Komentar Negatif Pecut Semangat Bermusik Shima

Shima berupaya menghapus stigma negatif band perempuan tak bertahan lama

Republika/Iman Firmansyah
Grup band Shima melakukan sesi foto saat mengunjungi redaksi Republika di Jakarta, Kamis (13/12).
Rep: Dwina Agustin Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komentar negatif akan selalu hadir di setiap kehidupan manusia, terlebih lagi ketika sudah menjadi sosok yang dikenal masyarakat. Begitu pula dengan anggota band Shima yang sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan bernada miring.

Baca Juga

Vokalis Shima Bimbi menceritakan, mereka sering mendapatkan sentilan tentang hal negatif seputar eksistensi mereka di dunia musik. Terbentuk sejak 2009, tidak membuat mereka mendapatkan sambutan hangat.

"Band perempuan ini sering banget bakal dianggap cepat bubar," ujar Bimbi saat mengunjungi Kantor Republika bersama anggota lainnya Yunita (gitar), Ayis (bass), dan We (drum), Kamis (13/12).

Vokalis Grup band Shima Bimby melakukan sesi foto saat mengunjungi redaksi Republika di Jakarta, Kamis (13/12).

Penilaian negatif tentang keberadaan band perempuan tidak hanya terjadi pada mereka. Bimbi menyadari, hampir semua band dengan anggota seluruhnya perempuan mendapatkan cap yang sama.

Anggapan band perempuan mudah bubar coba ditepis oleh Shima. Mereka terus berjuang agar musik terus bisa bertahan di industri musik Indonesia yang cenderung tidak stabil saat ini dengan mencoba terus bermusik.

"Karena biasanya band perempuan ini setelah booming terus hilang, kalau kita kan belum booming, jadi ngga bakal ilang-ilang," ujar We sambil tertawa.

Penampilan drumer band Shima We saat mengunjungi redaksi Republika di Jakarta, Kamis (13/12).

Untuk bertahan di industri musik, mereka mencoba memberikan musik yang menyenangkan untuk didengar. Shima baru saja merilis lagu baru berjudul "Di Matamu" bekerja sama dengan penyanyi asal Malaysia Sufian Suhaimi.

 

 
Berita Terpopuler