Sugeng Tindak Mas Didi Kempot

Musik Pop Jawa akan saya digeluti hingga akhir hayat, kata Didi Kempot.

Daan Yahya, Republika
Penyanyi campur sari, Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5).
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Binti Sholikah, Shelbi Asrianti

Tak sedikit selebritas dan seniman yang tenar sekadar tenar. Terkenal hanya karena sering tampil di media massa meski hanya sedikit punya bakat seni. Dionisius Prasetyo bukan salah satunya. Pada masa-masa pandemi seperti sekarang, ia juga satu dari sedikit yang tak mau berpangku tangan.

Bahkan, semalam sebelum kepulangannya, pria yang akrab disapa Didi Kempot itu masih memiliki rencana. "Istrinya Pak Doni Monardo (kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ingin mengajak kampanye. Kira-kira Agustus nanti korona sudah kelar, kita sudah bangkit, jadi mengajak Mas Didi untuk mengampanyekan itu," kata sahabat Didi Kempot, Blontang Poer, dalam keterangannya, kemarin.

Sejak pagebluk mendera Indonesia, Didi Kempot memang salah satu yang memanfaatkan betul ketenarannya yang dua tahun belakangan mendapat suntikan darah baru para milenial. Didi kerap muncul dalam berbagai pertunjukan virtual dan aktif menggalang dana untuk melawan pandemi Covid-19.

Pada Sabtu (28/3), Didi menutup gelaran konser penggalangan dana #Dirumahaja besutan Narasi yang digelar sejak Rabu (25/3). Seusai penampilan dari Didi, donasi yang terkumpul telah melewati angka Rp 9 miliar dan terus bertambah.

Didi juga terlibat dalam "Konser Amal dari Rumah" yang digelar salah satu stasiun televisi swasta, Sabtu (11/4). Seusai acara, dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh donatur karena jumlah dana yang terkumpul jauh melebihi yang dia bayangkan. Hasil dari konser amal tersebut, sebagian telah disalurkan untuk membantu warga melalui PB Nahdlatul Ulama dan Lazizmu Muhammadiyah senilai masing-masing sekira Rp 2 miliar.

Lewat tayangan video yang diunggah ke Instagram, Didi mengapresiasi para penggemarnya yang dijuluki Sobat Ambyar, Kempoters, Sadboys, dan Sadgirls. "Terima kasih, matur suwun sekali, dan salut buat kinerja semua. Ini sumbangsih saya, Didi Kempot, sebagai seniman tradisional. Semoga apa yang kita perbuat sangat bermanfaat untuk penanggulangan virus korona," ujarnya dalam tayangan yang diunggah, Ahad (19/4).

Beberapa bulan mendatang, Didi yang lahir pada 31 Desember 1966 itu sedianya merencanakan konser akbar "Ambyar Tak Jogeti" di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Rencana pertunjukan pada 10 Juli 2020 itu sekaligus menjadi perayaaan 30 tahun bermusiknya. Namun, takdirnya lain.

Asisten Humas RS Kasih Ibu Solo, Divan Fernandez, mengatakan, almarhum tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Kasih Ibu pada Selasa pagi pukul 07.25 WIB diantarkan para sejawat. "Saat tiba di IGD, kondisinya tidak sadar, henti napas dan henti jantung," kata Divan, kemarin.

Kemudian, segera dilakukan pertolongan semaksimal mungkin. Namun, karena kondisi yang terus memburuk, pasien tidak tertolong. Pukul 07.45 WIB Didi Kempot dinyatakan meninggal oleh dokter.

"Sekitar 20 menit di IGD. Diagnosis saat masuk (rumah sakit) henti jantung. Untuk riwayat penyakit lebih pantas keluarga yang menjawab," ujar Divan.

Dari Solo, jenazah Didi diberangkatkan ke Majasem, Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menjelang tengah hari. Ngawi, merupakan kampung halaman istri almarhum.

"Musik Pop Jawa akan saya geluti hingga akhir hayat." -- Didi Kempot.

Jenazah Didi Kempot tiba di rumah duka sekira pukul 14.10 WIB untuk disemayamkan dan dishalatkan. Kemudian, jenazah dimakamkan di tempat permakaman umum yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari rumah duka.

Sejak mobil ambulans datang dan peti jenazah dikeluarkan, tangis kesedihan dari keluarga, tetangga, dan Sobat Ambyar yang hadir langsung pecah. Demikian juga, saat peti jenazah diturunkan ke dalam liang lahat.

Proses pemakaman jenazah tidak hanya dihadiri oleh keluarga dan tetangga, tetapi juga para Sobat Ambyar yang rela datang dari berbagai wilayah, di antaranya Solo, Ngawi, dan sekitarnya. "Didi Kempot adalah sosok seniman dan pencipta lagu yang kreatif. Ia tidak bisa diam. Hal-hal yang terjadi di sekitarnya justru menjadi insiprasinya untuk mencipta lagu," ujar kakak almarhum, Lilik Subagyo, di Ngawi.

Ia mengatakan, keluarga sangat kehilangan dengan kepergian sang maestro yang terbilang mendadak. Sebelum meninggal, Didi Kempot sedang dalam tahap menyempurnakan lagunya berjudul "Kapusan Janji" yang baru saja direkam ulang dengan berkolaborasi bersama Yuni Shara.

