Trump Dikritik Lamban Bereaksi Jika Teror Menimpa Muslim

AP
Polisi memeriksa van putih yang menabrak pejalan kaki usai shalat di Masjid Finsbury Park, London, Inggris.
Rep: WAHYU SURYANA Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump tampaknya belum pernah mengecam serangan terhadap jamaah Muslim di London. Situasi itu jadi contoh terakhir lambannya ia berbicara tentang kekerasan ketika Muslim yang jadi korbannya.

Tidak seperti serangan baru-baru ini yang menargetkan warga sipil, tidak ada cicitan segera yang menyuarakan simpati untuk para korban atau sumpah serapah melawan ideologi kekerasan. Simpati Gedung Putih yang pertama datang malah berasal dari anak perempuannya, Ivanka, yang mengunggah cicitan tentang doa.

"Kita harus berdiri bersatu melawan kebencian dan ekstrimisme dalam segala bentuknya yang jelek," kata Ivanka.

Kelompok advokasi Mulsim melihat perbedaan mencolok dalam tergesa-gesanya Trump merespons, saat pelaku serangan Muslim atau mengaku Islam. Mereka melihat itu sebagai bagian dari sebuah pola, mengingat retorika Trump yang keras atas Islam dan sudah melarang imigran sejumlah negara mayoritas Muslim.

"Kebisuan atau penundaan dia benar-benar mengirimkan pesan negatif kepada komunitas Muslim kalau kehidupan dan keamanan mereka tidak sepenting warga negara lainm," ujar Ibrahim Hooper dari Council on American-Islamic Relations (CAIR).

Sebelum serangan di Masjid Finsburry di London, terdapat dua serangan di Inggris, Maret dekat Parlemen dan Juni di London Bridge. Trump dengan cepat mengungkapkan solidaritas dan miminta tanggapan yang kuat. Tapi, ia terima banyak kritikan karena dianggap remehkan Wali Kota London Sadiq Khan.

Dalam beberapa kasus, Trump baru menyuarakan dukungan untuk korban serangan Muslim berselang beberapa hari usai kejadian, semisal tiga hari usai dua wanita di Oregon mendapat celaan. Tapi, untuk bom bunuh diri di Manchester, Trump langsung bereaksi dengan kata-kata mengutuk kepada pelaku, dilansir dari AP.

 
Berita Terpopuler