Eichman, Pejabat Nazi Diculik Mossad, Mati di Tiang Gantung

Penculikan terhadap Eichman membuat nama Mossad meroket.

NET
Logo Badan Intelijen Israel, Mossad.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sosok Adolf Eichmann pernah dianggap 'mati' sebelum benar-benar mati di tiang gantung Israel pada 31 Mei 1962. Namanya akan selalu diingat sebagai aksi penculikan paling mengagumkan bagi dinas intelijen Israel atau Mossad.

Nasib Eichmann sebelum menjadi buruan Mossad justru berada di 'atas angin'. Sebagai pria kelahiran Solingen, Jerman, pada 1906, dia tumbuh menjadi anggota Nazi yang akhirnya bisa bergabung dengan organisasi elit SS (Schutzstaffel) Nazi pada 1932.

Seperti dikutip dari history, anggota SS memiliki tanggung jawab luas di Nazi Jerman, termasuk kepolisian, intelijen, dan penegakan anti-Kebijakan Semit. Eichmann terus naik jabatan dan dengan aneksasi Jerman atas Austria pada 1938. Dia dikirim ke Wina.

Eichman disebut memiliki misi 'membersihkan' kota dari orang Yahudi dengan mendirikan pusat deportasi. Setahun kemudian, dia dikirim ke Praha untuk misi serupa. Tahun itu, Eichmann ditunjuk menangani Yahudi di kantor keamanan pusat SS di Berlin.

Baru tiga tahun kemudian, Eichmann bertemu dengan pejabat tinggi Nazi di Konferensi Wannsee dekat Berlin. Pertemuan ini bertujuan untuk merencanakan pemusnahan populasi Yahudi Eropa.

Eichmann ditunjuk untuk mengoordinasikan identifikasi, perakitan, dan transportasi jutaan orang Yahudi dari wilayah Eropa yang diduduki ke kamp kematian Nazi, tempat orang Yahudi digas atau bekerja sampai mati.

Atas keputusan Eichmann, sekitar tiga hingga empat juta orang Yahudi disebut tewas di kamp-kamp pemusnahan sebelum akhir Perang Dunia II. Hampir 2 juta orang dieksekusi di tempat lain.

Masa kejayaan Eichmann pun jatuh ketika Jerman kalah perang. Dia ditangkap oleh pasukan Amerika Serikat, tetapi dapat melarikan diri dari kamp penjara pada  1946. Langkah lihainya membuat menghilang, bahkan dianggap mati sebelum menghadapi Pengadilan Kejahatan Perang Internasional Nuremberg.

Tapi, nyatanya Eichmann melakukan perjalanan ke Argentina yang memiliki kebijakan imigrasi yang longgar dan merupakan tempat yang aman bagi banyak penjahat perang Nazi.

Baca Juga

Pada 1957, seorang pejabat Jerman secara diam-diam memberi tahu Israel bahwa Eichmann tinggal di Argentina. Nasib naas Eichmann pun dimulai dengan penurunan Mossad ke Argentina. Pada awal 1960 badan intelijen ini menemukannya. Dia tinggal di bagian San Fernando di Buenos Aires, dengan nama Ricardo Klement.

Menjelang Mei, Argentina merayakan ulang tahun ke-150 revolusinya melawan Spanyol. Momen ini digunakan Mossad untuk menyelundupkan lebih banyak agen ke negara itu.

Israel pun memutuskan untuk menculik sosok penting dalam pemusnahan orang Yahudi di Eropa itu. Langkah ini diambil dengan anggapan Argentina tidak akan pernah mengekstradisi Eichmann untuk diadili.

Pada 11 Mei, agen Mossad turun di Jalan Garibaldi di San Fernando dan menculik Eichmann saat berjalan dari bus ke rumahnya. Sembilan hari kemudian, Eichmann yang dibius diterbangkan dari Argentina dengan menyamar sebagai pekerja maskapai penerbangan Israel yang menderita trauma kepala dalam sebuah kecelakaan. Tiga hari kemudian, Perdana Menteri Israel, Ben-Gurion mengumumkan bahwa Eichmann ditahan Israel.

Argentina menuntut Eichmann untuk dikembalikan, tetapi Israel berpendapat bahwa statusnya sebagai penjahat perang internasional memberi hak untuk melanjutkan persidangan. Pada 11 April 1961, pengadilan Eichmann dimulai di Yerusalem dengan menghadapi 15 dakwaan, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan terhadap orang Yahudi, dan kejahatan perang.

Dikutip dari TIME, setelah penangkapan, gagasan bahwa Eichmann akan diadili di Israel adalah kontroversial. Beberapa pihak di seluruh dunia mempertanyakan tentang legalitas penculikan seorang pria dari satu negara untuk diadili dalam atas kejahatan yang dilakukan.

Beberapa pengamat merasa bahwa Eichmann harus diadili di Jerman atau oleh badan internasional. Sedangkan lainnya merasa bahwa penting Israel yang masih baru berdiri menjadi mercusuar kepatuhan terhadap hukum internasional.

"Saya rasa kontroversi [legalitas] tidak bertahan lama. Banyak kontroversi menyelamatkan muka, terutama dari sudut pandang Jerman dan Argentina," kata penulis "Hunting Eichmann: How a Band of Survivors and a Young Spy Agency Chased Down the World's Most Notorious Nazi", Neal Bascomb.


Diperkirakan 500 jurnalis dari seluruh dunia menuju ke Yerusalem untuk meliput persidangan. Menurut catatan TIME, dalam proses persidangan hanya sosok pria kurus dan botak berusia 55 tahun yang lebih tampak seperti pegawai bank daripada tukang jagal sedang menghadapi hukuman.

"Mulut tipis di antara telinga yang menonjol, hidung panjang dan sempit, mata biru yang dalam, alis sering keriput. Dia tampak lemah di samping dua polisi Israel yang berbadan kekar dan berbaju biru. Ketika dia berdiri, dia lebih menyerupai seekor bangau daripada seorang prajurit," ujar laporan TIME.

Eichmann mengklaim dia hanya mengikuti perintah. "Saya setia, patuh, dan senang melayani tanah air," ujarnya membela diri.

Bahkan, dalam pembelaan, sosok ini mengaku tidak memiliki peran besar dalam Nazi. “Saya hanya berurusan dengan jadwal kereta dan aspek teknis transportasi evakuasi," katanya.

Eichmann malah mengaku membantu orang Yahudi untuk pergi dari Eropa dengan mengirimnya keluar dan mencoba menjadikan Madagaskar sebagai surga bagi orang Yahudi. "Saya ingin orang Yahudi memiliki dasar yang kokoh di bawah kaki mereka," ujarnya dengan jelas menginginkan Yahudi memiliki negara sendiri ketika itu.

Tapi, hakim memutuskan Eichmann bersalah atas semua tuduhan pada 15 Desember dan menjatuhkan hukuman mati. Pada 31 Mei 1962, dia digantung di dekat Tel Aviv dan tubuhnya kemudian dikremasi dan abunya dibuang ke laut.

 
Berita Terpopuler