Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (2)

Masjid tua di Jakarta menjadi tempat perjuangan umat Islam melawan penjajah Belanda.

Tangkapan layar
Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (2). Masjid Al Arief di Senen, Jakarta Pusat.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Jatinegara Kaum kita beralih ke Proyek Senen, Jakarta Pusat. Tapi kita bukan untuk berbelanja dimana pasar ini diserbu pembeli untuk kebutuhan Lebaran.

Baca Juga

Di bagian belakang Proyek Senen, tepat di depan Gelanggang Remaja Planet Senen dan Stasiun KA Senen juga terdapat sebuah masjid tua bernama Al-Arief. Tidak diketahui pasti berapa usia masjid ini. 

Menurut seorang petugasnya, usia masjid lebih dari 200 tahun. Sayangnya, petugas ini tidak mau menjelaskan lebih rinci tentang masjid ini. Ia hanya menyatakan kecewa karena masjid tua yang dulunya terletak di Gang Jagal Senen tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. 

"Karena masjid kami waktu itu berseberangan dengan Golkar," katanya.

Di belakang masjid yang dapat menampung sekitar 500 jamaah ini, terdapat lima buah makam tua di antara ratusan motor yang diparkir di sekitarnya. Diantaranya terdapat makam Syeh Daeng Ariefuddin, pendiri masjid Al-Arief. 

Menurut seorang petugas, ia adalah keturunan Sultan Hasanuddin dari Sulawesi Selatan. Masjid ini pernah mau dibongkar pada masa Belanda, dan juga setelah kemerdekaan. Tapi berkat kegigihan pengurusnya dan umat Islam setempat, upaya membongkar masjid ini dapat digagalkan.

Memang sampai 1967, lokasi masjid ini di daerah hitam Planet Senen. Hingga didepannya seringkali mangkal para WTS dan hidung belang. 

Waktu itu ada pemedo: "Mau menuju ke surga (masjid) atau ke neraka (tempat WTS)". Tapi sayangnya para pengunjung lebih banyak menuju ke neraka. 

Di Pasar Senen, salah satu pasar tertua di Jakarta, juga terdapat sebuah masjid tua lainnya. Masjid At-Taibin yang terletak disamping gedung Gas Negara didirikan oleh para pedagang Pasar Senen sejak 1815. Masjid ini juga dapat diselamatkan dari pembongkaran Segi Tiga Senen pada 1980-an untuk tempat perkantoran dan pembelanjaan mewah (Atrium).

Baca juga: Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (1)

 

Seperti juga masjid tua lainnya, masjid At-Taibin juga disangga oleh empat tiang berjejer lurus, terbuat dari kayu jati hitam. Tiap tiang memiliki nama sesuai dengan pemberian orang-orang yang menyumbangnya. 

Tiang pertama bernama Hajjah Fulana binti Husain, kemudian berturut-turut Hajjah Jantiyah, Haji Muhammad bin Fulan dan Haji Sarbi. Para penyumbang ini tentunya orang-orang yang hidup saat masjid ini dibangun. Saat revolsui kemerdekaan, masjid ini pernah juga dijadikan markas pasukan Siliwangi.

Dari masjid-masjid inilah para ulama memberikan semangat kepada pejuang dalam melawan Belanda. Masjid terletak di Jl Senen Raya 4, Kalilio, Jakarta Pusat.

Dari Senen, kita memasuki kawasan Kwitang. Tidak jauh dari kali Ciliwung terdapat Masjid Al-Riyadh. 

Warga menggunakan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Beras yang tersedia di masjid Jami At Taibin Senen, Jakarta. - (Republika/Prayogi)

Tapi orang lebih mengenalnya sebagai masjid Kwitang. Masjid ini dibangun sekitar satu abad lalu oleh Habib Ali Alhabsji, tokoh ulama Betawi. Awalnya masih berbentuk mushala. 

Sampai 1960-an, Habib Ali selalu mengajar di masjid ini. Untuk kemudian ia membangun Islamic Centre Indonesia di kediamannya, kira-kira 300 meter dari masjid.

Masjid ini pada 1963 pernah diresmikan Bung Karno. Bung Karno lah yang memberi nama Baitul Ummah atau kekuatan umat. Tapi kemudian diganti lagi dengan nama semula. 

Tiap Ahad ribuan orang mendatangi masjid ini untuk berziarah ke makam Habib Ali setelah mereka mendengarkan ceramah di majelis taklimnya. Masjid para imigran Glodok yang selalu hingar bingar lebih-lebih menjelang Lebaran, banyak memiliki masjid tua. 

Baca juga: Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (1)

 

 
Berita Terpopuler