Sejarah Hari Ini: Pembantaian di Hari Valentine
REPUBLIKA.CO.ID, Pada 14 Februari 1929 terjadi pembantaian pada Hari Valentine di Chicago. Seperti dilansir On This Day, sebanyak tujuh anggota geng dibunuh. Pembunuhan diduga atas perintah Al Capone.
Al Capone merupakan gangster Amerika yang lahir di Brooklyn, New York. Ia terlibat dengan aktivitas geng saat masih remaja dan diusir dari sekolah pada usia 14 tahun.
Saat berusia dua puluhan, ia pindah ke Chicago untuk mencari keuntungan dengan menyelundupkan minuman beralkohol secara ilegal ke kota. Ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan kriminal lain termasuk prostitusi ilegal.
Demi memuluskan pekerjaan haramnya, Capone sering menyuap pemerintah kala itu. Ia juga senang memberikan berbagai sumbangan dan amal dari uang haramnya supaya dihormati masyarakat.
Karena sering melakukan kegiatan amal meski dengan uang haram, Capone menjadi disegani oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan ia sering disebut sebagai Robin Hood modern.
Namun reputasi publik Capone yang selama ini dibangun dengan baik akhirnya rusak. Ini terjadi saat ia terlibat pembantaian tujuh anggota geng saingannya dengan melakukan eksekusi pada Hari Valentine.
Namun Capone malah dihukum penjara atas tuduhan menghindari pajak pada tahun 1931. Ia dibebaskan secara bersyarat pada tahun 1939. Pada 25 Januari 1947 akhirnya Capone menghembuskan napas terakhirnya akibat stroke.n dyah ratna meta novia
Pada 14 Februari 1989 Ayatollah Khomeini memerintahkan agar penulis buku "Satanic Verses" Salman Rushdie dieksekusi.
Seperti dilansir Guardian, Khomeini memerintahkan eksekusi dilakukan terhadap Salman Rushdie meskipun saat itu Khomeini dalam keadaan sekarat. Rushdie dituduh melakukan penghinaan terhadap agama karena menulis novel Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan. Bukunya dilarang beredar di banyak negara karena kontroversial.
Fatwa Khomeini merupakan hukuman yang harus dilakukan. Hal ini membuat Rushdie kesulitan. Khomeini merupakan tokoh Revolusi Iran yang lahir di Khomeyn, Iran. Ia belajar teologi di Arak dan Kota Qom.
Ia merupakan musuh utama keluarga keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Mohammed Reza Pahlavi. Akibat permusuhan ini Khomeini harus hidup dalam pengasingan berpindah-pindah tempat.
Ia pindah dari Iran ke Turki, lalu ke Irak, kemudian ke Prancis. Ini terjadi karena Kerajaan Iran meminta mereka mengusirnya. Namun akhirnya Khomeini kembali ke Iran saat terjadi revolusi Iran. Ia disambut oleh seluruh rakyat Iran dengan penuh suka cita.
Pada 14 Februari 1942 Pertempuran Pasir Panjang terjadi di Singapura. Pertempuran Pasir Panjang dimulai setelah bergeraknya tentara kekaisaran Jepang menuju Pasir Panjang, Singapura.
Sebanyak 13 ribu tentara Jepang mendarat di bagian barat laut Singapura di dekat Sarimbun. Kemudian mereka bergerak menuju Pasir Panjang. Sebanyak 13 ribu tentara Jepang yang menyerang Pasir Panjang adalah bagian dari 36.000 tentara Jepang yang menyerang Singapura.
Seperti dilansir Your Singapore, Pertempuran Pasir Panjang merupakan salah satu pertempuran paling berdarah antara 1.400 tentara resimen Melayu melawan 13 ribu tentara Jepang.
Dalam pertempuran itu tentara Melayu dipimpin oleh Letnan Adnan Saidi. Ia dan pasukannya maju bertempur pantang menyerah meskipun jumlahnya kalah jauh dari tentara Jepang.
Satu-satunya tentara Melayu yang hidup dalam Pertempuran Pasir Panjang adalah Kopral Yaako yang pura-pura mati sehingga tentara Jepang tak membunuhnya.
Letnan Adnan Saidi akhirnya gugur di medan pertempuran. Ia menjadi pahlawan bagi Singapura dan Malaysia. Ia mendorong tentaranya untuk tidak menyerah dan untuk bertempur sampai darah penghabisan. Untuk melihat sisa-sisa Pertempuran Pasir Panjang, bisa dilihat di pusat warisan sejarah di Bukit Chandu, Singapura.