Rumor-Rumor yang Dikaitkan Islam dan Fakta yang Sebenarnya

Terdapat sejumlah rumor yang dikaitkan dengan agama Islam.

Antara/Aji Styawan
Terdapat sejumlah rumor yang dikaitkan dengan agama Islam. Sejumlah umat muslim bertadarus Alquran di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (8/5/2019).
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA SERIKAT -- Sebagai agama terbesar kedua di dunia, populasi Muslim di seluruh dunia sekiranya berjumlah 1,8 miliar orang. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa ada begitu banyak Muslim di dunia, masih banyak orang yang kurang pemahamannya tentang Muslim maupun Islam itu sendiri.   

Baca Juga

Selain itu, peningkatan retorika anti-Muslim dan tuduhan terorisme yang tidak menguntungkan dengan orang-orang Muslim, memperkuat munculnya stereotip. Akibatnya, Islamofobia, kebencian dan diskriminasi umat Muslim memanifestasikan dirinya dalam bias pribadi, retorika, pendidikan, politik, kejahatan rasial, dan banyak lagi.  

Di antara sekian banyak rumor yang tersebar mengenai Islam dan pemeluknya yaitu: 

Pertama, semua orang Muslim berasal dari Arab atau Timur Tengah. Faktanya, meski Islam berasal dari Timur Tengah, ditambah keberadaan situs suci Muslim yang juga berada disana, wilayah ini hanya dihuni sekitar 20 persen dari populasi total Muslim dunia. 

Meskipun banyak orang mengira bahwa kebanyakan Muslim adalah keturunan Timur Tengah, pada kenyataannya Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.  

Sejumlah prediksi juga bermunculan tentang pertumbuhan populasi Muslim yang akan menjadi agama terbesar pada 2050. Peningkatan ini dapat terlihat dari jumlah populasi Muslim di Amerika Serikat yang terus meningkat bahkan mencangkup beragam ras, dengan 30 persen menggambarkan diri mereka sebagai kulit putih, 23 persen sebagai kulit hitam, 21 persen sebagai orang Asia, 6 persen sebagai Hispanik dan 19 persen sebagai ras lain atau campuran.

Kedua, stigma agama kekerasan dan Muslim mengidentifikasi dengan terorisme. Kenyataannya, dalam setiap agama, terdapat spektrum sikap dan perilaku, dan ekstremisme tidak hanya terjadi pada satu sistem kepercayaan tertentu.     

Menurut studi Pew Research Center 2015 yang dikumpulkan di 11 negara dengan populasi Muslim yang signifikan, orang-orang sangat banyak mengungkapkan pandangan negatif tentang ISIS.  Ada juga persepsi, bahkan di antara banyak Muslim, bahwa kelompok dan pemimpin Muslim tidak cukup mencela tindakan terorisme.    

Sebuah survei Pew 2011 menemukan bahwa sekitar setengah dari seluruh Muslim AS mengatakan bahwa para pemimpin agama mereka sendiri belum berbuat cukup untuk berbicara menentang terorisme dan ekstremis. Namun, penting untuk dicatat bahwa ada banyak kepala negara, politisi, pemimpin organisasi, dan individu Muslim yang secara teratur mengutuk tindakan ini.   

Misalnya, setelah serangan teroris 2015 di Prancis, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Mesir memicu kecaman atas serangan tersebut. Koalisi kelompok Muslim Amerika lokal dan nasional terkemuka juga mengadakan konferensi pers untuk mengutuk serangan tersebut.   

Lebih lanjut, ribuan ulama Muslim di seluruh dunia mengeluarkan fatwa terhadap organisasi teroris seperti ISIS, Taliban dan al-Qaeda dan meminta agar kelompok teroris ini tidak dicap sebagai "organisasi Muslim". Muslim juga mengalami peningkatan insiden kejahatan rasial. 

Ketiga, stigma lain yang banyak ‘membayangi’ umat Muslim adalah kemustahilan bersatunya Muslim dengan Amerika. Faktanya, berdasarkan survei Pew Research Study, diperkirakan ada 3,45 juta atau lebih Muslim di Amerika Serikat, dan membentuk sekitar 1,1 persen dari total populasi.   

Jajak pendapat Gallup 2011 menemukan bahwa mayoritas Muslim-Amerika mengatakan bahwa mereka setia kepada Amerika Serikat dan optimis tentang masa depan meskipun mereka mengalami bias dan diskriminasi. Dalam studi 2011 oleh Pew, mayoritas Muslim Amerika (56 persen) melaporkan bahwa kebanyakan Muslim yang datang ke Amerika Serikat ingin mengadopsi kebiasaan dan cara hidup Amerika. 

Muslim Amerika memiliki kemungkinan yang sama untuk mengidentifikasi dengan keyakinan mereka seperti yang mereka lakukan dengan Amerika Serikat,  69 persen mengidentifikasi kuat dengan Amerika Serikat dan 65 persen mengidentifikasi dengan agama.   

Sebuah studi 2013 Pew menemukan bahwa sebagian besar Muslim-Amerika (63 persen) mengatakan tidak ada ketegangan yang melekat antara menjadi saleh dan hidup dalam masyarakat modern. Saat ini ada dua anggota Kongres Amerika Serikat yang beragama Islam-Amerika, Keith Ellison dari Minnesota dan Andre Carson dari Indiana dan 5.896 anggota militer AS yang mengaku sebagai Muslim.   

Keempat, mitos lain tentang Islam adalah sebagai agama yang selalu menindas wanita dan memaksa mereka untuk patuh. Persepsi yang umum diyakini orang awam adalah bahwa perempuan Muslim ditindas, didiskriminasi, dan memegang posisi tunduk di masyarakat. 

Islamofobia - (youtube)

  

Nyatanya, peran dan status perempuan Muslim dalam masyarakat tidak lepas dari peran perempuan dalam masyarakat yang lebih luas karena perempuan di seluruh dunia dari semua ras, agama dan kebangsaan menghadapi ketimpangan di berbagai tingkatan. 

Alquran secara eksplisit menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara di mata Tuhan dan melarang pembunuhan bayi perempuan, menginstruksikan umat Islam untuk mendidik anak perempuan dan juga anak laki-laki, menegaskan bahwa perempuan memiliki hak untuk menolak calon suami, memberi perempuan hak untuk bercerai secara tertentu.  

Namun, interpretasi peran gender yang ditentukan dalam Alquran bervariasi dengan negara dan budaya yang berbeda dan di dunia Islam, ada prinsip dan praktik yang menundukkan dan menindas perempuan, contohnya kawin paksa, penculikan, perampasan pendidikan, mobilitas terbatas. Banyak perempuan dan laki-laki kontemporer menolak pembatasan perempuan dan menafsirkan ulang Alquran dari perspektif ini. 

Banyak orang mengira bahwa perempuan Muslim dipaksa memakai hijab (kerudung), niqab atau burqa.  Meskipun benar bahwa di beberapa negara dengan populasi Muslim yang signifikan, wanita terpaksa mengenakan jilbab, ini bukanlah alasan wanita Muslim mengenakan jilbab dalam banyak kasus, khususnya di Amerika Serikat.    

Faktanya, banyak wanita memilih untuk memakai hijab, niqab atau burqa sendiri dan melakukannya karena berbagai alasan termasuk rasa bangga menjadi Muslim, rasa identitas kolektif atau untuk menyampaikan rasa pengendalian diri di depan umum.  

 

Sumber: https://www.adl.org/education/resources/tools-and-strategies/myths-and-facts-about-muslim-people-and-islam  

 
Berita Terpopuler