Model Berhijab AS Halima Aden Berbagi Pengalaman Ramadhan

Halima Aden belajar hal baru dan merenung saat Ramadhan di tengah lockdown.

Instagram @halima
Model Berhijab AS Halima Aden Berbagi Pengalaman Ramadhan.
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, MINNESOTA -- Model berhijab Amerika Serikat (AS) Halima Aden menceritakan aktivitasnya selama menjalani Ramadhan di tengah aturan lockdown di negeri Paman Sam. Seperti orang-orang di berbagai belahan dunia lainnya, Halima yang juga seorang pegiat kemanusiaan ini beradaptasi hidup di bawah penerapan aturan lockdown selama wabah virus corona.

Baca Juga

Wanita Somalia-Amerika pertama yang berkompetisi dan menjadi semifinalis di kontes kecantikan Miss Minnesota USA ini dilahirkan di Kakuma, sebuah kamp pengungsian di Kenya. Ibunya berasal dari Somalia. Halima pindah ke Missouri, AS, pada usia tujuh tahun sebelum akhirnya menetap di Minnesota.

Saat ini, wanita berusia 22 tahun itu tengah terisolasi dengan teman sekamar dan juga sahabat karibnya karena aturan lockdown di negara itu. Ia menjalani dua pekan Ramadhan ini di tengah lockdown. Halima kemudian berbagi pengalamannya tentang Ramadhan di masa pandemi Covid-19.

Menjalani aktivitas dan pekerjaan dari rumah

Bagi Halima, Ramadhan adalah bulan refleksi diri dan menghargai apa yang ia miliki serta berbagi. Saat wabah Covid-19 mulai muncul, Halima mengaku merasa takut seakan dunia fashion yang digelutinya terhenti. Akan tetapi, baik brand (merek), publikasi dan desainer bekerja menyesuaikan dengan situasi. Sehingga, ia merasa bersyukur bisa bekerja dari rumahnya dengan menggunakan teknologi.

Harinya dimulai dengan memeriksa email, menggunakan panggilan video dengan Face Time untuk berkomunikasi dengan ibunya, dan melihat jadwal yang dikirim timnya kepadanya. Seperti kebanyakan orang di industri mode, pekerjaannya melibatkan pembuatan konten dari rumah. Sehingga, ia harus benar-benar belajar kembali bagaimana cara merias wajahnya. Halima juga merasa bersyukur bisa melakukan percakapan dari rumah.

Halima mengungkapkan, selain beribadah, harinya dihabiskan menulis catatan rasa syukur. Menurutnya, Ramadhan benar-benar menjadi momen menunjukkan rasa syukur. Pasalnya, krisis yang terjadi di seluruh dunia saat ini benar-benar membuatnya mengambil napas dalam-dalam.

"Ramadhan ini, saya telah memastikan saya menuliskan tujuan saya tahun ini, memprioritaskan apa yang penting, dan sekali lagi, benar-benar bersyukur. Saya tidak ingin melihat pandemi ini sebagai hari libur, karena saya tahu saya harus bekerja 10 kali lebih keras daripada yang pernah saya miliki ketika kita dapat kembali bekerja atau bepergian. Saya sudah bisa mengambil pelajaran akting virtual dengan seorang pelatih, yang telah memungkinkan saya melangkah keluar dari zona nyaman saya, itu sangat bagus," kata Halima, dilansir di Vogue India, Selasa (12/5).

Fokus melaksanakan puasa

Di masa pandemi ini, ia belum bekerja seperti biasa, karena itu ia mengaku belum merasakan kesulitan puasa tahun ini. Selama di rumah saja, ia benar-benar bisa fokus berpuasa dan meluangkan waktu untuk menghargai maknanya.

Berbagi sesuatu dengan para pengikutnya di media sosial

Bagi Halima, Ramadhan adalah momen untuk belajar dan mengajar. Halima mendukung UNICEF dan kampanye #UCanLearn mereka di media sosial. Konsepnya adalah mengajarkan pengikutnya di medsos sesuatu yang baru, yang dapat dilakukan orang dari rumah. Karena itu, Halima mengajari pengikutnya cara menyanyikan lagi "Jambo", seperti lagu 'selamat datang' di komunitasnya di Kenya. Ia merasa senang melihat pengikutnya berpartisipasi dengan mengajar anak-anak di seluruh dunia cara merias wajah, membuat origami, kue, dan lainnya dalam kampanye tersebut.

