Anggap Berlebihan, Presiden Brasil Cabut Kebijakan Karantina

Pernyataan Presiden Brasil mendapat kritik dari warganya sendiri.

AP Photo/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyatakan kekhawatiran terhadap virus corona terlalu berlebihan. Dia menuduh media di negaranya membuat cerita yang mendorong warga untuk panik secara berlebihan.

"Virus itu tiba, kita sedang menghadapi itu, dan akan segera berlalu. Hidup kita harus berlanjut, pekerjaan harus dijaga," ujar Bolsonaro.

Beberapa negara bagian Brasil pun diminta oleh Bolsonaro untuk mencabut kebijakan karantina yang disebutnya sebagai kebijakan "membumihanguskan". Kebijakan karantina membuat warga dilarang untuk menggunakan angkutan umum, menutup bisnis dan sekolah, serta menyerukan untuk berdiam diri di rumah bagi penduduknya.

Pernyataan tersebut mendapatkan kritik dari banyak pihak, termasuk warga yang melakukan protes di balkon rumah mereka. Beberapa orang Brasil yang berada di rumah dalam isolasi diri memprotes pandangan itu sebagai sikap yang teledor terhadap pandemi. Mereka membunyikan panci dan wajan dari jendela dan balkon rumah.

Brasil melaporkan sekitar 2.200 orang terinfeksi virus corona sejauh ini. Sedangkan laporan kematian telah mencapai 46 orang. Meski begitu, Bolsonaro masih tidak menganggap serius penyebaran virus corona karena masih terlihat melakukan pengumpulan massa dan tidak peduli dengan anjuran menjaga jarak dengan orang lain. 

 
Berita Terpopuler