Coronaloha: Kisah Hidup Di Hawai Di Tengah Pandemi Corona

Kisah tinggal Hawai di tengah pandemi Corona

Tejo Purnomo
Pantai Wakiki di Hawaii yang berubah jadi kota mati selama pandemi Corona
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Tejo Purnomo, WNI Ekspatriat Tinggal Di Hawaii, Amerika Serikat.

Ketika Bill Gates dedengkot Microsoft meramalkan akan datang wabah virus yang sanggup meluluh lantakkan manusia di bumi, jauh di Hawaii seorang penjual bir di pantai Waikiki telah meramalkannya dengan memasang logo 'Selamat Datang Corona' di dinding tokonya: Coronaloha!!

Tulisan dipampang mencolok dengan menyertakan simbol jempol dan kelingking atau  simbol Shaka yang berarti salam persaudaraan. Barangkali ide ini didapatkannya dari Sales bir ternama dari Mexico itu.

Ketika virus Corona telah mengguncang dunia, kala itu Hawaii yang letaknya di tengah Samudera Pasifik masih tenang-tenang saja. Baru menadi soal ketika kasus pertama muncul di awal bulan Maret lalu. Kala itu ada seorang warga yang baru kembali dari tour kapal pesiar California - Mexico yang mengeluhkan sesak nafas dan demam tinggi, suasana barulah repot.

Dan sejak itulah pemerintah negara bagian Amerika Serikat di Hawaii, melakui sang Gubernur bertindak. Namun dia saat itu pun hanya mengumumkan bahwa pasien positif Corona tersebut bukan diakibatkan karena penularan corona komunitas penduduk Hawai. Apalagi  kemudian si pasien juga tidak menunjukkan gejala akut dan diisolasi di rumahnya.

Kesan Hawaii yang semua yang tampak baik-baik saja dan tak terpapar pandemi corona ternyata berbeda.Kenyataannya tak sesederhana seperti yang dianggap selama ini. Apalagi, selang beberapa hari pada 9 Maret 2020 seorang wanita pemandu wisata di Kualoa Ranch juga mengeluhkan terserang sesak nafas dan demam tinggi.

Dokter yang kemudian memeriksanya menemukan fakta bahwa wanita pemandu wsiata ini terinfeksi virus Corona. Anehnya, padahal ia tak pernah bepergian keluar dari Hawaii. Maka kemungkinan besar ia tertular dari turis-turis yang datang ke Kualoa Ranch yang jumlahnya bisa mencapai seribu orang tiap harinya. Dan ini menjadi pertanda sahih bila awal penularan coronoa komunitas penduduk Hawai sudah terjadi.

Maka ungkapan penjual bir di pinggir Selamat datang virus Corona pantai Wakiki dengan menyebut, Coronaloha!, tepat adanya. Dan kenyataan penyebaran virus -virus itu diyakini oleh para pakari kesehatan di Hawaii telah menyebar jauh-jauh hari sebelum pemerintah secara resmi mengumumkan kasus pertamanya.

  •    Keterangan Foto: Suasana Hawai yang biasanya ramai turis, kini sepi dan kosong.

                  *****

Semua orang tahu Hawaii itu layaknya Bali di Indonesua. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari jasa pariwisata. Menyadrari hal ini tentu Sang Gubernur Hawai tak akan gegabah memutuskan kebijakan publik yang ekstrim untuk melockdown wilayahnya. Alhasil adanya sikap ini, jauh-jauh hari Gubernur pun telah mendapat protes dari masyarakat, terutama para pekerja di bidang kesehatan.

Uniknya,  meski Gubernur Hawaii banjir protes oleh warganya, tetap  saja keputusan untuk me-lockdown Hawaii tak kunjung datang. Apalagi saat itu juga ada pernyataan Presiden AS, Donald Trum, yang terlihat berusaha menenangkan suasana keresahan batin rakyat Amerika. Kala itu lwat pidatonya dia mengeluarkn stetmen soal  “Virus dari China”  yang katanya akan mereda di bulan April, yakni ketika musim semi datang.

