Jenis Masker Terbaik untuk Menangkal Virus

Tiap jenis masker kemampuannya beragam dalam melindungi penggunanya dari virus.

www.freepik.com
Masker (ilustrasi). Apapun jenis maskernya, semakin pendek paparan terhadap virus corona, semakin rendah risiko bagi pemakainya.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan semakin banyak ilmuwan menyajikan bukti bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan dan menyebar di udara airborne, pemakaian masker menjadi semakin penting. Masker merupakan pelindung yang wajib dikenakan, terutama di area dalam ruangan, termasuk di pesawat terbang, kereta api, dan di area kantor bersama.

Tapi, masker mana yang terbaik untuk menangkal virus? Ketika pandemi berlangsung, aneka desain masker non medis banyak dipasarkan. Tetapi, sebelum Anda membuang-buang uang untuk masker yang tidak berguna, para peneliti merekomendasikan mana yang paling efektif.

Risiko infeksi berkurang pada beberapa tingkatan
Studi terbaru tentang masker oleh University of Arizona yang diterbitkan dalam Journal of Hospital Infection menilai kemampuan beberapa jenis masker non-medis dalam melindungi penggunanya setelah 30 detik dan kemudian setelah 20 menit paparan di daerah dengan risiko kontaminasi yang tinggi.

Dilansir laman Health 24, studi ini menemukan bahwa risiko infeksi berkurang 24-94 persen hingga 44-99 persen, tergantung pada jenis masker dan lama paparan. Semakin pendek eksposur, semakin rendah risikonya.

Jadi, apa jenis masker terbaik? Para peneliti memberi peringkat jenis masker sebagai berikut:

1. Masker N99
Masker N99, yang merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memblokir virus, dapat mengurangi risiko infeksi rata-rata sebesar 94-99 persen untuk durasi paparan antara 30 detik hingga 20 menit. Hanya saja, masker ini mahal dan ada pertimbangan etis bahwa masker ini lebih baik tersedia untuk petugas kesehatan.

2. Masker N95, masker bedah, atau masker dengan filter
Masker N95, masker bedah, dan masker dengan filter vakum bawaan adalah pilihan terbaik berikutnya. Sekali lagi, sangat penting bagi petugas layanan kesehatan untuk memiliki akses istimewa ke masker ini.

Masker bedah tidak dapat digunakan kembali dan harus dibuang setelah sekali pakai. Filter vakum mengurangi risiko infeksi sebesar 83 persen dalam paparan 30 detik dan 58 persen dalam paparan 20 menit.

3. Kain lebih padat dalam beberapa lapisan
Para peneliti juga mengevaluasi bahan-bahan lain dan menemukan bahwa kain handuk, kain katun-campuran, dan kain sarung bantal antimikroba adalah pilihan terbaik berikutnya.

4. Syal berlapis tunggal dan T-shirt katun
Ketika pandemi berkembang, banyak pihak berwenang menyatakan bahwa segala jenis penutup buatan rumah dapat dikenakan pada wajah dan hidung. Meskipun beberapa perlindungan lebih baik daripada tidak ada perlindungan sama sekali, para peneliti menemukan opsi ini sedikit efektif.

Baca Juga

Syal hanya mengurangi risiko infeksi sebesar 44 persen setelah 30 detik dan kemampuan melindunginya merosot menjadi 24 persen setelah 20 menit. Amanda Wilson, kandidat doktor ilmu kesehatan lingkungan di Departemen Komunitas, Lingkungan, dan Kebijakan di Mel dan Enid Zuckerman College of Public Health yang juga penulis utama penelitian ini menyatakan bahwa semuanya bermuara pada kepadatan dan pelapisan kain.

"Semakin padat serat suatu bahan, semakin baik penyaringannya. Itu sebabnya jumlah benang yang lebih tinggi mengarah pada kemanjuran yang lebih tinggi. Ada lebih banyak lapisan untuk memblokir virus," jelas Wilson.

"Tetapi beberapa masker (seperti yang terbuat dari sutra) juga memiliki sifat elektrostatik, yang dapat menarik partikel yang lebih kecil dan mencegah virus melewati masker juga." tambahnya.

 
Berita Terpopuler