"Memang jadwal dia belakangan ini sangat padat sehingga kecapekan," kata Lilik. Ia mewakili keluarga besar meminta Sobat Ambyar untuk mendoakan Didi Kempot agar semua amal ibadahnya diterima oleh Tuhan YME dan karya-karya lagunya tetap disukai meski yang bersangkutan telah berpulang.

Pop Jawa
Didi Kempot sudah fenomenal sejak pergantian abad lalu. Pada Oktober 2000, wartawan Republika Edy Setyoko yang juga berpulang beberapa waktu lalu, mewawancarainya terkait jalan yang ia pilih tersebut. "Aku nggak malu. Betul, nggak gengsi menyanyi lagu Pop Jawa," ujar Didi Kempot yang kala itu berusia 34 tahun.

Musisi hitam manis dan berambut gondrong ini menjanjikan kala itu tetap konsisten pada jalurnya. "Musik Pop Jawa akan saya digeluti hingga akhir hayat," ujarnya.

Mencipta sekaligus menyanyikan lagu Pop Jawa, menurut Didi, tidak bakal menurunkan derajat dan martabatnya sebagai seniman. Ia justru bangga karya ciptanya belakangan semakin digandrungi masyarakat. Hampir sebagian albumnya, begitu dilempar ke pasar, langsung laris bagai kacang goreng.

Ia sendiri saat itu tidak paham betul aliran musik yang dipilihnya. Hal yang jelas, lanjutnya, "Warna musik saya itu campur-aduk. Gado-gado, gitu". Sebagian besar berwarna “Congdut”, singkatan dari kerongcong dangdut. Ada unsur ukulele, dan gendhang tidak pernah ia tinggalkan.

"Instrumen lain, hanya sekadar 'penyedap' rasa musikalisasi. Jalur ini, sebenarnya berbasis pop."

Didi mengeklaim saat itu, bekal seni dimilikinya tidak diperoleh dari pendidikan formal. "Semua bekal alamiah," katanya. Antara lain, faktor keturunan. Darah seni yang mengalir dari orang tuanya, Ranto Edi Gudel, cukup kuat. Ini diakuinya secara terus terang.

Mbah Ranto--panggilan akrab Ranto Edi Gudel--dikenal sebagai seniman serba bisa. Ia seorang pelawak, penyanyi, pemain kethoprak, melukis, juga mencipta lagu pop Jawa. Karya hitnya berjudul "Joko Lelur" dan "Anoman Obong". Ia menurunkan bakat seninya kepada anak-anaknya--Sentot S (penyanyi pop Jawa), Mamiek "Si Jambul Merah" Prakoso (pelawak Srimulat), Didi Kempot dan Eko (pelukis dan pelawak).

Didi mengawali profesinya sebagai seniman jalanan. Ngamen. Kegiatan ngamen keliling dilaluinya dalam kurun waktun 1986 hingga 1998. Ia paling sering nongkrong di kawasan warung lesehan nasi liwet Keprabon, Banjarsari, Solo.

"Jadi, tak ada itu jalur pendidikan formal. Sekolah SMP mentog, terus ngamen," ia mendaku. Awal 1989, Didi hijrah ke Jakarta.

Di Ibu Kota, Didi bersama kelompoknya--Kuncung, Hery Gempil, Dany Pelo, dan Comet--mengais rezeki eceran di seputar kawasan Bunderan, Slipi. Kemampuan tarik suara Didi lantas membuat tertarik musisi Pompi. Dia memberi tawaran untuk masuk dapur rekaman. Meski rekaman-rekaman awal sempat ditanggapi dingin pasar, Didi tak menyerah.

Suatu ketika, musisi Is Haryanto memberi tawaran ngamen di Negeri Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu, Didi diminta menghibur kaum buruh asal Suriname keturunan Jawa. Sukses menghibur, ia kemudian diundang ke Suriname.

Presiden Wede Bose, saat itu, mengundangnya ke istana kepresidenan dan memberinya penghargaan Gold Man terkait penampilannya. "Kowe ora usah gemeter, tenang wae (Kamu tidak usah gemetar, tenang saja)," ujar Didi menirukan nasihat seorang menteri Suriname saat hendak menerima penghargaan.

Awal 1998, Didi pulang kampung. Ia mencipta lagu berjudul Stasiun Balapan. "Alhamdulillah, sukses besar," ujarnya bangga. Namanya semakin meroket. Lagu yang mengisahkan perpisahan dua kekasih itu laku keras. Begitu laris, kemudian disusul lagu Jawaban Stasiun Balapan. Karya Didi pun terus mengalir.

Basis penggemar Didi kian lebar pada era media sosial. Tak lagi kalangan menengah ke bawah, tetapi bisa menembus menengah atas. Sejak beberapa tahun lalu, lagu-lagunya dianggap mewakili kegalauan kalangan muda yang patah hati. Julukan “The Godfather of Broken Hearts” disematkan para penggemar.

Kepergian Didi tak ayal didukai para penggemarnya tersebut. Tagar #SobatAmbyarBerduka ramai di lini masa Twitter pada Selasa pagi. "Sugeng tindak Mas Didi Kempot, Lord Of Broken Heart," kata Heru Wahyono, vokalis band ska-reggae Shaggy Dog melalui Twitter.

 
Berita Terpopuler