Bang Haji Doni Kawal Majelis Ulama Hadapi Covid-19

Selain media, mitra strategis Gugus Tugas Covid-19 adalah MUI.

Republika/Thoudy Badai
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Selamat Ginting, Wartawan Senior Republika

Masjid Raya Baiturrahman. Sebuah masjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Masjid ini adalah simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Menjadi landmark Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh. Selamat dari bencana tsunami pada 26 Desember 2004 silam.

Di Masjid Raya Baiturrahman itulah, bocah Doni Monardo belajar mengaji. Pulang dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Doni belajar agama di salah satu masjid kebanggaan Indonesia tersebut. Bang Doni, begitu sapaan masyarakat Aceh kepada setiap lelaki, termasuk kepada bocah Doni.

“Saya belajar mengaji di Masjid Raya Baiturrahman,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal Doni Monardo (57 tahun), saat berbincang di sela-sela kesibukannya pada Sabtu (16/5/2020) malam. Ia mengenakan baju koko lengan panjang dan celana panjang hitam.

Aceh memang penuh kenangan bagi Kepala BNPB itu. Pada saat tsunami, penulis juga bertemu dengan Letnan Kolonel (Infanteri) Doni Monardo di Lhok Seumawe, Aceh Utara, pada 28 Desember 2004. Saat itu, ia menjabat Kapala tim analis intelijen Komando Pelaksana Operasi TNI di Aceh Utara.  

Saat berbuka hari itu, Doni didampingi istrinya, Santi Ariviani. Saat ditanya, ada apa menggunakan baju koko? Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-10, Doni Monardo, menjawab, menghormati tamunya, seorang ulama. Sabtu pagi sekitar pukul 10.00 WIB, ia berdialog dengan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Menyampaikan kebijakan penanganan penanggulangan covid-19 melalui konferensi video. Tamunya adalah Sekretaris Jenderal MUI, Doktor Haji Anwar Abbas, Magister Manajemen, Magister Agama.

Saat konferensi video, di kantornya, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni ditemani Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Pusat, Masduki Badlowi. Mantan wartawan yang kini juga menjadi staf khusus Wakil Presiden, Prof Dr (HC) KH Maruf Amin.

Anwar Abbas adalah seorang pengajar, ulama, dan ahli ekonomi Islam Indonesia. Ia juga tercatat sebagai Ketua PP Muhammadiyah dan Sekjen MUI Pusat. Doni terbilang pejabat yang sangat cepat beradaptasi. Apalagi setelah mengetahui Anwar Abbas, kelahiran Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.

Anwar tidak mengira, kalau Doni merupakan putra Minang. Doni tentu tidak asing dengan budaya Minang. Orang tuanya, Letnan Kolonel Polisi Militer (Purnawirawan) Nasrul Saad dan Roeslina, memang orang Minang.

Kelas 2 SMP, Doni kembali mengikuti tugas ayahnya yang dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Padang. Di situ juga Doni kembali belajar mengaji. Kedua orangtuanya memanggil guru mengaji untuk mengajari Doni. Remaja Doni pun menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 di Kota Padang.

Setidaknya, ia memiliki tiga kampung halaman, yakni Cimahi dan Bandung, Lhok Semawe dan Banda Aceh, serta Padang. Maklumlah, ia dilahirkan di Cimahi, saat ayahnya dinas di Pusat Pendidikan Polisi Militer, tahun 1963. Kemudian ditugaskan ke Lhok Seumawe, Aceh Utara. Jangan heran jika Doni bisa berbahasa Sunda, Minang, dan Aceh.

Setamat SMA pun, Doni kembali hijrah ke Bandung. Bersemangat mengikuti bimbingan belajar. Ia ingin menjadi mahasiswa di Bandung. Ingin menjadi sarjana teknik, insinyur. 

Namun, nasib berkata lain. Darah militer rupanya mengalir ke dalam tubuhnya, saat ia membaca peristiwa pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla di Bandara Don Muang, Thailand, 1981.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Indonesia, ketika itu bernama Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopasandha) menjadi tim yang berhasil membebaskan 57 sandera. Berita itu memenuhi headline surat kabar dan TVRI, satu-satunya televisi di Indonesia.

Berita itu mengubah cita-citanya. Ia bertekad menjadi anggota TNI. Lebih khusus menjadi tentara pilihan. Baret merah, Komando Pasukan Khusus. Ia pun mendaftar ke Akademi Militer (Akmil) dan lulus tahun 1985. Keinginannya yang kuat, membuahkan hasil. Ia lulus pendidikan komando dan menjadi perwira spesialis sandi yudha (intelijen perang).

