siapa lagi?”, Rasulullah SAW baru menjawab “ayahmu,” (HR Bukhari dan Muslim).

 
Berita Terpopuler