Bayangkan saja akibat pandemi Corona bagi Hawaai. Secara ekonomi pemasukan mereka akan hilang. Ini mengingat Kepulauan Hawaii yang berpenduduk 1,4 juta jiwa itu dalam situasi normal setidaknya dikunjungi hampir 10 juta turis setiap tahunnya. Setidaknya akan  mendatangkan devisa 17 milyar dollar atau setara 279 trilyun rupiah. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 150.000-an ribu orang. Mereka menjual jasa melalui penyediaan hotel dan restaurant, bandar udara yang melayani kedatangan 50.000 tamu tiap harinya. Ini belum termasuk mereka yang bekerja di Biro Travel, Maskapai penerbangan, pemandu wisata, juga kapal-kapal Cargo yang mensuplai segala kebutuhan masyarakat Hawaii.

Maka, tak beda dengan yang terjadi di seluruh dunia, perdebatan publik yang mewakili sektor ekonomi dan kesehatan masyarakat terkait virus Corona juga terjadi denga seru di Hawaii. Dan sama dengan negara-negara lainnya, Hawaii pun sebetulnya tidak siap dengan pandemi yang menyerang tiba-tiba ini yang sudah diprediksikan Bill Gates) itu. Kenyatannya entah itu negara maju atau negara dunia ketiga, semua terkena pandemi virus asal Wuhan, China. Jadi sama-sama tidak siap menghadapi pandemik Corona karena mereka memang tidak pernah mempersiapkan sistem kesehatan masyarakat dalam menghadapinya.

Dan betul saja, setelah kasus pertama pengidap Corona di Hawaii menanjak dengan cepat. Sampai dengan di Minggu ketiga sudah 60 orang terkena. Ini  bersamaan wakti dengan kolapnya New York yang juga kewalahan menangani pandemik Corona. Mengatasi meluasnya ancaman virus ini, akhirnya Gubernur Hawaii pada tanggal 21 Maret mengeluarkan maklumat agar semua turis menunda niatnya untuk berkunjung ke Hawaii hingga 30 April. Dan apabila ngeyel akan dikarantina 14 hari di kamar hotel dengan biaya sendiri.

              

 

 

 

             *****

Adanya kebijakan keras ini, selang sehari kemudian, Sang Walikota Honolulu mempertegas kebijakan publiknya dengan mengelurkan perintah agar warga diam di rumah, dan melakukan kerja atau Work From Home. Dia juga mengeluarkan aturan untuk menutup segala bisnis yang bukan esensial, menerapkan 'Social Distancing 6 feet' (jarak sosial selebar 6 kaki),  hingga melarang adanya keramaian baik secara publik maupun privat. Andai ada warga yang melanggar maka ia akan dikenai denda sebear 5000 dollar atau dipenjara maksimal satu tahun.

Gubernur dalam pidatonya menyatakan memang tak bisa memperkirakan seberapa parah dampak ekonomi pandemi Corona bagi Hawaii, Namun, katanya, ada hal yang paling utama, yakni keselamatan warga Hawaii. "Selama masyarakat Hawaii bisa terselamatkan maka kita bisa membangun lagi perekonomian kita. Nyawa yang hilang tak bisa kembali, tapi ekonomi yang hilang bisa dibangun lagi,'' tegas sang gubernur.

Dan semenjak pengumuman itulah Hawaii berubah total menjadi kota mati. Satu demi satu hotel mulai tutup. Pantai Waikiki dijaga polisi. Restoran-restoran yang biasanya ramai dengan turis mulai menutup bisnisnya. Beberapa teroran masih mencoba bisa survive dengan melayani take out order, itupun hanya menyisakan dua tukang masak saja.

Wilayah pantai Waikiki kini juga jadi kota mati. Ribuan turis yang tiap hari memenuhi jalan sepanjang Kalakaua Avenue kini menghilang. Toko-toko merk terkenal memadamkan lampunya.Salon, Gym, dan gerai pernik cendera mata khas Hawaii tutup.

Melalui 'social distancing' dengan menggelorkan kearifan lokal Hawaii yang selama ini mulai luntur yang disebut 'Ohana' (Kita semua adalah Keluarga) kini dibangkitkan kembali. Sekarang Ohana sudah ada fenomena baru. Sebab, ada fenomena baru yang mengkhawatirkan di Hawaii: andai kita sedang di keramaian atau di bis kota dan tiba-tiba batuk atau bersin, maka semua orang akan menjauh dengan pandangan mata penuh kebencian sekaligus takut.