"Setiap hari, saya terus mengingatkan diri saya pada sesuatu yang selalu dikatakan ibu saya: 'Masa sulit tidak pernah berakhir, tetapi orang kuat melakukannya.' Saya pikir itu sangat penting untuk semua orang, tidak hanya umat Muslim yang merayakan Ramadhan dan Idul Fitri, untuk diingat pada saat ini," kata Halima.

Membuat rencana ke depan

Halima berpikir saat ini adalah waktu yang tepat menjalani Ramadhan dengan sedikit hambatan. Sebab, mereka tidak bisa pergi kemana-mana di masa lockdown ini. Karena itu, ia mengajak untuk meluangkan waktu ini bersama orang-orang yang tersayang, mengevaluasi perjalanan pribadinya, dan menghargai dirinya, serta membuat rencana ke depan.

 

 

Waktu untuk refleksi karier

Selama Ramadhan ini, Halima bisa sedikit merenungkan kariernya. Ia mengungkapkan, selama ini orang-orang di sekitarnya tidak nyaman dengan pilihan kariernya sejak awal. Namun, setiap Ramadhan ia mencoba memaafkan mereka.

"Ini memungkinkan saya untuk mulai lega secara pribadi, melepaskannya, dan fokus pada apa yang paling penting bagi saya. Pada akhirnya, saya menempatkan pada yang paling bernilai untuk menjadi orang baik," ujarnya.

Menjalani Ramadhan tanpa keluarga

Halima menjalani Ramadhan ini jauh dari keluarganya. Ibunya tinggi di St Cloud di Minnesota, daerah yang saat ini menunjukkan tingginya kasus Covid-19. Karena itu, ibunya memintanya tinggal di apartemennya. Halima mengisolasi diri dengan teman sekamarnya, yang kebetulah sahabat masa kecilnya. Temannya seorang mahasiswa, sehingga Halima bisa mengikuti kelas online temannya. Selain itu, mereka berdua juga suka menonton Netflix.

"Saat ini saya suka mendengarkan lagu nasyid (Islami) di Youtube. Saat ini saya terobsesi dengan lagu-lagu Ramadhan Maher Zein," katanya.

Melakukan kunjungan masjid virtual 

Di era digital saat ini, Halima memanfaatkannya dengan melakukan kegiatan buka puasa online. Selain itu, ia melakukan kunjungan masjid secara virtual. Dengan demikian, ia bisa menjalani Ramadhan dengan tetap aman di rumah saja.

Menemukan rasa kebersamaan

Komunitas selalu menjadi bagian penting dalam hidupnya. Komunitas yang dimaksud tidak hanya orang yang mengenalnya secara pribadi, tetapi juga orang-orang dari berbagai negara lainnya.

Meski tidak secara fisik bersama saat ini, namun Halima mengaku mendapatkan lebih banyak rasa kebersamaan dari sebelumnya melalui hubungannya dengan UNICEF. Karena itu, ia mendorong teman dan keluarganya ikut mendukung organisasi PBB tersebut dan program mereka untuk komunitas di seluruh dunia.

Menguasai seni Zoom

Dengan tinggal di rumah saja, Halima mengaku ia menjadi cukup profesional menggunakan aplikasi pertemuan dan konferensi video Zoom. Ia juga kerap melakukan Face Time bersama keluarga dan melakukan Instagram Live serta Youtube.

"Instagram Live benar-benar menyenangkan, mereka kini menawarkan fitur untuk berdonasi ke acara selama IG Live, yang memberikan kesempatan lain untuk zakat," ujarnya.

Merayakan Idul Fitri yang berbeda

Halima mengungkapkan ia merasa sedikit sedih tatkala memikirkan Idul Fitri tahun ini. Pasalnya, momen itu adalah momen berkumpul bersama orang-orang yang dicintai dan hari besar yang dinantikan umat Islam. Namun, situasi di tengah lockdown tidak memungkinkan untuk merayakan Hari Id seperti tahun sebelumnya. Karena itu, ia mengatakan perlunya menghargai pengorbanan yang dilakukan oleh semua orang di seluruh dunia saat ini dengan berdiam di rumah. 

 

 

 
Berita Terpopuler