Modi Peringatkan Penyebaran Covid-19 Belum Selesai

Total India miliki 1,4 juta kasus positif Covid-19.

AP/Manish Swarup
Seorang petugas kesehatan membawa camilan malam untuk orang-orang yang pulih di pusat perawatan Covid-19 yang berfungsi di stadion tertutup di New Delhi, India. PM India Narendra Modi ingatkan masyarakat untuk tetap waspada akan bahaya Covid-19.
Rep: Dwina Agustin Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan dalam pidato publik, seluruh masyarakat perlu ekstra waspada terhadap ancaman virus korona, Ahad (26/7). Meski saat ini negara itu mencatat rekor jumlah pemulihan pasien dalam sehari, keberlanjutan penyebaran bisa terus terjadi.

Modi dalam siaran radio bulanannya mengatakan, penting untuk mempraktikkan jarak sosial dan memakai masker untuk melawan virus. “Bahaya corona masih jauh dari selesai. Di banyak tempat, menyebar cepat," ujarnya

Infeksi dari virus corona telah meningkat dengan cepat di negara terpadat kedua di dunia. Lebih dari 48.000 kasus tercatat dalam 24 jam terakhir dan sejauh ini mencatat total hampir 1,4 juta kasus dan lebih dari 30.000 kematian.

Sedangkan, pemerintah India mengatakan, 36.145 pasien telah pulih dan dipulangkan dalam 24 jam terakhir pada Ahad. Jumlah tersebut menandai rekor pemulihan terbanyak dalam satu hari. Pada saat yang sama, jumlah tes yang terlah dilakukan dalam satu hari lebih dari 440.000.

Dalam beberapa minggu terakhir, infeksi  telah menyebar lebih jauh ke pedesaan dan kota-kota kecil. Para ahli mengatakan, jumlah kasus akan meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan mendatang karena pengujian meningkat dan bisa memberatkan sistem perawatan kesehatan yang sudah rapuh.

Negara bagian barat Maharashtra adalah yang paling parah terkena dampaknya. Wilayah ini mencatat lebih dari 360.000 kasus, sekitar 60 persen dilaporkan di ibukota keuangan Mumbai dan kota-kota sekitarnya.

India memberlakukan karantina wilayah secara ketat pada 25 Maret untuk mengekang penyebaran virus korona. Kondisi ini mematikan bisnis, sekolah, maskapai penerbangan, dan semua layanan yang tidak penting. Banyak dari pembatasan itu telah dilonggarkan dalam beberapa minggu terakhir, dilansir dari Reuters.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler