Bandung Jadi Kota Termacet se-Indonesia, Kok Bisa?

Bandung juga tercatat sebagai kota termacet ke-14 se-Asia.

Republika/M Fauzi Ridwan
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menanggapi rilis ADB tentang Kota Bandung sebagai kota termacet di Indonesia, Senin (7/10).
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, menyebut menanggapi survei Asian Development Bank (ADB) yang menyebut kotanya termacet se-Indonesia. Bandung juga dikabarkan menduduki peringkat ke-14 termacet se-Asia.

Yana menjelaskan, penduduk Bandung ada 3,7 juta jiwa sepanjang siang. Sementara itu, pada malam hari, jumlah penduduk berkurang menjadi 2,5 juta jiwa.

"Ada 1,2 juta penduduk luar Kota Bandung yang melakukan aktivitas di Kota Bandung, sehingga kemacetan menjadi satu hal yang akan terjadi," kata Yana di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Kota Bandung, Senin.

Baca Juga

Dalam survei yang dilakukan oleh ADB, ada sedikitnya 278 kota yang diteliti dari sebanyak 45 negara. Kota Bandung berada di peringkat ke-14, lebih parah dari Jakarta yang berada di peringkat ke-17 dan Surabaya peringkat ke-20.

Yana mengatakan, pihak Pemerintah Kota Bandung memang cukup kesulitan dalam melakukan upaya pelebaran jalan. Untuk mengatasi kemacetan, pihaknya pun melakukan beberapa rekayasa lalu lintas.

Namun, menurut Yana, di Bandung banyak persimpangan yang jaraknya cukup pendek. Akibatnya, kemacetan akan mudah terjadi akibat padatnya jumlah kendaraan yang berada di jalan.

Selain itu, opsi untuk memberlakukan rekayasa ganjil-genap bagi kendaraan, menurut Yanam tidak akan cocok jika diterapkan di Kota Bandung. Ia berpendapat, idealnya ganjil-genap itu diterapkan di koridor jalan yang jaraknya panjang.

"Misalkan kita lakukan ganjil genap di Jalan Asia Afrika, tapi itu sekadar koridor pendek, itu pasti akan menyebabkan kemacetan di kawasan lain," katanya.

Yana mengatakan bahwa kemacetan merupakan sesuatu yang akan terjadi karena penduduk Bandung saat ini sudah melebihi kapasitas. Dia menyebut. Kota Bandung hanya di desain untuk 500 ribu penduduk.

"Jadi memang dengan jumlah penduduk saat ini dan 1,2 juta tambahan masyarakat, jadi cukup sulit," katanya.

Yana mengaku Pemkot Bandung sedang menyiapkan beberapa pembangunan jalan layang guna mengurai kemacetan. "Karena jika kita tidak mendorong rekayasa lalin dan sejumlah solusi itu, tentu kemacetan akan terus terjadi," katanya.

 
Berita Terpopuler