Penggalangan Dana Trump Digunakan Bayar Utang Kampanye

Awalnya, penggalangan dana untuk membantu tim kampanye Trump melakukan gugatan

AP/Evan Vucci
Presiden Donald Trump meninggalkan podium usai berpidato di Gedung Putih, Kamis, 5 November 2020, di Washington.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana yang dikumpulkan untuk membantu Presiden dari Partai Republik, Donald Trump, untuk kegiatan pertahanan pemilu akan digunakan untuk melunasi utang kampanye umum. Awalnya, penggalangan dana dilakukan untuk membantu tim kampanye melakukan gugatan hukum atas hasil pemilihan 3 November.

Baca Juga

Dalam beberapa hari terakhir, para pendukung Trump telah dibombardir dengan surel dan pesan teks yang mendesak mereka untuk berkontribusi membayar biaya pengacara. Upaya itu terjadi ketika tim kampanye Trump telah meluncurkan tuntutan hukum untuk menghentikan penghitungan suara di negara bagian menentukan seperti Georgia dan Pennsylvania.

Dikutip dari Independent, surel penggalangan dana ini telah dikirim sejak Rabu (3/11) oleh tim kampanye Trump dan Komite Nasional Republik (RNC). “Kita harus MELINDUNGI Pemilu! Ayah saya meminta ANDA untuk membantu mendukung Dana Pertahanan Pemilu kami yang kritis," kata satu teks kampanye yang dikirim pada Jumat (6/11) dan ditandatangani oleh putra tertua presiden, Donald Trump Jr.

Tapi, laporan Wall Street Journal menyatakan bahwa jika seseorang mengeklik tautan, mereka dihadapkan pada penjelasan yang menyatakan 50 persen dari kontribusi apa pun dapat digunakan untuk membayar utang kampanye. Separuh lainnya akan digunakan untuk membayar para pengacara.

Laporan itu mengungkapkan, pesan lain dari tim kampanye dalam beberapa hari terakhir telah meminta bantuan uang untuk melindungi integritas pemilihan ini. Namun, tautan yang ada justru mengarah ke halaman donasi untuk komite "Make America Great Again" milik Trump.

Pengamatan lebih lanjut atas penawaran tersebut memperjelas kalau 60 persen disalurkan untuk RNC dan 40 persen untuk membayar utang kampanye. Tim kampanye Trump belum berkomentar atas laporan tersebut. 

 
Berita Terpopuler