  • Keterangan Foto: Sarana angkutan umum kosong selama pandemi Corona

Efek lain yang nyata dari pandemi virus China ini adalah hanya dalam dua minggu Pengangguran di Hawaii melonjak dari 13.000 jadi 50.000 -an orang. Bahkan diperkirakan akan mencapai 100.000-an kalau kondisi makin memburuk. Ini pun sama dengan situasi di wilayah Amerika Serikat lainnya yang kini hidup dalam krisis setelah pengangguran meledak hingga dari angka 130.000 orang (terendah dalam sejarah ketenagakerjaan di Amerika) menjadi 10 juta dalam jangka kurang dari sebulan (terparah dalam sejarah ketenagakerjaan Amerika). Maka warga Amerika kini berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai pengangguran untuk mendapatkan kompensasi selama menganggur.

Dan sampai hari ini, setelah hampir sebulan semenjak kasus Corona pertama, per 2 April 2020. jumlah pengidap Corona virus di Hawaii melejit hingga 285 orang, 2 meninggal, dan 15 orang dalam perawatan intensif.

                       ******

Namun apa pun itu 'Life must go on'. Dalam suatu kesempatan di penghujung sore ketika sedang berada di laundry room, sempat penulis dengarkan pendapat dari native Hawaii yang tinggal di gedung yang sama dengan pandemi Corona. Katanya, ia percaya setiap entitas yang ada di alam semesta ini punya ruh!. Mendengar pendapat ini tentu sangat mengejutkanku. Mungkin, bagiku itu nggak sepenuhnya benar, tapi pendapatnya pantas kurenungkan: ”Jangan salahkan virus Coronanya, mereka cuma juga sama yakni ingin bertahan hidup".

"Jadi sama seperti kita yang ingin bertahan hidup di muka bumi ini. Mungkin kamu mengatakan aku gila, tapi perhatikan kalau kita, manusia sudah mulai merusak tempat tinggalnya, membabat hutan belantara, membakar batubara untuk pabrik yang mengakibatkan polusi, menanami hutan-hutan beton, menghisap sari pati kehidupan demi keserakahan yang diselimuti kata bijak kesejahteraan sosial, maka imunitas bumi akan bekerja membasmi virus-virus yang ingin menghancurkannya,'' ujarnya dengan penuh keyakinan.

Maka, lanjut dia: "Lihtlah kini, lubang ozon sedang menyembuhkan dirinya ketika manusia memberhentikan pabriknya, mereka tidak lagi berkendara di jalanan, dan diam di rumah. Bumi sekarang bisa menghela nafas tanpa rasa sesak di dada, langit lebih biru, bumi makin sejuk, pemanasan global menurun drastis. Manusia adanya pandemi ini manusia harus membayar sangat mahal terhadap apa yang telah mereka perbuat pada buminya selama ini."

"Ingatlah! Di atas kehidupan masih ada kehidupan dan kita sering tak menyadarinya. Virus adalah bagian kecil dari tubuh kita. Ia hidup di levelnya dan dimensi berbeda dengan apa yang kita rasakan. Tapi dampaknya bisa sangat merusak dan mengancam hidup kita.

Dan sama seperti halnya kita, manusia hanyalah bagian sangat kecil dari alam semesta.Seperti butir pasir di pantai, diantara milyaran tata surya, diantara milyaran galaksi,'' tuturnya lagi.

Dari penjelasannya orang asli Hawaii, ada hal yang kusetujui, yakni sebagian besar dari kita memang rakus akan harta benda yang didapatkan dengan cara-cara merusak alam. Sedangkan yang tak kusetujui dari pendapat itu adalah manusia sudah disamakan dengan virus Corona. Padahal layknua dua sisi keping mata uang,  manusia juga punya sisi baik dan buru. Dan manusia itu tetap masih punya sisi kebaikan. Khususnya sebagai Muslim saya tetap merasa mewarisi semangat Rahmatan lil alamin, sebagai khalifah di bumi tempat berpijak.

Akhirnya kata 'Aloha' yang dikaitkan dengan sebutan virus China, Corona, bisa juga bermakna perpisahan. Maka bila ada teriakan: Coronaloha!! Warga Hawaii sadar dan berusaha bahu membahu melawan virus ini dan ingin menendangnya cepat-cepat keluar dari pulau.

Sungguh begitu ramahnya orang Hawaii, untuk sesuatu yang mengancam hidupnya mereka masih bisa berucap salam: Selamat tinggal Corona

 

 
Berita Terpopuler