Kiai Said dan Syafruddin Bahas Masalah Dunia Islam

Kiai Said berpesan agar memperkuat dakwah Islam yang moderat.

Republika/Thoudy Badai
Kiai Said dan Syafruddin Bahas Masalah Dunia Islam. Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin (kiri) berfoto bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (kanan) saat berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Kamis (12/11). Dalam kunjungan tersebut membahas tentang kondisi Islam moderat sekaligus cara mengantisipasi Islamphobia dan Radikalisme di Indonesia. Republika/Thoudy Badai
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj di Gedung PBNU, Kamis (12/11). Syafruddin bersama Kiai Said membahas kondisi dunia Islam baru-baru ini.

Baca Juga

Syafruddin mengatakan, pertemuan dengan Ketua Umum PBNU banyak membahas hal-hal yang mencerahkan. Salah satunya tentang masalah sejarah Islam dunia dan sejarah Islam di Indonesia. Kiai Said banyak memberikan pengetahuan yang mencerahkan.

Ia menyampaikan, umat Islam di Eropa sudah menjadi penduduk terbanyak nomor dua. "Bahkan menurut beberapa penelitian, memperkirakan dalam 15 sampai 25 tahun mendatang (umat Islam di Eropa) bisa saja menjadi seimbang (jumlahnya) antara penduduk beragama Islam dan penduduk beragama lain," kata Syafruddin kepada Republika.co.id di Gedung PBNU, Kamis.

Ia mengingatkan banyak persoalan yang sedang dihadapi umat Islam, seperti persoalan radikalisme, fundamentalisme, dan islamofobia. Persoalan ini perlu disikapi supaya ada keseimbangan. Untuk itu bangsa Indonesia perlu waspada.

Maka, kedepannya seluruh anak bangsa Indonesia harus bisa bersatu demi kemajuan. Apalagi sekarang sedang dalam kondisi pandemi Covid-19, seluruh umat manusia merasakan dampak dari pandemi ini. Maka seluruh anak bangsa Indonesia harus kompak.

Terkait cara terbaik menyikapi islamofobia di Barat, Syafruddin menyarankan agar umat Islam menanggapinya dengan ilmu pengetahuan dan fakta untuk membantahnya. "Bantah, bahwa Rasulullah SAW itu tidak begitu (tidak seperti yang diduga orang-orang islamofobia). Rasulullah adalah manusia yang sangat toleran," ujarnya.

Ia menegaskan, islamofobia dijawab dengan ilmu pengetahuan dan fakta yang pernah terjadi ketika Rasulullah SAW masih hidup. Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang toleransi.

 

 

Di tempat yang sama, Kiai Said menyampaikan, Wakil Ketua Umum DMI banyak menyampaikan gagasan untuk dakwah dan syiar Islam. Tentunya dengan pemahaman Islam yang benar, wasatiyah dan moderat.

Kepada umat Islam, Kiai Said berpesan agar memperkuat dakwah Islam yang wasatiyah dan moderat. Untuk menghadapi munculnya beberapa kelompok yang radikal atau kelompok yang tidak sesuai dengan Islam itu sendiri dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

"Kita ini bangsa yang beradab dan punya kepribadian yang menerima warisan estafet ajaran Islam para ulama leluhur kita, ajaran Islam yang ramah, (kita) nggak mengenal Islam radikal dari ulama Indonesia," ujarnya.

Kiai Said mengatakan, Islam radikal ada baru-baru ini. Untuk mengatasinya pun harus dengan cara-cara yang lembut. Artinya, tidak boleh radikal dilawan dengan radikal.

Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin (kiri) berbincang bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (kanan) saat berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Kamis (12/11). Dalam kunjungan tersebut membahas tentang kondisi Islam moderat sekaligus cara mengantisipasi Islamphobia dan Radikalisme di Indonesia. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

 

Ia juga menyampaikan telah membahas dunia Islam di luar negeri. Terkait fenomena islamofobia, menurut Kiai Said, sudah ada sejak dulu dan bukan barang baru. Tapi bagaimanapun agama Islam nantinya akan menjadi agama nomor dua di Eropa. Salah satu faktor pemicunya karena ada imigran ilegal dan imigran yang resmi dari Afrika.

Kiai Said juga memberikan masukan untuk umat Islam di Indonesia agar bersatu dalam arti bingkai kebangsaan. "Kita sesama bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, menjunjung tinggi UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika, soal ormas boleh beda-beda, mazhab boleh beda, karena perbedaan itu rahmat dari Allah. Tapi kita tetap dalam koridor yang sama," jelasnya.

 

Kiai Said juga menegaskan, NKRI, Pancasila dan UUD 1945 sudah final. Mereka tidak boleh didiskusikan lagi, apalagi dipertentangkan dengan Islam, kecuali diimplementasikan.

 
Berita Terpopuler