Bahkan pada September 2014 hingga Juli 2015, Doni menjadi Komandan Jenderal Kopassus.  Sebelumnya, ia menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).  

Nasib media
Dalam obrolan Sabtu (16/5/2020) malam, penulis menemani Doni hingga berganti hari, Ahad (17/5/2020). Ia bekerja hingga berganti hari, pukul 00.17 WIB. Seperti tidak kenal menyerah.

Sebelum berganti hari, ia terus berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan, Letjen (Purn) Terawan Agus Putranto hingga pukul 23.30 WIB. Keduanya membahas keberadaan 121 laboratorium yang menangani covid-10. Laboratorium itu milik 11 lembaga yang berbeda, karena tu perlu dikoordinasikan.

Melalui telepon pula, ia memberikan saran-saran kepada Gubernur Bali, I Nyoman Koster, pukul 22.30. Koster memaparkan kerja yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali dalam penanganan covid-19. Termasuk menggunakan kearifan lokal, seperti melibatkan majelis desa adat serta Parisadha Hindu Dharma Indonesia.

Doni setuju. Majelis agama menjadi mitra strategis bagi Gugus Tugas Covid-19. Malam itu juga Doni terus memantau persiapan untuk bisa bersilaturahim dengan pimpinan MUI, Ahad (17/5/2020). Tentu saja sebagai tindak lanjut dari pembicaraan melalui konferensi video dengan Sekjen MUI, Anwar Abbas.

Empat personel militer yang mendampingi Doni terus bekerja menjalankan perintahnya. Koordinator Staf Pribdi, Kolonel (Zeni) M Budi Irawan; staf khusus sekretariat, Kolonel (Arhanud) Hasyim Laihakim; staf operasi gugus tugas, Kolonel (Infanteri) Lucky Avianto; dan ajudan Sertu (Topografi) Herry Purnama.

Sesekali ia membalas WA dari sejumlah menteri, anggota parlemen, para kepala daerah, dan sejumlah pihak. Utamanya terkait dengan masalah corona. Matanya pun seperti elang, terus memonitor perkembangan covid-19 di sejumlah negara melalui beberapa saluran televisi.

Malam hari digunakannya sebagai monitoring dan evaluasi. Apa yang harus kami perbaiki? Apa yang belum dilaksanakan?. Masalah apa yang belum ada solusinya? Ia seperti ‘menteri koordinator’ khusus covid. Menjadi dirijen bagi para pejabat negara.

Sekitar pukul 22.00, seperti biasa, Doni kembali menikmati makanan favoritnya martabak telur dan martabak keju. Ia juga menikmati baso ati raja khas Makassar. Tak ketinggalan buah pepaya merah kesukaannya.

Sambi ngobrol, ia juga bertanya kepada penulis, bagaimana nasib media massa dalam dua bulan ini?. Ia mengaku prihatin dan berharap ada solusi dari turunnya pendapatan iklan media massa hingga 80 persen.

“Wartawan menjadi ujung tombak kami, baik diminta maupun dengan kesadaran sendiri. Jika media massa tidak sehat, bangsa ini juga bersedih. Menjadi tidak sehat juga bangsa ini.”

Ia mengharapkan media massa mendahulukan berita-berita positif daripada berita negatif terkait covid-19. Menumbuhkan disiplin serta optimistis dalam kondisi wabah pandemi ini. 
Namun, lanjut Doni, bukan berarti media massa tidak boleh kritis. Semua harus kritis, termasuk menyikapi masyarakat yang terkapar pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat covid-19.

“Saya tidak ingin masyarakat semakin banyak terpapar corona dan terkapar PHK. Ini yang membuat saya sedih dan terus memberikan masukan kepada sejumlah pihak.”

Wartawan senior Metro TV, Suryo Pratomo (Tommy) turut mendampinginya saat buka puasa. Doni juga meminta informasi kepada Tommy soal perusahaan-perusahaan yang melakukan PHK dan nasib koperasi, usaha menengah dan kecil yang terdampak. Begitu juga dengan perbankan yang dalam kondisi terpuruk.

Bukan cuma wartawan yang menjadi ujung tombak. Mitra strategis lainnya, bagi Doni sebagai Kepala Pelaksana Gugus Tugas Covid-19, adalah MUI.

