Mengenal Pauh, Aliran Termuda Silek Minangkabau

Telapak kaki jangan menapak, tetapi harus jinjit.

Dok Republika
Para pemuda sedang latihan Silek Pauh.
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Hafil/Wartawan Republika.co.id

 

Puluhan anak-anak muda berseragam hitam-hitam semangat memainkan gerakan-gerakan silat. Semangat mereka semakin menyala saat tim musik gandang tambuah yang terdiri dari alat musik tabuh dan gesek mengiringi gerakan mereka. Tegas, kuat, dan tepat sasaran. Begitu suasananya pada Sabtu malam selepas Isya beberapa waktu lalu.

“Telapak kaki jangan menapak, tetapi harus jinjit,” kata Dasrul sang guru silat berteriak kepada para puluhan pemuda yang latihan di sasaran atau perguruan Silek Pauh di Limau Manis, Kecamatan Pauh, tak jauh dari kampus Universitas Andalas Padang.

“Kenapa jinjit? Supaya cepat untuk membunuh lawan!” kata Dasrul lagi.

“Jangan kita yang menyerang pertama kali!, kalau lawan menyerang duluan, dia yang harus mati!” nasihat Dasrul.

Ini adalah gerakan silat atau dalam bahasa minangkabau disebut silek aliran Pauh. Aliran silat termuda di antara ratusan aliran silat yang ada di Sumatra Barat. “Bisa disebut sebagai silek bungsu (terakhir),” kata Dasrul.

Konon, berdasarkan sejarah Silek Pauh yang dituturkan oleh Dasrul, aliran silat ini adalah  beladiri bagi orang-orang Minangkabau di perbatasan Padang dan Solok. Mereka menciptakan aliran silat ini untuk menghalau penjajah Belanda yang sudah menguasai pesisir Padang. Di mana, orang-orang Belanda ini masih ingin merangsek masuk ke pedalaman Minangkabau seperti Solok dan Sawahlunto.

Pada masa agresi militer Belanda pascakemerdekaan pun, Silek Pauh ini juga digunakan oleh para pejuang untuk menghalau tentara Belanda masuk ke Solok dan Sawahlunto di mana di daerah itu terdapat tambang batubara. Karena aliran beladiri ini murni diciptakan untuk peperangan, maka gerakan-gerakannya pun adalah gerakan yang praktis untuk melumpuhkan lawan.

Adapun berdirinya aliran ini dari segi asal-usul, Dasrul menuturkan ada dua versi. Versi pertama adalah orang Pauh berasal dari Solok yaitu di daerah Kubung. Di Kubung ini, ada para dubalang (prajurit) yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Kemudian, mereka melarikan diri hingga ke perbatasan Solok-Padang di Pauh. Di sini, para dubalang yang aslinya memang para pesilat membentuk aliran silat sendiri yang mereka namakan Silek Pauh.

Sedangkan versi kedua, karena Pauh adalah daerah perbatasan tempat pertahanan terakhir orang Minangkabau di wilayah Barat, maka berkumpulah para pejuang dari berbagai daerah di Minangkabau. Di mana, mereka sebelumnya sudah menguasai banyak aliran Silek Minangkabau. Di antaranya yaitu Silek Sunur, Silek Sitaralak, Silek Tuo, hingga Silek Patai. Sehingga, mereka meramu banyak aliran silat itu dan menamakannya dengan Silek Pauh.

Para pemuda yang memainkan musik gandang tambuah. Musik ini mengiringi para pesilat silek Pauh latihan.

REPUBLIKA.CO.ID, Pascaperang kemerdekaan, Silek Pauh terus berkembang dan ilmu silat ini terus diwariskan dari generasi ke generasi. Di Pauh, ada beberapa suku yang dipimpin oleh seorang penghulu. Setiap suku memiliki wilayah teritorial yang memiliki tapian atau lembaga pendidikan.

Di tapian ini ada sasaran atau perguruan silat yang dibipimpin oleh dubalang. Dialah yang mengajarkan anak-kemenakan di sukunya Silek Pauh ini. Setiap sasaran rata-rata memiliki 50-60 orang murid. Di seluruh wilayah Pauh memiliki 14 suku. Ini berarti ada 14 tapian yang memiliki sasaran.

Saat ini, wilayah teritorial Pauh  merupakan gabungan dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Pauh V, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Kuranji. Semuanya tergabung di  dalam wilayah Kota Padang.

Silek Pauh juga diajarkan di sekolah-sekolah. Bahkan, karena pengembangan Silek Pauh ini terbilang bagus, maka ada 100 guru Silek Pauh yang mendapatkan tunjangan dari Pemerintah Kota Padang. Ini sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah daerah terhadap pelestarian Silek Pauh.

Para pegiat silat aliran silek Pauh di Kota Padang mengembangkan silat bukan hanya sekadar beladiri. Tetapi, mengembangkan arah pariwisata. Di mana, mereka mengadakan pelatihan singkat kepada wisatawan untuk belajar silat dengan berbasis wisata. Menurut Ketua Kampung Wisata Budaya Pauh Hendri Yusuf, orang luar Pauh bisa belajar silek Pauh dengan mengambil paket-paket yang ditawarkan.

Di antaranya, paket belajar tiga hari, satu pekan, hingga satu bulan. Selama proses pelatihan itu, para wisatawan bisa menginap di home stay yang ada di sekitar Nagari Limau Manih, Kecamatan Pauh, Kota Padang.

“Pesertanya ada dari dalam dan luar negeri. Di antaranya dari Spanyol, Belanda, Brasil, Malaysia, Polandia, Jepang, hingga Vietnam,” kata Hendri.

Selain para wisatawan asing itu, pesertanya ada juga dari dari mahasiswa pertukaran pelajar yang ada di sejumlah kampus di Kota Padang. Selama belajar itu, selain diajarkan teknik-teknik dasar silek Pauh, mereka juga berwisata. Karena, mereka diajak belajar silek di sawah, ladang, air terjun, hingga aliran sungai.

“Di sinilah letak rekreasinya,” kata Hendri.

Menurut Hendri, pengembangan wisata minat khusus ini sudah dilakukan selama empat tahun terakhir. Hal tersebut sudah tentu mendatangkan pemasukkan bagi para pesilat dan warga yang menyediakan home stay.

 
Berita Terpopuler