Budaya Masker: Kisah Jakarta, Jawa Sampai Skandinavia

Ternyata protokol kesehatan tergantung pada budaya dan kesadaran masyarakat

Republika
Seorang tua termangu di tengah pasar sembari tetap menggunakan masker
Red: Muhammad Subarkah

IHRAM.CO.ID, Kesadaran masyarakat untuk mentaati protokol kesehatan harus terus diketuk. Di Jakarta misalnya penggunaan masker misalnya masih berada dipersentase 65-75 persen. Sebab, idealnya ketaatan terhadap penggunaan masker hendaknya mencapai 85 persen.

Soal kesadaran akan ketaatan masyarakat tersebut memang harus terus ditingkatkan. Hal ini juga ditegaskan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dia menyatakan data data pengguna masker di Ibu Kota selama pandemi Covid-19 saat ini masih sekitar 75 persen. Namun, Anies menyebut, jumlah itu belum stabil lantaran masih naik-turun.

"Hari ini jumlah penduduk Jakarta yang menggunakan masker proporsinya sekitar 75 persen, tapi naik-turun, ada masa 65 persen, ada masa 80 persen," kata Anies dalam webinar Penanganan Kesehatan Pemulihan Sosial dan Ekonomi, Selasa (24/11).

Meski demikian, menurut Anies, idealnya pengguna masker minimal 85 persen dari jumlah penduduk Jakarta. Dia menyebut, apabila mencapai angka tersebut, maka dapat disebut sebagai sebuah prestasi. 

"Prestasinya adalah kalau minimal 85 persen penduduk menggunakan masker," jelas dia.

Di sisi lain, dia mengungkapkan, sejak April 2020, Pemprov DKI Jakarta telah memproduksi dan membagikan masker secara gratis kepada masyarakat di Ibu Kota. Setelah pembagian masker itu, pihaknya pun mewajibkan penggunaan masker dan menerapkan sanksi denda maupun kerja sosial bagi para pelanggar di Jakarta.

Anies mengklaim, hingga saat ini sanksi denda yang sudah terkumpul mencapai Rp 5 miliar. "Sesudah pembagian masker, kita mewajibkan penggunaan masker dan denda di Jakarta. Kalau tidak menggunakan masker, bisa denda Rp 250 ribu. Kumpulan denda sudah sampai Rp 5 miliar hari ini," ungkap dia.

Namun, dia menilai, capaian denda itu bukanlah sebuah prestasi. "Prestasi bukan di denda, tapi kalau minimal 85 persen penduduk menggunakan masker hari ini," lanjutnya.

Berbicara terpisah, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat, bahwa pandemi Covid-19 hingga saat ini belum berakhir. Karena itu, ia meminta agar masyarakat bijak dalam mempertimbangkan kegiatan yang akan dilakukan pada masa libur panjang akhir tahun nanti.

“Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan pada masa liburan panjang dengan kebijaksanaan yang dibangun dari masing-masing individu untuk sebisa mungkin meminimalisir kontak dan kerumunan,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (24/11).

Wiku mengaku paham masyarakat sudah jenuh terhadap kondisi dan rutinitas selama pandemi yang dihabiskan di dalam rumah. Namun, kebijakan masyarakat dalam memilih kegiatan selama pandemi diperlukan untuk menekan angka penularan. Wiku juga mengingatkan agar masyarakat terus disiplin menjalankan protokol kesehatan.

“Jangan pernah melupakan masker, mencuci tangan, dan jauhi kerumunan,” tambah dia.

Lalu bagaimana ketaatan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, misalnya penggunaan masker. Saat ini ternyata kesadarannya jauh masih lebih rendah dari DKI Jakarta.

Seorang Guru di sebuah SMK di Kebumen, Jawa Tengah, Rahma, misalnya mengakui masyarakat masih terlihat acuh. Bahkan ketidakpedulian itu seperti dibiarkan.

"Saya dengar baru mulai hari ini rumah sakit penuh. Saya kira wajar sebab hampir-hampir warga seperti dibiarkan memakai tanpa masker untuk pergi ke mana-mana. Kerumunan sampai beberapa hari terakhir pun masih ada. Masyarakat seperti biasa saja,'' kata Rahma dalam perbincangan melalui telepon dengan nada prihatin.

Untungnya mulai Selasa (24/11), ia mendengar bahwa sudah ada penegakkan aturan protokol yang lebih ketat. Ini misalnya di kerumunan karena ada resepsi mulai tak mendapat izin. ''Mulai sekarang harus sudah tampak berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang terlihat begitu bebasnya."

Di kawasan Cilacap bagian barat pun begitu. Seorang kandidat doktor yang tinggal di wilayah Cipari Moh Fahmi mengatakan di tempatnya seperti tak terjadi apa-apa. Tak ada yang pakai masker. Kumpul-kumpul untuk pengajian hingga perkawinan pun masih seperti biasa.

''Bahkan sudah ada saudara yang menyatakan siap mengundang sekitar 2.000-3000 orang dalam sebuah resepsi pernikahan. Undangan pun sudah disebar. Melihat kenyataan ini saya pun hanya mengusap dada saja. Prihatin,'' kata Fahmi.

Melihat kenyataan itu, lanjutnya, sangat masuk akal bila ada kepala daerah di Banyumas yang letaknya beririsan dengan Cilacap mengeluh tak kuasa lagi membendung pandemi Covid-19. Ini terjadi karena masyarakatnya memang masih acuh terhadap penggunaan masker hingga aturan protokol kesehatan COvid-19.

Sementara itu, seorang warga asal Bosnia yang tinggal di Jakarta, Edin Hidzalik, mengatakan memang masyarakat Indonesia terlihat sulit mentaati protokol kesehatan. Dan ini terlihat dari budaya orang Indonesia yang senang berkumpul dan mengobrol. Akibatnya, untuk hidup lebih menutup diri sangat sulit.

''Budaya orang Indonesia tak bisa hidup individual atau soliter. Ini beda dengan negara-negara di wilayah Skandinavia misalnya. Di sana memang tak ada aturan memakai masker, mencuci tangan, hingga jaga jarak. Mereka bebas dari aturan itu.Tapi ternyata penyebaran Covid-19 di sana sangat rendah karena mereka selama ini terbiasa hidup menyendiri dan tak punya budaya berkerumun dan ngobrol. Kalau cuci tangan mereka sudah biasa meski tanpa ada pandemi Covid-19,'' katanya.

Dengan demikian, lanjutnya, mau tidak mau masyarakat Indonesia harus mentaati protokol kesehatan. "Masker misalnya di sana memang tak menjadi sangat penting untuk mencegah dan memotong penyebaran Covid-19 karena budaya masyarakatnya soliter. Dan lebih dari itu, meski dibiarkan masyarakat tanpa perlu mengenakan masker dan jaga jarak, kesiapan rumah sakit di negara-negara itu untuk menangani bila ada yang terpapar Covid sangat cukup. Beda dengan Indonesia yang saya dengar banyak rumah sakit yang menyatakan kewalahan atasi pasien Covid-19,'' ujarnya.

 

 
Berita Terpopuler