Lonjakan Covid-19 Lagi, Boris: Gelombang Kedua Tak Terhindar

Inggris tak ingin melakukan lockdown tapi pengetatan jarak sosial.

ANDREW PARSONS/DOWNING STREET/EPA-EFE
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Johnson mengatakan, Pemerintah Inggris tak bisa membendung Covid-19 lebih lanjut.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, Pemerintah Inggris tak bisa membendung Covid-19 lebih lanjut. Utamanya, jika dikaitkan dengan gelombang kedua. 

Baca Juga

"Inggris sekarang melihat gelombang kedua Covid-19. Ini tak terhindarkan," ujar dia dikutip BBC, Sabtu (19/9). 

Pernyataan itu dilontarkannya setelah aturan dan kasus baru Covid-19 dikonfirmasi di berbagai lokasi. Seperti, Lancashire, Merseyside, sebagian dari Midlands dan West Yorkshire.

Tak hanya itu, pada Jumat (18/9) kemarin, Inggris kembali mencatat rekor sebanyak 4.322 kasus baru Covid-19 yang dikonfirmasi. Khususnya, sejak mengalami penurunan pada Mei lalu. 

"Kita tidak ingin melakukan lockdown yang lebih besar, tetapi pembatasan jarak sosial yang lebih ketat mungkin diperlukan," kata Johnson. 

Dia menambahkan, warga Inggris sebenarnya telah melakukan dukungan terhadap pemerintah yang luar biasa menyangkut pembatasan. Bahkan, upaya itu dinilai telah menurunkan puncak Covid-19 pada akhir April lalu. 

"Tetapi, orang-orang masih akan merasa sulit untuk mempertahankan ini. Sulit untuk mereka mempertahankan disiplin itu untuk waktu yang lama." Ungkap dia. 

 

 

 
Berita Terpopuler