Saat berbuka puasa, Doni menceritakan kepada istrinya tentang istilah baru ‘4 Sehat 5 Sempurna’. “Apakah Ibu sudah tahu istilah 4 sehat 5 sempurna versi gugus tugas covid-19?”

Santi Ariviani langsung cepat merespons. “Sudah tahulah, kan baca di media online,” kata Santi tersenyum.

Itulah kedatangan Santi yang kelima kalinya mengunjungi suaminya. Selama menjadi kepala gugus tugas, sudah sembilan pekan, Doni tidur di kantornya, Graha BNPB. Santi tidak lupa membawa makanan untuk buka puasa dan sahur. Kali ini ia membuat udang balado spesial kesukaan Doni. Sang istri juga kembali membawa dokter Eva yang siap memeriksakan kesehatan suaminya.

Saat berbuka puasa itu pula Doni menyinggung kepada stafnya ingin mengunjungi kantor Pusat MUI di Jalan Proklamasi Nomor 51, Menteng, Jakarta Pusat. Ia ingin mengetahui persoalan dari para ulama. Sekaligus menyosialisasikan gerakan ‘4 sehat 5 sempurna’ tersebut.

Saat makan sahur, Ahad (17/5/2020), penulis menanyakan pengalamannya saat menunaikan ibadah haji. Doni bercerita ia menunaikan ibadah haji saat menjadi Komandan Korem Suryakencana di Bogor. “Saya ingat betul pengalaman rohani naik haji, Oktober 2010.”

Makan sahur bersama Kolonel Hasyim dan penulis. Doni kembali menyantap udang balado, kiriman istrinya, serta sayur asam. Saat sahur, ia biasa tampil dengan kaos. Kali ini kaos dan celana sport hitam. Obrolan ringan seputar covid-19 dan niatnya yang total menjalani pekerjaan.

“Idul Fitri kita bersama lagi ya. Saya butuh cerita juga dari sahabat wartawan tentang perang siklus satu abad ini.” “Siap, Bang,” jawab penulis. 

Sidang tesis
Ahad pagi, tepat pukul 10.00, ia bergerak ke kantor MUI. Di dalam ruangan, Doni didampingi Kolonel Hasyim Laihakim dan penulis. Ia berhadapan dengan para ulama bergelar doktor.

Mereka adalah; Doktor Amirsyah Tambunan (wakil sekjen), Doktor Najamuddin Ramly (wakil sekjen MUI), Doktor Sodikun (ketua komisi seni dan budaya MUI), Doktor Cholil Nafis (sekretaris satgas covid-19 MUI), serta Masduki Badlowi (ketua infokom MUI). Doni pun seperti menghadapi sidang tesis magister di lantai 2 Kantor Pusat MUI. 

Mengenakan baju koko lengan panjang putih disertai masker hitam dan celana hitam. Doni memakai kopiah hitam. Serasi dengan tuan rumah yang semuanya menggunakan kopiah hitam.

Dalam ‘sidang tesis’ tersebut, para ulama itu memanggil Doni dengan sebutan ‘bapak jenderal’. “Bapak jenderal, kapan berakhirnya covid-19 di Indonesia?” kata Najamuddin Ramly.

Doni menjelaskan, ia mengikuti perkembangan informasi, termasuk dari Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization).  Semula, kata jenderal bintang tiga itu, ada harapan ditemukannya vaksin. Ternyata hari ini pun tidak ada jaminan vaksin akan ditemukan dalam waktu yang singkat.

Pakar di bidang epidemiologi, lanjut Doni, yang mengatakan sangat mungkin Covid-19 ini tidak bisa punah. “Artinya kita harus menyiapkan sebuah strategi dan kontinjensi untuk menghadapi wabah ini.”

Sinergi antara pemerintah dan semua komponen bangsa selama ini selalu dikampanyekan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Tujuannya, menurut mantan sekretaris jenderal Dewan Ketahanan Nasional itu, agar tercipta kolaborasi pentahelix berbasis komunitas.

Dalam penthahelix ada lima komponen: pemerintah (pusat maupun daerah); akademisi atau ilmuwan; dunia usaha; komunitas masyarakat termasuk pemuka agama; media massa. "Kalau komponen ini bisa bersatu padu ikut memberikan upaya-upaya meningkatkan kesadaran kolektif terhadap upaya pencegahan covid-19, akan jauh lebih efektif," ujarnya, optimistis.

Ia ingin masyarakat tidak lagi terbelah hanya gara-gara pilihan politik saat pilkada maupun pilpres. Lupakan masalah itu, karena sudah selesai. Ada musuh bersama saat ini, di antaranya covid-19.

