Hakikat Kebahagiaan Menurut Maestro Rumi dan Syekh Al-Qarni

Hakikat kebahagian bukan terletak pada gelimang harta dan popularitas.

Antara
Hakikat kebahagian bukan terletak pada gelimang harta dan popularitas. Ilustrasi bahagia dalam keimanan.
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sang maestro sufi Maulana Jalaluddin Rumi pernah berkata dalam kitab Matsnawi-nya bahwa manusia kerap kali menyandarkan kebahagiaannya pada benda-benda, makhluk, ataupun hal-hal lain yang ada di sekelilingnya.

Baca Juga

Padahal, kebahagiaan dapat ditemukan dari hal yang paling dekat dan jarang sekali disentuh, yakni iman. Syekh Aidh Al-Qarni dalam bukunya berjudul Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia menjelaskan, kebahagiaan sejatinya kerap berada di dalam keimanan.

Ketika seseorang menemukan kebahagiaannya dalam iman, maka imannya berada di dalam hatinya. Sedangkan hatinya tidak dapat dikuasai oleh seorang pun, kecuali hanya kepada Allah SWT.  

Syekh Al-Qarni menjelaskan, itulah sejatinya kebahagiaan hakiki, yakni iman. Orang yang berbahagia adalah mereka yang hatinya menggemuruhkan cinta kepada Allah SWT.  

Baik melalui hati, jiwa, pikiran, hingga laku hidupnya. Sehingga tampaklah dengan jelas bahwa tak ada satu pun manusia yang memiliki hak prerogatif kebahagiaan kecuali atas izin Allah SWT. 

Maka tak heran apabila sering sekali kita temui orang dengan harta yang bergelimang, keturunan yang banyak, jabatan yang tinggi, dan popularitas besar tak melulu menjadi orang-orang yang berbahagia. Sebab orang-orang yang berbahagia ialah mereka yang tidak menggantungkan kebahagiaannya kepada makhluk, melainkan hanya kepada Allah SWT.  

 
Berita Terpopuler