Top 5 News: Pembantaian Husain, Pinangki, Islam Spanyol

Kisah pembantaian Husain ra di tragedi Karbala jadi berita teratas.

Makam Sayidina Husain RA di Karbala, Irak.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Spanyol mulai perlahan-lahan menerima dakwah Islam. Negeri dulu selama 800 tahun berada di bawah kekuasaan Islam itu kini mulai membuka diri terhadap Dakwah Islam. Kabar itu pun masuk ke dalam lima besar berita paling banyak dibaca di Republika.co.id pada Sabtu (29/8).

Kisah tentang Sayidina Husain RA yang membawa serta keluarganya dalam ekspedisi ke kufah pada tragedi Karbala menduduki posisi puncak top 5 news Republika.co.id. Berikut lima berita populer Republika.co.id pada Sabtu, 29 Agustus 2020.

1. Mengapa Husain Cucu Nabi SAW Bawa Keluarga Saat Dibantai?
Mengapa Sayidina Husain RA membawa serta keluarganya dalam ekspedisi ke kufah? Bukankah hal itu membawa keluarganya pada bahaya? Pertanyaan itu lah yang sering muncul dari waktu ke waktu khususnya pada 10 Muharam atau peringatan tragedi Karbala.

Pada hari itu, cucu Nabi Muhammad yakni Husain  bin Ali dibantai bersama pengikutnya di Karbala oleh tentara penguasa Umayah kala itu yakni Yazid bin Muawiyah. Lalu mengapa Husain  harus membawa keluarganya? 

Peneliti Pemikiran Islam, Mohamed Fathi Al Nady, mengatakan apa yang dilakukan Husain  dengan membawa keluarganya ke Karbala adalah hal normal.  

"Dia membawa keluarganya bersamanya karena dia tak dapat menjamin keamanan mereka di tempat lain, seandainya dia berhasil merebut kekuasaan di Kufah, umat Islam akan membalas dendam dengan merugikan keluarganya di manapun mereka berada. Jadi tampaknya lebih baik dan lebih aman bahwa mereka (keluarga Husain ) menemaninya dalam perjalanan," kata Fathi Al Nady seperti dilansir About Islam pada Jumat (28/8). 

Baca berita selengkapnya di sini.

2. Top 5 News: Jenderal Berjilbab, Banser, Hingga Hasan Bisri
Prestasi Tetty Melina yang menjadi Brigadir Jenderal TNI AD menjadi berita paling banyak dibaca pembaca Republika.co.id, Jumat (29/8). Fakta bahwa jilbab yang dikenakan Tetty tidak menghalanginya meraih prestasi tinggi, menjadi faktor utama berita tersebut jadi jawara di top 5 news Republika.co.id

Di posisi kedua ada berita soal GP Ansor dan Banser yang menyambangi Yayasan Al Hamidy-Al Islamiyah yang diduga menganut paham khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). GP Ansor sendiri sudah membantah melakukan persekusi terhadap Yayasan Al Hamidy.

Baca berita selengkapnya di sini.

3. Jaksa Pinangki yang Misterius dan Dugaan 'Perlakuan Khusus'

Semisterius itukah Pinangki Sirna Malasari? Atau, memang ada 'perlakuan khusus' dari Kejaksaan Agung (Kejakgung) dalam penyidikan terhadap oknum jaksa itu.

Sejak ditetapkan sebagai tersangka (11/8), belum ada yang berhasil mendapatkan bukti dokumentasi, maupun gambar video yang memperlihatkan Pinangki, keluar masuk ruang pemeriksaan di Gedung Pidana Khusus (Pidsus) tempat penyidik menguber pengakuannya. Bahkan, Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) curiga, jangan-jangan Pinangki, tak pernah diperiksa.

Dokumen Perjalanan Pengacara Djoko Tjandra, Anita Kolopaking dan Jaksa Pinangki Sirna Malasari untuk perjalanan ke Kuala Lumpur pada 25 November 2019. - (dok. Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI))

“Yang paling penting itu, pertanggungjawaban Kejaksaan Agung terhadap publik, dalam bentuk yang bersangkutan (Pinangki) terlihat keluar-masuk gedung pemeriksaan, dan diperiksa memakai baju tahanan, itu diinformasikan kepada masyarakat lewat peran wartawan,” kata Boyamin dalam saluran video yang diterima di Jakarta, pada Jumat (28/8).

Baca berita selengkapnya di sini.

4. Aturan 2 Meter Ketinggalan Zaman, Berapa Jarak Amannya?
JAKARTA -- Selama pandemi Covid-19, aturan menjaga jarak fisik dua meter antarorang di tempat umum menjadi intervensi non-farmasi dalam menahan penyebaran virus corona tipe baru. Penelitian baru yang diterbitkan BMJ menyatakan, aturan yang menetapkan jarak tertentu antara orang-orang itu didasarkan pada ilmu pengetahuan yang kaku dan ketinggalan zaman dengan tidak memperhitungkan kompleksitas virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 itu.

Penulis utama penelitian itu dari University of Oxford, Nicholas Jones, mengatakan bahwa aturan yang didasarkan pada satu jarak tertentu berasal pada dikotomi yang terlalu sederhana menggambarkan transfer virus melalui tetesan udara tanpa memperhitungkan udara yang diembuskan.

Meskipun aturan dua meter ditetapkan dalam pedoman saat ini, tapi transmisi virus bergantung pada banyak faktor lain. Dilansir Health 24, bukti menunjukkan bahwa lontaran droplet yang dikeluarkan, misalnya lewat batuk atau berteriak, dapat menyebar sejauh tujuh sampai delapan meter.

Baca berita selengkapnya di sini.

5. Warga Spanyol Mulai Terima Konten Dakwah Islam
JAKARTA -- Kehadiran Islam di Spanyol memiliki sejarah yang sangat panjang. Islam pernah berkuasa di Spanyol lebih dari 600 tahun.

Walaupun, akhirnya nasib umat Islam di Spanyol menjadi sangat memilukan. Puing-puing masjid diubah menjadi gereja setelah terjadi gerakan pembersihan etnik Muslim.

Namun, dalam perkembangan terakhirnya, populasi Muslim di Spanyol sudah mulai ada perkembangan lagi. Dalam buku Geliat Islam di Negeri Non-Muslim, Prof Nasaruddin Umar menjelaskan bertambahnya populasi Muslim di Spanyol. Tidak hanya bertambah secara populasi, menurut dia, konten dakwah Islam rahmatal lil alamin juga sudah mulai diterima oleh mayarakat Spanyol.

Baca berita selengkapnya di sini.

BONUS 6. Bolehkah Oleskan Minyak Angin ke Masker?
JAKARTA -- Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan, tidak masalah jika seseorang mengoleskan minyak angin di masker yang digunakan. Namun, hal itu tak akan memberikan perlindungan tambahan kepada penggunanya.

"Ya boleh saja (mengoleskan minyak angin di masker). Itu mirip-mirip dengan pertanyaan, 'maskernya boleh tidak warna putih, hijau, atau cokelat', ya boleh saja. Tapi (minyak angin) tidak membunuh virus sama sekali," kata Zubairi ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (28/8).

Menurut Zubairi, penggunaan minyak angin pada masker tergantung pada kenyamanan pemakainya saja. Namun, ia mengingatkan agar para pemakai tidak merasa aman dari virus Covid-19 setelah mengaplikasikan cairan semacam itu di masker.

"Jangan hal itu membuat orang menjadi merasa aman secara semu. (Jika terjadi) itu membahayakan," imbuhnya.

Baca berita selengkapnya di sini.

 
Berita Terpopuler