“Saya tidak punya masalah dengan orang yang berbeda pilihan politik. Itu pilihan demokrasi. Tapi semua komponen bangsa harus bersatu, disiplin, dan optimistis kita harus bisa melalui wabah ini.”

Sebagai tentara, Doni menceritakan, ia selalu dihadapkan dengan risiko pilihan yang tidak enak. Dalam operasi militer, sudah disebutkan bahwa sekian persen anak buah akan gugur dalam pertempuran.

“Maka tugas saya sebagai komandan, berusaha agar jumlah korban bisa ditekan tidak sebanyak perkiraan sebelumnya. Saya tidak bisa lepaskan tanggung jawab, walau saya tahu anak buah saya akan menjadi korban dalam pertempuran.”

Perumpamaan seperti itu pula yang diungkapkan Doni kepada Presiden Joko Widodo. Tentu saja ketika ia diberikan mandat sebagai kepala pelaksana gugus tugas ini.

Doni meminta bantuan MUI agar turut menyosialisasikan gerakan ‘4 Sehat 5 Sempurna Hadapi Covid-19’. Ia berujar, saat duduk di bangku sekolah dasar di Banda Aceh. Saat itu ada kampanye empat sehat lima sempurna. Sebuah gerakan untuk makan makanan yang terdiri nasi, lauk pauk, sayur mayur, buah-buahan dan susu.

Untuk itu, lanjut mantan panglima Kodam Siliwangi dan Panglima Kodam Pattimura tersebut, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merancang suatu konsep. Disebut ‘empat sehat lima sempurna’ zaman ini untuk menghadapi Covid-19.

Pertama, selalu menggunakan masker. Kedua, atur jarak sehat yang sudah dikenal sebagai physical distancing atau social distancing.

Ketiga, sesering mungkin untuk mencuci tangan. Keempat olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, dan tidak panik. Kelima, memakan makanan yang bergizi.

"Kalau ini bisa kita lakukan bersama-sama secara paralel dengan seluruh komponen terutama para pimpinan agama maka masyarakat di lapis bawah akan mudah menerimanya. Sehingga bangsa kita lebih siap menghadapi wabah ini yang kita tidak tahu kapan akan berakhir," ujarnya.

Doni berharap MUI bisa menjadi pelopor dan menjadi ujung tombak untuk membantu bangsa dan negara dalam mencegah penyebaran covid-19 agar masyarakat tidak tertular. Nilai-nilai empat sehat lima sempurna ini akan mudah diingat masyarakat. Masyarakat berusia di atas 50 tahun sudah tidak asing lagi dengan kalimat ini. Tapi anak muda milenial, tentu saja jarang mendengarnya.

"Jadi kami mengajak MUI ikut menyosialisasikan kalimat ini kepada umat dan masyarakat agar bisa diikuti oleh generasi muda," ujarnya.

“MUI langsung merespons dan segera meluncurkan gerakan moral bangsa untuk menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19. Gerakan moral bangsa tersebut bentuknya gaya hidup empat sehat lima sempurna. Pekan ini juga kami luncurkan gerakan ini,” ujar Najamuddin Ramly.

MUI pun, lanjut Masduki, akan mengajak para para guru mengaji, dai, ustadz, penceramah, bahkan artis, selebritas atau budayawan agar bahu-membahu bersama gugus tugas melawan covid-19. Dalam kesempatan pertemuan itu, pengurus pusat MUI juga melaporkan satuan tugas covis-19 MUI. Antara lain memberikan santunan kepada pihak-pihak yang terdampak, termasuk para guru mengaji. Doni pun langsung merespons pihaknya akan membantu memberikan 1.000 paket sembako sebelum Idul Fitri, terutama bagi para guru mengaji tersebut.
 
“Kami sumbangkan untuk MUI, nanti satgas MUI yang menyalurkan sembako tersebut kepada yang membutuhkan.”
 
Ingatan Doni pun melambung ke masa sekolah. Belajar mengaji di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh dan sosok-sosok guru mengaji yang mengajarinya di rumah orang tuanya di Padang.

“Mereka perlu perhatian. Saya juga akan kawal para ulama garda moral bangsa. Para ulama juga sudah buat fatwa-fatwa terkait pandemi ini. Hormat saya kepada para ulama,” ungkap Doni.

Terima kasih Bang Haji Doni.

 
Berita Terpopuler