Pebisnis Singapura Sediakan Jamu Pekerja Migran

Pemerintah Singapura mengimbau pengusaha menyediakan makanan bagi pekerja migran.

EPA-EFE / WALLACE WOON
Pekerja mengunakan telefon genggam di asrama pekerja asing Westlite Woodlands, Singapura, akhir April lalu. Seorang pengusaha Singapura menjamu para pekerja migran dengan manu nasi biryani dalam rangka merayakan Idul Fitri.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Ribuan pekerja migran harus menghabiskan waktu liburan Idul Fitri di dalam asrama-asrama mereka karena harus menjalani karantina untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Seorang pebisnis Singapura, Dushyant Kumar beserta istri dan tim juru masaknya menyediakan jamuan Idul Fitri berupa dengan menghidangkan nasi biryani untuk setidaknya 600 pekerja migran.

Baca Juga

Kumar mengatakan, dia mengunakan resep keluarga untuk memasak hidangan nasi biryani tersebut. Umumnya, nasi biryani dihidangkan dalam berbagai perayaaan, termasuk Idul Fitri di Asia Selatan.

"Biasanya, jika mereka bersama keluarga mereka, mereka akan bisa menikmati hidangan semacam ini. Karena semua orang akan memasak dan makan, tetapi di sini orang-orang ini sendirian," kata Kumar, seperti dilansir Reuters, Senin (25/5).

Sekitar 300 ribu pekerja migran di Singapura yang sebagian besar berasal dari Bangladesh, China, dan India harus tinggal di kamar-kamar asrama selama Idul Fitri. Mereka harus menjalani karantina karena ditemukan kasus Covid-19 dari klaster pekerja migran yang tinggal di sejumlah asrama. Kumar mengatakan, dirinya tidak ingin para pekerja migran merasa sendirian dalam melalui krisis ini.

"Kami ingin memastikan mereka tidak merasa tersisih. Senyum di wajah mereka memberikan Anda kebahagiaan," ujar Kumar.

Kumar telah mengirim lebih dari 1000 porsi makanan per hari bagi para pekerja migran yang menjalani karantina sejak awal April. Pemerintah Singapura mengimbau kepada pengusaha agar menyediakan makanan yang cukup bagi para pekerja migran selama lokcdown berlangsung.

Singapura mencatat lebih dari 30 ribu kasus Covid-19 dan menjadi yang tertinggi di Asia. Sebagian besar kasus infeksi virus tersebut berasal dari klaster pekerja migran yang tinggal di beberapa asrama dengan kapasitas cukup padat.

 

 
Berita Terpopuler